Merasa kesal dengan pertanyaan-pertanyaan yang Arvin lontarkan, Cipto hanya bisa menahan geram. Sebab, mereka adalah ladang uang baginya. Jadi, dia harus sabra dalam menghadapi pasien barunya itu agar tetap bertahan di Padepokan Tapak Medi.Cipto mengepalkan kedua telapak tangannya kuat-kuat demi meredam emosinya agar tidak mencuat ke permukaan. Lalu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan agar emosi yang hampir meluap itu terbuang bersama aliran napas.Dan cara itu selalu berhasil. Jika tidak, maka semua rencananya akan hancur berantakan.“Adik kamu tidak akan kenapa-kenapa. Kamu santai saja. Namanya juga terapi. Aku yakin jika Eyang Adiwangsa pasti bisa mengatasinya. Apalagi, bagi Eyang, apa yang terjadi pada adik kamu itu masalah kecil. Karena ada yang lebih parah dari adikmu ada pulang dalam keadaan sembuh,” papar Cipto berusaha menyakinkan Arvin jika adiknya akan baik-baik saja. Bahkan dia memberikan beberapa testimoni agar Arvin semakin percaya.“Tapi, Mas, aku-“
Read more