Semua Bab Antara Aku dan Adik Tiriku: Bab 31 - Bab 40

67 Bab

31 | Tamu Tak Diundang

Langkah Raffael melambat saat ia melihat seorang yang tidak ingin ia temui berada di ruang tamu rumahnya. Pria tua yang tengah duduk di sofa itu tampak menikmati teh hangat yang disajikan oleh ibunya.Berbeda dengan kedua orang tuanya yang menyambut ramah kedatangan pria tua itu, Raffael justru tak senang.Dia berjalan mendekati mereka dengan aura tidak bersahabat."Sedang apa Kakek di sini?"Romeo menoleh. Wajahnya yang sejak tadi tampak dingin kini mulai mencair. Pria itu mengulas senyum untuk cucunya yang sejak tadi dia tunggu."Raffael, kakek menunggumu sejak tadi," ucap Romeo."Aku bertanya, Kakek. Untuk apa Kakek kemari?" tanya Raffael sekali lagi. Dia tidak menutupi ketidaksukaannya melihat kedatangan kakeknya. Dan hal itu membuat Fabian dan Utari melayangkan tatapan penuh peringatan pada pemuda itu. Namun Raffael sama sekali tak peduli."Apakah tak boleh aku berkunjung?" tanya Romeo, tersenyum geli. Melihat kekesalan cucunya itu, membuat ia semakin ingin mempermainkannya. "Ak
Baca selengkapnya

32 | Semua Sudah Sangat Terlambat

"Kau harus bisa menjaga sikap dan perkataanmu."Saat ia berada di lantai dua, Raffael diseret oleh ibunya dan diceramahi. Ia sadar akan mendapatkan ini setelah dengan terang-terangan menunjukkan sikap tak menyenangkan di hadapan kakeknya. Ia tahu orang tuanya tak mau terlibat dalam masalah karena ulah kurang ajarnya.Tapi, apakah Raffael peduli? Tentu saja tidak."Raffael, apa kau mendengar apa yang mama katakan?" tegur Utari. Dia kesal karena sepertinya putranya itu tak menganggap serius peringatan darinya."Iya, Ma. Aku mendengarnya." Raffael menyahut dengan acuh.Bukan berarti dia akan menurutinya. Dia hanya membiarkan ibunya itu memarahinya hingga puas."Jangan sampai mama melihatmu bersikap seperti itu lagi pada kakek," ancam Utari."Aku paham." Pria muda itu mengangguk, meski dalam hati dia tidak berniat menuruti apa yang dikatakan ibunya."Apa kau tahu, papa dan mama bisa terkena masalah jika kau masih bersikap seperti ini." Kali ini nada bicara Utari sedikit melembut. Dia beru
Baca selengkapnya

33 | Kabar Mengejutkan

Utari tak bisa menahan rasa terkejutnya mendengar apa yang dikatakan oleh sang suami. Demi Tuhan, semua yang dikatakannya terasa sulit untuk diterima oleh otaknya."Katakan jika ini hanya candaan," ujar Utari. Dia berharap jika suaminya tidak serius mengatakan kalimatnya barusan."Sayangnya ini serius, sayang." Fabian menjawab dengan tidak berdaya. Sama seperti Utari, dia sendiri sebenarnya tak menyangka dengan permintaan yang dilayangkan ayahnya. Meski Fabian sudah mendengarnya lebih awal."Tapi, bagaimana mungkin?" Utari merasa ini seperti lelucon, yang bahkan tak pantas untuk dijadikan lelucon. Sungguh, ini tidak lucu sama sekali. "Apa ayahmu sudah kehilangan akalnya?""Kau tahu sendiri bagaimana sifat Ayah." Fabian juga tak mengerti apa tujuan ayahnya itu."Kenapa kau tidak menolak? Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi.""Apa menurutmu itu mudah?" Fabian menjadi geram. Karena istrinya malah menyudutkannya, tanpa mau mengerti bagaimana posisinya saat ini. "Aku bukan anak kandung
Baca selengkapnya

