Semua Bab Dinikahi Grand Duke Beracun: Bab 81 - Bab 90

131 Bab

Kamar Seperti Ruang Tamu

Pagi yang cerah harusnya terasa menyenangkan. Namun, hari itu Yuksel merasa kesal selama memimpin pertemuan. Lagi-lagi yang mereka bahas adalah selir."Aku sudah memiliki seorang Pangeran, dan kau masih memintaku untuk mengambil selir?" tanya Yuksel dengan kesal."Yang mulia, mengambil selir bukanlah hal yang buruk. Menambah keturunan juga bukan hal buruk."Tangan Yuksel mengepal dengan kesal. Dia pikir selama berbulan-bulan mereka akhirnya diam, karena menurut. Kemudian Kimberly yang sudah melahirkan penerus, harusnya sudah cukup. Namun itu tetap tidak membuat mereka puas."Apa kalian pikir, Raja adalah seorang peliharaan yang bisa kalian perintahkan seenak jidat!" seru Yuksel saking kesalnya.Pangeran kelima menatap sang anak yang marah besar. Sementara Aiden hanya diam, jelas tak ingin menambah kekesalan sang Raja jika berpendapat. Hingga suara tangis bayi membuat perhatian mereka teralihkan.Raut wajah Yuksel sedikit membaik ketika melihat Kimberly yang berjalan mendekat. Tangis s
Baca selengkapnya

Iri Pada Orang Lain

Lama Yuksel duduk di sebelahnya yang mulai sibuk memakan buah yang dipotong oleh Madam Ane. Pandangan Yuksel tertuju pada Noah yang digendong oleh sang kakek. Tiba-tiba saja Yuksel langsung berdiri dari duduk membuatnya menoleh."Mau ke mana?" "Aku ingin menggendong Noah," sahut Yuksel."Gantian, bahkan ayah saja belum puas menggendong Noah," ujar Pangeran kelima membuat Yuksel menatap tak terima."Lalu bagaimana dengan aku Yah? Sejak pagi hingga malam aku harus duduk di ruang kerja," ujar Yuksel dan itu berupa keluhan.Kimberly meraih tangan suaminya untuk duduk kembali. Meski terlihat kesal, tapi Yuksel tetap menurut dan duduk di sampingnya. Bahkan ketika Kimberly memberikan secangkir teh, suaminya langsung meneguk hingga habis."Biarpun kau dihadapkan pada pekerjaan, tapi bukankah Noah akan terus bersamamu sepanjang malam?" tanya sang kakek."Memang. Tapi kan Noah tidur," sahut Yuksel dengan nada iri."Tidak harus bangun untuk bisa kau gendong, selama tidur pun kau bisa melakukann
Baca selengkapnya

Seorang Raja Yang Meminta Maaf

Siang harinya, matahari tak begitu terik. Bahkan cuaca sedikit mendung. Yuksel berjalan-jalan kecil di sekitar meja kerja. Hingga dia melihat Kimberly yang sedang berjalan bersama Emma dan pelayan lainnya di taman.Yuksel terlihat sangat ingin menghampiri sang istri. Namun, tak ada kemungkinan untuk melakukannya. Karena ada pekerjaan yang menumpuk."Apa yang Anda pikirkan, Yang mulia?" tanya Aiden karena melihat Yuksel yang hanya diam.Yuksel menatap Aiden, kemudian mulai bertanya, "bagaimana menurutmu kalau aku merekrut seorang asisten?""Asisten?""Ya. Orang yang membantu melakukan pekerjaan," sahut Yuksel.Dahi Aiden mengerut. "Kenapa Yang mulia membutuhkannya? Bukankah Anda sudah memiliki tangan kanan dan kiri? Lalu penasihat."Yuksel menarik napas. "Aku butuh asisten supaya kau juga memiliki waktu.""Ya?" Dan Aiden masih lambat seperti dulu."Maksudku, begini. Aku tidak bisa terlalu lama tidak melihat Kimberly, aku mencari asisten supaya bisa punya waktu lebih banyak bersama istr
Baca selengkapnya

