Semua Bab Jodoh Titipan Mendiang Suamiku: Bab 101 - Bab 110

133 Bab

BAB 101

Khania mengerjapkan matanya. Samar-samar ia melihat suaminya kini ada di hadapannya. Ia lalu mengucek matanya untuk memastikan jika penglihatannya tidak salah dan ia tidak sedang berhalusinasi. Ia tersenyum kala masih melihat sosok suaminya yang kini tengah berdiri di depan mobil. Namun senyuman Khania luntur saat ia melihat Rizal yang tengah menodongkan pistol ke arah Efgan.Khania bergegas keluar dari dalam mobil dan berniat ingin menghampiri Efgan. Akan tetapi langkahnya terhenti kala ia mendengar ucapan Rizal yang membuat ia syok dan terkejut."Heh! Ternyata tak perlu repot-repot untuk bunuh lo. Karena lo sendiri yang udah mengantarkan nyawa lo sendiri ke sini. Syukur lah. Jadi gue gak perlu capek-capek bikin skenario pembunuhan seperti dulu saat gue bunuh si Albi," ucap Rizal yang membuat Khania terkejut bukan main.Khania menutup mulutnya dan membelalakan matanya. Ia sungguh tak percaya jika kematian suaminya dulu itu adalah ulah jahat dari Rizal. Sepupu dari Albi sendiri. Mata K
Baca selengkapnya

BAB 102

Khania terkejut saat mobil itu akan jatuh ke dalam jurang ia memejamkan matanya dengan begitu erat. "Ya Tuhan! Apakah ajalku sudah dekat? Apa secepat ini nyawaku kau ambil? Aku tadi hanya bercanda gak serius ingin mati. Aku masih mau melihat anakku dan hidup bersama suamiku," batinnya. Ia menangis di dalam hati merutuki ucapannya yang sembarangan.BRUKK!Mobil itu menghantam sebuah pohon dan beruntungnya mobil itu tak sampai jatuh lebih dalam ke dalam jurang.Khania sempat sadar. Namun beberapa detik kemudian gelap yang Khania rasakan.'Ini kenapa gelap? Apa sekarang saya sudah di alam yang berbeda? Tapi kenapa gelap begini? Ah ... atau jangan-jangan aku lagi ada di dalam kubur? Waduh, kata orang dalam kubur itu akan bercahaya jiga amal kita bagus. Berarti amal perbuatanku selama ini buruk. Ya Allah ampuni dosa hambamu ini,' ucap Khania dalam hatinya."Sayang!" Khania sayup-sayup mendengar suara tangisan seseorang sambil mengucap kata sayang. Khania pun teru
Baca selengkapnya

BAB 103

"Dia kenapa Mas?" tanya Khani yang sudah tak sabar mendengar kabar anaknya. Jamtungnya berdetak dengam cepat. Ia takut kalau anaknya kenapa-napa. Ia akan sangat merasa bersalah jika sampai terjadi sesuatu pada sang anak."Kamu yang sabar ya sayang. Kamu harus kuat," ucap Efgan sambil memeluk Khania dengan erat."Anak kita gak apa-apa kan Mas?" tanya Khania dengan nada suara yang melemah."Dia harus dirawat di NICU, karena saat kamu kecelakaan kamu pendarahan yang mengharuskan kamu oprasi caesar. Kondisi kamu sempat kritis waktu itu dan anak kita juga gak baik-baik aja. Tapi beruntungnya kalian berdua bisa selamat dan sekarang kamu bisa sadar. Mas merasa sangat bersyukur karena kamu bisa melewati masa kritis." Efgan kembali mencuim kening Khania lalu ia beralih menciumi seluruh wajah Khania. Sampai tiba di bibir Khania, ia dengan cepat melahap bibir ranum Khania yang sudah lama tak ia rasakan kenyalnya bibir istrinya itu.Khania memukul pelan dada Efgan saat dia merasa kurang oksigen.
Baca selengkapnya

