Semua Bab Jodoh Titipan Mendiang Suamiku: Bab 111 - Bab 120

133 Bab

BAB 111

Glen menunjuk arah dadanya. "Ini yang sakit, karena kamu marah jadinya sakit, sakit banget," ucapnya dengan lebay.PLAKK!Monic memukul lengan Glen, ia merasa gemas dengan kekasihnya ini. Ia pikir Glen beneran sakit sampai ia tadi panik dan khawatir, tapi ternyata semua itu hanya modus saja.Glen tersenyum cengengesan.Monic berdiri dan pergi meninggalkan Glen sendiri."Sayang tunggu." Glen segera bangkit dan berlari kecil untuk mengejar Monic. Monic tak menghiraukan Glen dan terus saja berjalan."Sayang, kamu marah?" tanya Glen saat sudah dekat dengan Monic. Tangannya membawa tangan Monic dan menggenggamnya erat."Aku gak marah, cuma kesel aja sama kamu. Kamu bisa gak sih jangan main-main kayak tadi, aku tadi itu beneran panik tau, takut kamu kenapa-napa," omel Monic.Glen tersenyum lalu membawa Monic ke dalam dekapannya. "Iya, aku minta maaf. Aku gak akan gitu lagi, gak akan bikin kamu khawatir lagi, aku janji."Monic menatap manik mat
Baca selengkapnya

BAB 112

Efgan dengan cepat mengambil ponselnya dan segera menghubungi seseorang."Bagaimana keadaan di sana?" tanyanya pada seseorang di sebrang sana.Efgan mengangguk-anggukan kepalanya saat mendengar jawaban dari seseorang yang tengah berbicara padanya di sebrang telepon."Bagus, kalian harus terus waspada jangan sampai lemah dan kalian harus ingat jangan sampai menimbulkan kecurigaan," ucapnya lagi setelah itu Efgan memarikan sambungan telepon itu. Ia bisa bernapas lega saat mengetahui jika anaknya kini aman. Ia memang menepatkan anak buah Hendrik untuk menjaga anaknya. Namun, mereka semua menyamar agar tidak timbul kecurigaan.Efgan melihat jam di tangannya. Ia menatap pintu yang tertutup rapat. Ia heran karena Gabriel tak kunjung kembali. Namun, ia tak ingin mempedulikan itu. Ia yakin Gabriel bisa menjaga dirinya sendiri, ia pun bangkit dari sofa itu dan berjalan ke arah ranjang di mana sang istri tengah tertidur pulas. Ia pun dengan cepat naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Kha
Baca selengkapnya

BAB 113

"Jadi apa yang harus kita lakukan? Masa iya kita membiarkan dia berkeliaran di dekat Khania dan Kai, itu akan sangat berbahaya bagi istri dan anak kamu," ucap Glen."Untuk sementara ini kita diam aja dulu. Kita lihat, sampai mana dia akan bertindak," balas Efgan dengan tangan yang terkepal erat. Ia sungguh tidak menyangka jika Gabriel mempunyai niat buruk. Benar firasatnya selama ini. Dan semua kecurigaannya terbukti sekarang, Gabriel mendekati Khania karena ada maksud tertentu. Beruntungnya Efgan sekarang lebih peka dan sensitif. Ia tak bisa lengah lagi dan membahayakan nyawa Khania. Apalagi sekarang sudah ada anaknya yang juga harus ia jaga."Tapi ...." Glen yang merasat tak tenang mencoba protes. Namun, ucapannya tertahan saat melihat tatapan mata Efgan yang sangat tajam padanya. Ia pun mengalah. "Baiklah kalau itu maumu," ujar Glen dengan lesu."Kita pantau saja dia, saat ada pergerakan yang mencurigakan baru kalian eksekusi," ucap Efgan.Glen menganggukan kepalanya.Tiba di kant
Baca selengkapnya