Malam Festival

"Yakin hanya sebentar saja?" selidik Kimberly."Iya Sayang."Lagi, Kimberly melirik sekeliling. Kemudian ia duduk di pangkuan suaminya. Mata saling bertatapan, kemudian Yuksel mencium bibirnya lembut, hingga menjadi intens dan menuntut.Sementara tangan Yuksel meraba kakinya. Semakin ke atas dan meremas dadanya. Bibir Yuksel menyesap kulit lehernya. Lantas tangan mulai menurunkan celana sendiri."Kau mau melakukannya tanpa melepas satu pakaian pun?" tanyanya tak menyangka."Sayang, seperti yang kau katakan. Bagaimana kalau tiba-tiba ada yang datang?"Kimberly melotot kaget dan berniat turun. Namun, Yuksel langsung menahan tubuhnya. Bahkan memeluk pinggangnya. Kimberly telah salah langkah, bisa saja ada yang melintas dan melihat."Kalau begitu ayo ke kamar," ajaknya."Aku sudah tidak tahan Sayang."Jemari Kimberly mencengkram pundak suaminya. Ketika Yuksel menurunkan celananya sebatas paha, kemudian mulai masuk. Yuksel tersenyum dan mengecup pipinya."Sayang, aku memberimu pilihan. Kau
Baca selengkapnya

Menggebu

Kimberly pikir, Yuksel akan bersikap pelan sama seperti waktu di taman. Ternyata tidak. Di atas ranjang ini, Yuksel bergerak liar pada tubuhnya. Seolah menebus hari-hari yang terlewat dan tidak melakukannya."Pelan-pelan," tegurnya sembari memukul.Yuksel justru tersenyum. "Aku kira kau menyukai yang kasar seperti ini, Sayang.""Suka, tapi kendalikan dirimu!""Baiklah."Meski Yuksel ingin menggoda sang istri untuk bergerak jauh lebih liar. Namun, tidak ingin menyakiti sang istri. Hingga Yuksel mulai bergerak sedikit pelan."Bagaimana Sayang?" tanya Yuksel sembari mengusap wajahnya.Kepalanya mengangguk. "Ini jauh lebih baik."Yuksel mendekat dan menyesap kulit lehernya. Jemari Kimberly meremas lengan suaminya karena sangat terasa menyenangkan. Ketimbang Yuksel yang menusuk kasar. Memang membuat mabuk kepayang, tapi cara seperti itu Kimberly kurang suka.Bibirnya dikecup lembut. "Sayang, bagaimana kalau sekali lagi?"Kimberly menatap suaminya yang terlihat baik-baik saja. Sementara Kim
Baca selengkapnya

Kabar Hamil

Emma memasuki ruangan setelah pintu dibuka oleh pelayan. Berjalan mendekat sembari membawa teh serta camilan. Mulanya, Emma terlihat baik-baik saja. Tapi, setelah tangan meletakkan seluruh camilan dan teh. Emma hampir terhuyung jika tidak ada Kimberly yang menyanggah tubuh. Semua orang dibuat kaget oleh Emma yang terlihat sedikit pucat."Emma, apa kau baik-baik saja?" tanya Kimberly cemas.Sementara Emma terkekeh. "Maaf Yang mulia, saya sedikit kurang sehat karena ...."Emma kembali terkekeh membuat Kimberly mengerutkan dahi karena cemas sekaligus heran. Emma tidak biasanya bersikap aneh seperti sekarang. Sementara Julia ikut tersenyum, menyerahkan Noah pada sang suami dan menghampiri Emma."Sudah berapa minggu?" tanya Julia sembari tersenyum.Begitu pula dengan Emma yang menatap malu. "Belum tahu Nyonya, hanya saja saya telat datang bulan, jadi saya hanya mengira saja."Kimberly terburu berdiri dan menuntun Emma untuk duduk di kursi. Meski sebelumnya ia mendorong-dorong kaki suaminy
Baca selengkapnya

Tujuh Tahun Kemudian

Tujuh tahun telah berlalu tanpa terasa. Terlihat Noah berjalan menyusuri sebuah taman dengan ditemani pelayan laki-laki. Meski baru mengenyam pendidikan, tapi Noah sangat pintar dalam segala hal.Bukan hanya soal kepintaran. Noah pun tumbuh menjadi Pangeran yang sangat tampan dan berwibawa. Sifat Noah rupanya persis seperti Yuksel sebelum bertemu dengannya. Sangat dingin dan keras kepala."Putri Isabella, tolong jangan berlarian." Pelayan dari kediaman Ratu terlihat berlari dan kewalahan mengikuti anak kedua dari pasangan Yuksel dengan Kimberly. Kaki Noah berhenti sejenak, dengan mata menatap pada seorang perempuan seumuran tengah tersenyum manis melihat Isabella yang masih berlarian."Apa yang kau lakukan? Berlari dan menyiksa pelayanmu," sindir Noah.Suara itu membuat Prisa menoleh dan segera menunduk hormat. "Pangeran, selamat pagi."Pandangan Noah tertuju pada putri dari tangan kanan Raja, yakni Aiden. Prisa tumbuh menjadi seorang perempuan yang cantik jelita. Namun Noah mengabai
Baca selengkapnya