BAB 104

Khania yang sebenarnya sudah bangun dan mendengarkan pembicaraan mereka terkenjt kala mendengar Monic yang meminta maaf padanya. Kenapa kakak iparnya itu meninta maaf padanya?Monic yang mendengar suara ketukan di pintu dengan celat ia membuka pintu itu dan terdengar ia menyurub masuk orang itu.Khania yang penasaranpun sedikit membuka matanya. Mata yang semula hanya mengintip kini terbuka lebar kala melihat apa yang ada di hadapanya kini. Ia menelan salivanya dengan kasar.'Gila kenapa kak Monic melakukan itu di sini sih? Ah ... jadi ini yang membuat kak Monic minta maaf dia mau bawa pacarnya ke sini dan mau cipokan di sini. Hmm kayak yang gak ada tempat lain aja,' batin Khania. Khania kembali memejamkan matanya.'Siapa sih pacarnya kak Monic itu? Kok aku penasaran ya,' ucap Khania maaih dalam hatinya. Ia kembali membuka sedikit matanya untuk mengintip.Khania kembali melebarkan matanya dan mulutnya. "Pak Glen," seru Khania tanpa sadar.Sepasang sejoli yang tengah asyik berciuman pun
Baca selengkapnya

BAB 105

Monic dan Khania mengernyitkan keningnya.Khania yang tengah dipeluk Efgan pun mendongakan kepalanya."Maksud Mas ngomong gitu apa?" tanya Khania yang tak mengerti maksud sang suami."Glen sama kak Monic pacaran sayang," jawab Efgan dengan santainya.Monic membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang ia dengar."Lho, katanya Mas Efgan gak tau? Ini dia tau kak?" ucap Khania sambil menatap Monic yang terlihat syok."Kamu juga tau sayang kalau mereka pacaran?" tanya Efgan.Khania mengganggukan kepalanya."Sejak kapan?""Baru tadi aku tau pas lihat mereka yang lagi ci—" ucapan Khania terhenti saat Monic dengan tiba-tiba menyuapkan buah anggur ke mulut Khania."Makan ya, jangan banyak bicara biar kamu sehat. Kamu kan baru sadar masa udah banyak bicara," ucap Monic sambil memberi pelototan pada adik iparnya itu.Khania yang mengerti pun tak melanjutkan ucapannya dan memilih untuk makan buah yang kini disuapi Monic."Kamu belum selesai lh
Baca selengkapnya

BAB 106

Efgan panik saat melihat Khania merintih. "Kamu kenapa sayang? Ada yang sakit?" Khania menatap Efgan dan tersenyum. "Lapar," ucapnya manja."Kamu itu ya, hampir bikin aku jantungan." Efgan mencolek hidung Khania ia dan tersenyum. "Kamu mau makan apa, hmm?" tanya Efgan sambil medorong kursi roda Khania."Apa aja Mas, yang penting bisa di makan," sahut Khania."Oke, kamu tunggu sebentar di kamar aja ya. Mas beli dulu makanan buat kamu," ucapnya sambil membuka pintu kamar rawat Khania.Di dalam sudah ada nenek, Monic dan Glen. Mereka semua menatap ke arah pintu saat Efgan dan Khania masuk."Udah jenguk Baby nya sayang?" tanya nenek sambil menghampiri Khania.Khania menganggukan kepalanya.Efgan membantu Khania untuk berbaring di atas ranjang. Lalu menyelimutinya."Kamu tunggu sebentar ya, aku gak akan lama." Efgan mencium kening istrinya itu. Dan saat Efgan akan melangkah keluar, langkahnya terhenti saat mendengar seruan yang serentak dari nenek, Glen dan Monic."Kamu mau ke mana?" tany
Baca selengkapnya

BAB 107

Monic menoleh ke arah Glen. Ia heran saat melihat Glrn yang hanya diam menatap dirinya. Monicpun pasrah dengan apa yang akan yerjadi ke depannya. Ia siap terima jika Glen tak ingin melanjutkan hubungan mereka.Namun, di luar dugaan. Glen kini tersenyum dan tangannya terulur ke arah kepala Monic."Aku sudah tau,"Mata Monic terbelalak mendengar ucapan Glen. "Maksud kamu apa? Kamu tau apa?" tanya Monic."Aku tau prihal kamu yang sudah tak gadis lagi, dan aku tak mempermasalahkan itu. Aku terima kamu apa adanya." Glen mengusap puncak kepala Monic dan tersenyun lembut. "Sejak kapan?" tanya Monic dengan mata yang berkaca-kaca."Dari dulu," jawab Glen dengan santainya."Dari dulu? Darimana kamu tau?" tanyanya lagi dengan wajah yang penasaran."Emm ... rahasia," sahut Glen dengan tersenyum misterius."Jangan bilang kamu mematai-mataiku?" Glen tak menjawab dan melah memalingkan wajahnya."Glen," teriak Monic sambil mengguncang bahunya Glen."Bukan aku yang mematai-mataimu, tapi adik kamu ya
Baca selengkapnya

