Home / Romansa / Antara Aku dan Adik Tiriku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Antara Aku dan Adik Tiriku: Chapter 21 - Chapter 30

67 Chapters

21 | Tertolong Lagi

"Kau selalu tampak menyedihkan."Syaqila tak bicara meski ucapan Raffael cukup membuatnya tertohok. Dia menyadari jika dirinya memang semenyedihkan itu. Dia tak pernah berharap jika dirinya akan selalu ditemukan dalam keadaan seperti ini oleh pria yang membencinya."Terlalu banyak orang yang membencimu. Sudah ku katakan padamu sebelumnya, berhati-hatilah," cecar Raffael, mengomeli perempuan di depannya. "Kau bertindak sangat ceroboh hari ini. Untuk apa membuat dirimu sendiri dalam bahaya hanya karena orang lain?""Aku ... mana mungkin diam saja saat melihat orang lain dalam kesulitan?" cicit Syaqila, membela diri."Ingat dirimu sewaktu kau dirundung oleh banyak orang. Apakah orang-orang di sekitarmu bergerak untuk menolongmu?" balas Raffael yang membuat Syaqila seketika terbungkam. "Tidak semua orang memiliki pemikiran bodoh sepertimu. Setidaknya mereka memikirkan tentang diri mereka sebelum memutuskan untuk menolong orang lain."Apa yang Raffael ucapkan benar. Namun Syaqila memiliki
Read more

22 | Sakit

Raffael mendengar jika Syaqila tengah sakit saat ini. Ia jadi berpikir, mungkin Syaqila terkejut karena kejadian yang menimpanya hari kemarin. Hal itu sangat wajar, semua perempuan akan merasakan hal yang sama.Tapi, di sini Raffael benar-benar merutuki sifat Syaqila yang tidak bisa tegar walau sedikit. Karena berkatnya, Raffael-lah yang diminta orang tuanya untuk menjaga bayi besar itu di rumah."Jangan memasang wajah seperti itu."Gadis yang bersembunyi di balik selimut itu menunjukkan setengah wajahnya, menyerukan protesan atas ekspresi Raffael yang tidak mengenakan.Raffael rasanya ingin membalas dengan kata-kata sarkas yang biasa ia ucapkan. Tapi, kali ini dia menahannya. Pria itu hanya menghembuskan napas dengan kasar."Sebegitu bencinyakah kau padaku?" tanya Syaqila. Perempuan itu mulai menunjukkan wajahnya, dan duduk di ranjangnya. Menunjukkan wajah cemberut. "Padahal aku sedang sakit sekarang.""Diamlah," ketus Raffael. Saat mendengar Syaqila bicara, dia justru semakin kesal.
Read more

23 | Berdamai

"Ka-kamu serius?"Syaqila hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Dia sudah tidak banyak berharap, karena kebencian Raffael yang sulit disurutkan meski Syaqila sudah berkali-kali meminta maaf. Lantas, kenapa tiba-tiba pria itu menyetujui untuk berdamai dengannya?"Ya."Pria itu mengangguk tanpa keraguan sedikit pun. Dia terlihat lebih santai dari biasanya. Tatapannya pun tak sedingin sebelumnyaDari sana Syaqila menyadari jika Raffael tidak bercanda sama sekali."Tapi, apa alasanmu?" Syaqila tidak mungkin percaya begitu saja, di saat Raffael sudah terlalu sering menolak ajakannya mentah-mentah.Syaqila memang berharap. Tapi dia lebih pesimis, melihat bagaimana pria di depannya itu begitu membencinya sejak kemarin. Lantas, apa yang membuat pria itu tiba-tiba berubah pikiran?"Kurasa ... mungkin, karena kau terlalu membosankan." Raffael menjawab dengan ringan. Pria itu bersandar dan melipat kedua tangannya di dada. Dia merasa sudah cukup untuk bermain-main. Ia terlalu berekspekt
Read more