34 | Aku Tidak Menginginkannya

Setelah pembicaraan yang menurut Raffael sangat membosankan, dia mengajak Syaqila untuk bicara serius. Mereka berada di belakang rumah, dekat dengan kolam renang. Keadaan mereka menjadi sangat canggung. Terlebih, karena mereka telah dijodohkan secara paksa."Aku hanya ingin memberitahumu, jika aku tidak bisa menerima ini." Raffael langsung bicara ke intinya. Dia tak peduli jika perempuan itu akan terluka karenanya. "Jadi jangan mengharapkan apapun dari kejadian ini. Aku akan mencari cara untuk membatalkan perjodohan sialan ini."Syaqila mengabaikan perasaan nyeri di dada. Tidak diharapkan, ditolak mentah-mentah, harga dirinya terasa dicabik-cabik. Dia mengangguk dengan perlahan. Mencoba berusaha bersikap tenang walau hatinya terasa hancur."Aku tahu," balas Syaqila. Dia berusaha bicara dengan suara normal. Namun suaranya tetap saja terdengar gemetar. Dia harus tegar, menunjukkan pada Raffael jika ia pun sebenarnya tidak menginginkan pria itu. "Aku juga tidak ingin semua ini."Syaqila
Baca selengkapnya

35 | Teman-teman Raffael

Hari ini mood Raffael sedikit memburuk. Selain karena kejadian semalam yang dibuat kakeknya, Raffael mulai merasakan perasaan tak nyaman setiap kali dia berpapasan dengan Syaqila. Terlebih, saat ini perempuan itu seolah memusuhinya. Entah apa yang membuat perempuan itu bersikap seperti ini padanya, Raffael berusaha mengerti. Mungkin kejadian semalam membuat perempuan itu tertekan hingga bersikap demikian.Namun mereka tinggal seatap. Mereka juga pergi ke kampus yang sama. Intensitas pertemuan mereka akan sering terjadi, secara tidak disengaja. Hal itu membuat keduanya kesulitan untuk menjauh."Kau kenapa?" Freya menyadari jika ada yang berbeda dengan pria yang baru-baru ini menjadi temannya itu. Dia tidak setenang biasanya. "Ada masalah?""Jika kau memang sedang ada masalah, ceritalah pada kami," ucap Rui, ikut bicara. Bagaimana pun, mereka sudah cukup dekat. Seharusnya Raffael tidak begitu tertutup pada mereka. Mereka akan membantu sebisa mungkin jika dibutuhkan."Jangan selalu memen
Baca selengkapnya

36 | Jelaskan!

Lihatlah pria itu!Syaqila berdesis kesal melihat interaksi antara Raffael dan Jeslyn yang tertangkap indra penglihatannya. Dia tidak ingin bertemu pria itu saat ini, namun kenapa dia selalu ada dimana pun? Syaqila rasanya ingin melemparinya dengan batu!"Kau kenapa? Apa yang kau lihat?" Diandra bertanya dengan mulut penuh, mengunyah. Dia mengikuti arah pandang sahabatnya itu.Saat ia mengetahuinya, Diandra tak bisa untuk tidak tersenyum jahil."Rupanya kau cemburu," godanya.Syaqila mendelik tak terima. "Siapa yang cemburu?" Dia memalingkan wajah dengan kesal. Rona merah menjalar di wajahnya. Namun ia tak tahu apakah ini karena marah atau malu? Syaqila sendiri tidak mengerti dengan perasaannya."Tidak perlu malu." Diandra mencolek lengan sahabatnya itu, senyum jahil di wajahnya masih belum menghilang. "Aku ini sahabatmu, katakan saja, Syaqil. Kau tidak perlu berbohong padaku. Wajahmu menjelaskan semuanya.""Sialan." Syaqila mendesis, melayangkan tatapan penuh kekesalan pada sahabatny
Baca selengkapnya

37 | Jeslyn

Syaqila memilih pergi daripada menghadapi sikap Diandra yang menjadi sangat menyebalkan. Sahabatnya itu masih terus mendesaknya untuk mengatakan masalah yang saat ini membebaninya. Namun Syaqila menolak jika Diandra masih bersikap seperti itu. Bukannya memberikan solusi, sahabatnya itu justru terasa menyudutkannya. Syaqila merasa ia tidak akan mendapatkan jalan keluar dengan emosi Diandra yang seperti itu. Biarlah mereka bicara nanti saat sahabatnya tidak lagi dilanda emosi mengesalkan. Saat di belokan, Syaqila yang memang tengah banyak berpikir tidak memperhatikan jalannya dengan benar hingga dia menubruk seseorang karena kecerobohannya. Dua tangan pria itu menahan pundaknya supaya Syaqila tidak terjatuh. "Maafkan aku." Syaqila terkejut dengan kecerobohannya sendiri. Bagaimana dia bisa tidak berhati-hati? Saat dia menatap seseorang yang bertubrukan dengannya, Syaqila terkejut. "Gunakan matamu juga saat berjalan," ketus Raffael, menatap tak suka pada Syaqila yang masih saja seper
Baca selengkapnya

38 | Sejak Kapan?