BAB 108

Efgan datang bersama suster. Ia heran saat melihat raut wajah sang istri yang terlihat muram."Sayang, kamu kenapa? Sakit banget ya? Itu aku udah bawa suster biar dia periksa kamu ya," ucap Efgan dengan lembut.Khania tak menjawab bahkan tak melihat ke arah suaminya. Khania hanya menatap dan tersenyum ke arah suster yang ada di belakang Efgan.Suster itu mendekat ke arah Khania dan tersenyum ramah. "Permisi ya Bu, saya periksa sembentar," ucap suster itu sambil memeriksa Khania. Setelah selesai diperiksa dan bertanya pada Khania apa yang sakit suster itu memberikan obat untuk dimakan oleh Khania.Selepas kepergian suster itu. Efgan duduk di samping istrinya. Ia heran melihat perubahan Khania terhadap dirinya."Sayang, kamu kenapa sedari tadi cemberut gitu? Apa sesakit itu ya?" tanya Efgan. Namun lagi-lagi tak ada jawaban dari Khania. Khania berdiri dari sofa dan berjalan ke arah ranjang tanpa menoleh sedikitpun pada Efgan.Efgan menatap heran Khania. Ada apa dengan istrinya itu. Nam
Baca selengkapnya

BAB 109

Efgan terkejut saat seseorang memeluknya dari belakang, lebih terkejut lagi saat ia melihat siapa yang kini memeluknya. Refleks dia melepaskan tangan yang tengah melingkar di perutnya itu dan mendorong orang itu jauh-jauh."Aww," jerit orang itu dengan manja. "Kamu tega ih." Sambungnya sambil berdiri. Ia memegangi bokongnya yang sakit karena mencium lantai.Khania menahan tawanya.Orang itu lalu menatap sinis pada Khania dan memalingkan wajahnya saat Khania menatapnya, ia lalu berjalan mendekat pada Efgan.Efgan gugup saat melihat orang yang tadi memwluknya kini mendekat padanya. Ia pun melepaskan tangannya yang tengah memegang pundak Khania dan melangkah mundur."Stop! Jangan deket-deket!" teriak Efgan dengan mata yang melotot tajam.Orang itu tersenyum genit pada Efgan.Dengan langkah seribu Efgan lari dari sana meninggalkan Khania sendiri di lorong rumah sakit.Orang itu tak tinggal diam dan berlari mengejar Efgan.Khania yang sudah tak kuat menahan tawanya pun melepaskan tawanya de
Baca selengkapnya

BAB 110

"Glen, kamu apa-apaan sih," teriak Monic yang terkejut saat melihat Glen datang dengan tiba-tiba dan langsung menghajar Gabriel."Kamu yang apa-apaan, dia itu siapa? Sudah tau kamu udah punya calon suami, kenapa masih main mata sama lelaki lain," sahut Glen dengan nada penuh emosi.Efgan yang melihat Glen yang dilanda amarah mendekat dan mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya."Glen," seru Efgan."Diam! kamu juga. Bukannya mengingatkan kakak kamu itu supaya gak dekat-dekat dengan lelaki lain. Kenapa kamu malah membiarkan dia," ucapnya dengan Emosi pada Efgan."Bukan gitu Glen, kamu tenang dulu!" Efgan membawa Glen. Namun, Glen menepis tangan Efgan."Glen, ini semau gak seperti apa yang kamu lihat, dia itu—" ucapan Monic terhenti oelh Glen."Diam!" bentak Glen pada Monic.Efgan yang sedari tadi masih menahan amarahnya kini murka saat melihat Glen membentak kakaknya.BUKK!Efgan yang sudah tak bisa lagi menahan amarahnya memukul wajah Glen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status