BAB 114

Khania dengan cepat turun dari atas ranjangnya dan berlari menghampiri orang yang tengah menggendong Kai."Kamu mau bawa anakku ke mana?" Orang itu menoleh dan tersenyum.Seketika Khania terdiam."Ma-Mas, kamu kapan pulangnya?" tanya Khania yang terkejut saat melihat sang suami ada di sana. "Maaf Mas, aku kira kamu orang lain yang mau bawa anakku." Lanjutnya lagi."Dia juga anakku sayang. Bukan cuma anak kamu aja," rajuk Efgan.Khania tersenyum."Maaf, iya. Aku kira kamu orang lain yang mau bawa anak kita." Khania meralat kembali ucapannya."Emangnya kamu gak bisa bedain suami kamu sama orang lain?" ucap Efgan."Maaf Mas, mungkin karena nyawaku belum terkumpul semua, dan keburu panik. Ini semua gara-gara mbak Monic, jadinya kan aku parno," keluh Khania.Efgan mengerutkan alisnya. "Emang kak Monic ngapain kamu, sampai kamu ketakutan gitu?" tanya Efgan sambil terus mencoba menenangkan sang anak yang masih saja menangis.Khania membawa
Baca selengkapnya

BAB 115

"Ya ampun, enggak mungkin lah, orang aku baru aja lahiran. Lagian juga aku masih dalam masa nifas, jadi gak mungkin kan?" gumam Khania dengan raut bingung. Ia bingung dengan raut wajah Efgan yang terlihat kesal dan marah saat keluar dari kamar. "Bodo ah, lagian juga dia bakalan ngerti kalau aku lagi masa nifas. Jadi kita gak mungkin begituan," ucapnya, ia pun kembali memejamkan matanya.Setelah cukup lama Efgan menenangkan dirinya di luar dan duduk di taman sendirian. Akhirnya ia pun memutuskan kembali ke dalam kamar. Namun, langkahnya terhenti kala ia melihat Gabriel yang baru saja turun dari atas dan berjalan dengan terburu-buru."Dia mau ke mana?" gumamnya sambil terus memperhatikan Gabriel yang kini mulai mendekat padanya."Eh Mas Efgan," ucap Gabriel menghentikan langkahnya, ia tersenyum paksa pada Efgan."Kamu mau ke mana?" tanya Efgan yang penasaran."Ah ... itu, apa. Aku mau pergi keluar, ada urusan sebentar Mas," sahut Gabriel gelagapan.Efgan menger
Baca selengkapnya

BAB 116

Beberapa hari telah berlalu.Khania kini tengah asyik memandikan sang buah hati tanpa sadar jika Efgan yang sudah selesai mandi kini berdiri di belakangnya dan menatapnya tajam."Sayang baju aku mana?" tanya Efgan, ia celingukan mencari pakaiannya. Biasanya sang istri selalu menyiapkan pakaiannya. Tapi, ia tak melihat pakaiannya.Khania menoleh dan menepuk keningnya."Aduh maaf Mas, aku lupa. Sebentar ya aku pakaikan dulu baju buat Kai." Khania dengan cepat memakaikan baju pada Kai.Selesai memakaikan baju Kai, Khania lalu neletakan Kai di dalam box bayi lalu bergegas mengambil pakaian Efgan."Maaf ya Mas," ucap Khania sambil memberikan pakaian pada Efgan.Efgan tak menerima baju itu, ia malah tersenyum lalu mendekat pada istrinya dan berbisik. "Aku juga mau dipakaikan baju sama kamu." Efgan lalu melepaskan handuknya dan kini ia polos, tak ada sehelai benangpun di tubuhnya.Khania membelalakan matanya dan segera menutup matanya, walaupun mereka sudah menikah cukup lama. Namun, Khania
Baca selengkapnya

BAB 117

Siang harinya.Efgan tak bisa fokus untuk bekerja, ia masih memikirkan tentang bayangan yang cukup jelas ia lihat tadi pagi, ia takut jika itu orang jahat yang berniat mencelakai keluarganya. Ia pun dengan cepat berdiri dan membuat Glen yang tengah duduk di depannya terkejut sekaligus heran."Kamu mau ke mana?" tanya Glrn saat melihat Efgan yang hendak keluar."Pulang," jawab Efgan dengan santai sambil pergi dari ruangannya."Eeh, enak aja main pulang, pulang aja. Gak, gak bisa. Itu pekerjaan masih banyak," ucap Glen saat ia sudah berhasil menahan Efgan pergi."Tapi aku harus pulang," ucap Efgan.Glen mengernyitkan keningnya."Emangnya kenapa kamu harus pulang?" tanya Glen yang heran sekaligus bingung."Perasaan aku gak enak." Efgan hendak melangkah dan pergi dari hadapan Glen. Namun, lagi-lagi Glen menahan Efgan. "Kamu gak bisa pulang gitu aja, pekerjaan kita banyak!""Lepas," bentak Efgan pada Glen dan melepaskan tangan Glen yang tengah mem
Baca selengkapnya