Pangeran Noah

"Kenapa Sayang? Aku kan juga ingin cium juga," rengek Yuksel."Jangan macam-macam," sergahnya dengan mata melotot marah.Yuksel justru tersenyum. "Noah, lihat ke sana sejenak."Mendengar hal itu Kimberly langsung memukul suaminya. Sementara Noah menurut dan menoleh. Yuksel menutup mata Alesha yang ada di pangkuannya. Kemudian meraih kepalanya dan mencium bibirnya. Meski kesal, tapi Kimberly meladeni suaminya sebentar kemudian langsung mendorong Yuksel yang tersenyum puas."Saat siang nanti aku sudah janji akan makan bersama Emma dan Aiden di taman, kau harus ikut," ujarnya mengingatkan."Iya Sayang, aku sudah mengerti."Kepala Noah mulai menoleh lagi dan menatap kedua orang tua yang terlihat mesra. Yuksel pun tetap saja bermanja padahal Kimberly sudah memarahi. Apalagi tangan Yuksel yang diam-diam mengusap pinggangnya."Kenapa Ibu selalu ingin makan dengan bibi Emma?" tanya Noah ingin tahu.Kimberly mengusap kepala putranya. "Ibu dengan bibi Emma sudah seperti saudara kandung. Kalau t
Baca selengkapnya

Mau Tambah Anak?

Keesokan harinya. Kimberly mengajak Emma pergi keluar istana untuk jalan-jalan sekaligus membeli sesuatu. Namun, mereka tidak hanya berdua saja. Ada Prisa dan Isabella yang merengek minta ikut.Serta beberapa pengawal dan pelayan yang senantiasa mengikuti. Madam Ane yang telah menjadi kepala pengurus kediaman, hanya berdiam diri untuk mengurus kediaman."Ibu! Aku ingin jalan ke arah sana," ujar Isabella tiba-tiba ingin berpisah."Tidak boleh. Tujuan kita kan ke toko nenek dan kakek," tolaknya.Namun, Isabella langsung menarik-narik tangannya. Membuat pergerakan mereka terpaksa berhenti. Sikap Isabella yang keras kepala membuatnya menghela napas."Baiklah, Prisa apa kau bisa menemani Isabella?" tanya Kimberly sembari melirik putri Emma.Ketika Prisa menoleh pada sang ibu, kepala Emma langsung mengangguk dan mengizinkan. "Baik Yang mulia.""Yeay!" seru Isabella kesenangan.Kemudian Kimberly menatap pada dua penjaga dan pelayan. Membuat mereka yang ditatap langsung mengangguk mengerti. K
Baca selengkapnya

Ingin Membantu Suami

Begitu kembali ke kediaman. Kimberly menyambut suaminya yang datang ke kamarnya sembari tersenyum. Yuksel pun mendekat dan mengusap kepalanya, juga memberikan satu senyuman untuknya."Pekerjaanmu selesai lebih awal, suamiku?" tanyanya.Yuksel duduk di sofa. "Iya Sayang."Kimberly pun mengikuti, duduk bersebelahan dengan suaminya. "Apa kau lelah?""Tidak karena aku sudah melihat wajahmu."Mendengarnya Kimberly tersenyum dan memeluk suaminya. Yuksel mengusap serta mengecup kepalanya. Tangan Kimberly memainkan kancing baju suaminya."Aku ingin bicara soal Isabella.""Hm, katakan saja Sayang," sahut Yuksel kembali mengecup keningnya."Bagaimana kalau kita carikan guru untuk Isabella?" tanyanya dengan mata memandang suaminya.Yuksel pun membalas tatapannya. "Tahun depan Isabella akan masuk akademi kan, aku rasa tidak membutuhkan guru lebih awal."Kimberly menghela napas. "Justru karena akan masuk akademi, jadi aku ingin mendidiknya lebih awal.""Bukan soal pelajaran, tapi lebih cara Isabel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status