24 | Usaha Jeslyn

Jeslyn tanpa sengaja mendengar Raffael berbincang dengan seseorang di telepon. Entah dengan siapa ia bicara. Tapi dalam pembicaraan itu, Jeslyn mendengar Raffael meminta seseorang itu untuk menjaga Syaqil.Syaqil!Pikiran Jeslyn langsung tertuju pada satu orang. Siapa lagi jika bukan Syaqila? Hanya orang itu yang kemungkinan besar adalah 'Syaqil' yang dimaksud Raffael. Terlebih, Jeslyn pernah memergoki keduanya bersama beberapa kali.Kedua tangan Jeslyn mengerat. Dia tidak terima. Hubungan Raffael dengan Syaqila tampaknya menjadi semakin dekat saat ini. Padahal, seharusnya keduanya semakin menjauh, bukan malah sebaliknya.Mengapa semua menjadi seperti ini? Seolah dunia tidak berpihak padanya.Di tengah perasaan emosi yang bergemuruh di dada, Jeslyn memutuskan untuk membalas Syaqila dengan caranya sendiri. Dia tidak bisa hanya diam saja saat pujaan hatinya semakin dekat dengan perempuan lain. Terlebih itu adalah rivalnya.****"Ya. Kondisinya belum benar-benar membaik. Jadi, aku ingin
Read more

25 | Makan Malam Hanya Berdua

Malam ini orang tua mereka tidak berada di rumah. Fabian memiliki urusan pekerjaan dan membutuhkan istrinya sebagai pendamping. Karena itu, Raffael harus kembali terjebak bersama saudarinya.Waktu mendekati makan malam, Raffael pikir ia harus kembali maju sebagai pengasuh Syaqila, sebelum perempuan itu merengek meminta makan karena lapar. Tapi, tanpa diduga, Raffael justru menemukan perempuan itu berada di dapur, tengah menyiapkan makan malam dengan begitu piyawai. Dia seperti sudah terbiasa melakukannya. Untuk kali ini, Raffael bersyukur dia tidak direpotkan.Syaqila yang tenggelam dalam aktifitas memasak yang menyenangkan, tak menyadari jika kegiatannya sejak tadi diperhatikan oleh seseorang. Raffael di sana, berdiri di ambang pintu sembari memperhatikan kemana perempuan itu bergerak. Bagaimana dia mengolah setiap bahan masakan hingga menjadi matang. Raffael harus memastikan jika perempuan yang berada di ruangan itu memang benar-benar bisa memasak, dan tidak berniat untuk meracuniny
Read more

26 | Permintaan Kakek

"Hei, Raffael!"Pria yang dipanggil itu menoleh, menatap Rui yang duduk di sisinya."Aku ingin tahu apa hubunganmu dengan Syaqila?" Ia benar-benar penasaran sejak dulu. Entah kenapa, dia merasa jika Raffael sudah mengenal Syaqila jauh sebelum mereka. "Apakah kalian memiliki hubungan khusus?"Raffael terdiam sesaat, sebelum akhirnya menjawab, "Bisa dibilang begitu."Rui tercengang. Tak menyangka Raffael akan membenarkan dugaannya."K-kau ... serius?"Raffael mengangguk, tak peduli ekspresi Rui yang begitu berlebihan.Pertanyaan aneh. Jika ada yang bertanya apakah Raffael memiliki hubungan khusus dengan Syaqila, bukankah tak salah jika Raffael membenarkannya? Hubungan persaudaraan juga termasuk khusus, kan?****"Ada apa?""Cucu durhaka! Apa begitu caramu menyapa kakekmu, hm?"Raffael memutar bola matanya malas saat mendengar balasan kakeknya di telepon."Minggu ini, Kakek sudah menghubungiku sebanyak tiga kali." Raffael bukannya tak senang. Tapi dia merasa ini tak biasa. Dan bagaimana
Read more

27 | Mereka Berangkat Bersama?

Hampir saja Syaqila ditinggalkan. Jika dia masih mempertahankan egonya, sudah pasti Raffael akan meninggalkannya di sana tanpa peduli sedikit pun. Akhirnya, Syaqila yang mengalah. Dia mengaku salah dan meminta maaf. Memastikan jika Raffael tak marah dan tak memperpanjang masalah.Sebenarnya, pria itu masih terlihat kesal. Namun dia tampak enggan memperpanjang masalah yang sebenarnya tidak terlalu berguna. Syaqila pun baru menyadari jika dia terlalu berlebihan dalam menyikapi masalah yang dia alami barusan.Perempuan itu meringis saat mengingat bagaimana konyolnya dia yang memaki-maki motor kesayangannya saat mengetahui jika bannya kempes. Haruskah dia bersikap seperti itu? Syaqila memang kesal, namun sikapnya justru membuat dirinya terlihat lebih memalukan.Setelah semua ini, siapa yang harus ia salahkan? Syaqila merasa ini semua memang berasal dari dirinya sendiri."Kita sudah sampai."Raffael menginterupsi. Menyadarkan Syaqila yang sejak tadi melamun di mobilnya.Mereka memang beran
Read more

28 | Hubungan Mereka?