BAB 118

"Kamu mau ke mana?" tanya Efgan saat melihat Khania yang melangkah menuju pintu."Keluar," jawab Khania tanpa menoleh, ia terus berjalan menuju pintu."Sayang, kenapa kamu gak ngerti sih, aku itu takut terjadi sesuatu sama kamu dan juga Kai. Apa aku salah menjaga dan melindungi apa yang paling berharga untukku?" ujar Efgan dengan sendi. Ia sedih saat Khabia yak mempercayainnya."Kamu gak salah Mas, hanya cara kamu yang salah. Aku gak mau dikurung di dalam kamar, aku gak mau Mas,c sahut Khania sambil terus berjalan dan membuka pintu. Saat Khania membuka lintu, ia tertegun saat melihat siapa yang kini berdiri di depan pintunya itu. Ia lalu tersenyum kikuk pada orang yang kini tengah berdiri di hadapannya."Kamu ... ngapain di sini Gab?" tanya Khania.Gabriel tersenyum pada Khania."Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Gabriel dengan nada yang serius.Khania menganggukan kepalanya dengan dada yang berdegub kencang, ia berpikir mungkin Gabriel mendengar
Baca selengkapnya

BAB 119

Khania terkejut mendengar ucapan nenek. Namun, ia masih berpikiran positif, ia tak ingin berburuk sangka terhadap Gabriel, ia pun berdiri dan berjalan ke arah depan. Dan benar kata nenek. Gabriel tak ada di sana. Jantung Khania berdetak dengan kencang, ia pun berlari ke dalam dan mencari Gabriel ke seluruh rumah. "Gab ... Gabriel kamu di mana?" Khania berteriak sambil terus mencari Gabriel.Nenek pun ikut mencari.Semua orang yang berada di rumah ikut mencari. Namun, Gabriel tak juga ketemu. Khania meluruhkan tubuhnya yang terasa lemas dan jantung yang berdetak kencang. Apa mungkin ucapan suaminya benar tentang Gabriel. Apa memang benar Gabriel ada niat buruk kepadanya. Kepana Kai? Kenapq Kai yang harus jadi korbannya. Kenapa bukan dia saja. Pikir Khania. Air matanya jatuh tanpa diminta."Sayang kamu tenang dulu ya," ucap nenek menenangkan Khania, ia membawa Khania duduk di kursi.Khania tak bersuara. Ia hanya menangis tersedu-sedu."Gabriel gak ada di
Baca selengkapnya

BAB 120

Khania segera membawa benda yang ia temukan di laci kamar yang Gabriel tempati dan langsung keluar dari sana. Khania mencari nenek di dapur untuk berpamitan keluar. Namun, ia tak menemukan nenek. Dengan terpaksa Khania pergi tanpa meminta izin pada nenek.Setelah di luar, Khania segera menghentikan taksii dan pergi menggunakan taksi itu."Mudah-mudahan apa yang aku pikirkan benar," ucap Khania saat sudah duduk di dalam mobil, ia menggenggam erat benda milik Gabriel.Disaat taksi sudah mau sampai, Khania baru teringat jika ia tak membawa ponsel dan juga dompetnya. Karena ia perginya terburu-buru ia sampai lupa membawa ponsel dan dompet."Ya ampun, aku bayar taksinya gimana?" Khania merogoh saku celananya dan beruntung dia masih punya uang yang ada di sana. "Ah, beruntungnya masih ada uang, tapi, apa ini cukup?" gumamnya dengan lirih, ia lalu melihat argo taksi dan bernapas lega karena uang yang ia pegang lebih dari cukup.Setelah tiba di tempat tujuan. Khania segera turun setelah memba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status