Raffael menoleh pada seseorang yang menepuk pundaknya. Itu adalah Rui, yang diikuti Freya dan Ando di belakangnya. Ketiga orang itu duduk di kursi, bergabung bersama Raffael yang saat ini menyibukkan diri dengan tumpukan buku di perpustakaan."Kukira kalian tidak akan kemari.""Aku berubah pikiran," ujar Rui. Pria itu mengambil satu buku dari rak yang berada di belakangnya. Tanpa melihat buku apa itu, dia membuka dan membiarkannya berdiri di depan wajah. Sementara Rui langsung menenggelamkan kepalanya diantara lipatan lengan. "Aku ingin bersembunyi."Ando terkekeh melihat wajah kusut temannya itu. "Dia terlihat tertekan.""Ada apa?" Raffael merasa dia telah melewatkan sesuatu. "Apa ada yang terjadi?""Hanya tentang Jeslyn," balas Freya, seraya mengibaskan tangannya dengan acuh. Ini bukan sesuatu yang begitu penting untuk dibicarakan. "Bukan masalah besar.""Dia hanya tak bisa memendam perasaan geram. Rui cenderung menahannya daripada harus beradu mulut dengan perempuan itu," jelas And
Baca selengkapnya

39 | Salah Sasaran

Syaqila masih tidak bisa bertemu dengan Diandra. Karena itu, dia memiliih untuk bersembunyi. Sahabatnya itu masih marah seperti seorang induk yang kehilangan telurnya. Setiap kali melihat dirinya, dia seolah menumbuhkan tanduk di kepalanya. Syaqila memilih untuk menghindar sementara waktu daripada harus menghadapi emosi Diandra yang masih tidak stabil."Kenapa dia begitu marah?" gumam Syaqila menggerutu. Saat ini dia tengah memilih jajaran buku dari sebuah rak di perpustakaan. Syaqila rasa ini tempat yang cocok untuk bersembunyi. "Padahal aku tidak melakukan kesalahan apapun. Dia terlalu berlebihan."Setelah menemukan buku yang dia inginkan, Syaqila pun berjalan menuju salah satu bangku. Ia menaruh tasnya dan duduk di kursi.Suasana tenang ini sedikit memperbaiki suasana hatinya yang memburuk sejak tadi pagi. Setiap kejadian tidak menyenangkan yang mengacaukan moodnya kini sedikit mereda."Seharusnya aku ke sini sejak tadi." Syaqila menyesal baru pergi ke tempat ini sekarang. Jika tah
Baca selengkapnya

40 | Satu Fakta Tentang Raffael

Mimpi apa dia semalam? Syaqila tidak mengira jika dia akan bergabung bersama teman-teman Raffael. Pria itu bahkan duduk di sampingnya. Memastikan jika kedua temannya tak akan lagi mengganggu dirinya. Raffael hanya tak ingin jika Syaqila kembali cedera karena tingkah absurd dua temannya."Apa yang kau baca?" tanya Freya, mengintip isi buku yang dipegang Syaqila. Dahinya mengkerut, kemudian mendengus kecil. "Kenapa kau mau membaca buku membosankan seperti itu? Apa kepalamu tidak pusing?""Tidak." Syaqila menjawab dengan jujur. Dia justru senang dengan buku semacam ini."Apa gunanya itu?" tanya Freya, benar-benar terlihat tidak menyukai bacaan Syaqila. "Itu hanya pantas dibaca oleh orang dewasa. Sebaiknya kau membaca novel saja. Itu lebih menarik untuk anak seusia kita.""Apa kau masih pantas disebut anak?" sindir Ando. Dia merasa kalimat yang diucapkan Freya tidak tepat."Kita juga sudah dewasa," ujar Rui, ikut menimpali. "Jadi tak salah jika Syaqila menyukai bacaan seperti itu. Dia 'ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status