Theodore tak bisa menahan senyumnya saat dia berhasil mengajak Syaqila makan bersama. Meski dengan keberadaan satu orang yang sebenarnya tidak ia harapkan. Theo tetap merasa bersyukur saat ini."Dia masih memasang wajah seperti itu." Diandra berbisik pada Syaqila. Sejak tadi dia memperhatikan bagaimana pria di depannya ini bersikap. Dan senyum bodoh di wajahnya itu masih saja tidak menghilang. Diandra heran, apakah pria itu tidak pegal terus melengkungkan senyum seperti itu?"Biarkan saja," sahut Syaqila, sama berbisik. Mereka tidak mungkin menggunjingkan orang secara terang-terangan. Saat ini posisi Theodore tepat di hadapan mereka. Hanya dipisahkan sebuah meja di tengah-tengah. "Dia mungkin hanya sedang senang.""Aku juga tidak begitu peduli." Diandra menyahut dengan acuh. Dia menyuap satu sendok makanan ke mulutnya, merasa makan lebih baik daripada memperhatikan pria aneh di depan mereka itu. "Makanan di depanku jauh lebih menarik."Syaqila mendelik. Padahal tadi temannya itu yang
Read more

29 | Perkelahian di Caffe

"Sudahlah, Raffael." Jeslyn menarik ujung pakaian Raffael. Berusaha menarik perhatian pria itu yang sejak tadi memilih berseteru dengan orang-orang itu. "Ayo kita pergi saja."Jeslyn tak suka saat dirinya diabaikan seperti ini. Bayangannya menikmati makan siang dengan Raffael tidak berlangsung sesuai ekspektasi. Dia justru malah harus menonton bagaimana pria itu lebih memilih memperhatikan perempuan lain."Sepertinya kekasihmu itu tidak sabar," ucap Theodore. Dia dengan jelas melihat ketidaksukaan Jeslyn dengan keadaan ini. Tapi Raffael seolah tidak peduli. Tampaknya dia memang sengaja hanya mempermainkan perempuan yang bersamanya itu."Pergilah jika kau memang ingin," tegas Raffael.Jawaban pria itu membuat Jeslyn menganga tak percaya. Dia benar-benar tak dipedulikan.Raffael duduk di salah satu kursi, memilih bergabung bersama Syaqila dan dua orang yang bersamanya. Tindakannya membuat mereka terkejut. Jeslyn yang masih berdiri di sana mengepalkan kedua tangannya dengan geram.Kenapa
Read more

30 | Pria Kaku

Zain merasa jika kesabarannya saat ini sedang diuji. Ada seorang gadis di sampingnya yang sejak tadi memperhatikannya dengan kedua mata yang berkedap-kedip. Dia memindai penampilan Zain dari bawah ke atas. Tangannya menyentuh rambut dan lalu pakaiannya. Zain tidak tahu apa yang dilakukan gadis aneh ini. Tapi dia harus tahan untuk beberapa saat sebelum tuannya menyuruh untuk pergi."Siapa kau?"Gadis itu bertanya ingin tahu. Dia baru menanyakan itu setelah matanya sejak tadi memindai dirinya dengan penuh selidik. Namun di sisi yang lain, Zain merasa ia telah ditelanjangi oleh perempuan cabul itu.Zain hanya melirik sekilas pada perempuan itu, tanpa menjawabnya. Dia kembali meluruskan pandangan ke depan. Tepatnya pada tuannya yang masih berbicara dengan Syaqila."Apa kau robot?'Alisnya berkedut, dia jelas tersinggung dengan pertanyaan perempuan itu. Apakah di sini ia tampak seperti benda mati tak bernyawa?Dengan kesal, dia melayangkan tatapan tajam pada perempuan itu. Berharap dengan
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status