Home / Romansa / Antara Aku dan Adik Tiriku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Antara Aku dan Adik Tiriku: Chapter 11 - Chapter 20

67 Chapters

11 | Mengusut Kasus

Syaqila segera memeluk Diandra kala temannya itu sengaja datang untuk menjenguknya. Syaqila tak sakit, hanya mentalnya tak mungkin baik-baik saja setelah masalah besar yang menimpanya. Belum lagi pandangan mengintimidasi orang-orang terhadapnya, membuat Syaqila semakin merasa terkucilkan. Melihat Diandra saat ini, seseorang yang masih peduli dan percaya padanya, Syaqila tak bisa menahan air matanya. Tangis yang tertahan menyesakkan rongga dada itu kini pecah seketika.Diandra pun ikut menangis. Dia turut bersedih melihat keadaan Syaqila dan masalah yang menimpa sahabatnya itu. Andai saja dia bisa menolong kemarin, mungkin keadaan sahabatnya tidak akan seterpuruk ini."Kau harus kuat. Aku yakin kau akan mampu menghadapi situasi ini," ucap Diandra, meyakinkan dan menenangkan. Dia tahu Syaqila tidak selemah itu. Satu-satunya yang membuatnya lemah mungkin karena ibunya sendiri yang memilih untuk tidak mempercayainya. "Aku tahu kau tidak mungkin melakukan itu. Seseorang sengaja menyebarka
Read more

12 | Serangan

"Kacau!"Matthew tidak bisa menahan emosinya saat dia dikalahkan oleh seorang pria muda yang seusia dengan putrinya. Harga dirinya terasa tercoreng karena ia tidak berdaya di depan bocah tengik itu. Dia dengan arogannya menatap Matthew dan melayangkan ancaman yang sialnya membuat ia tak berkutik.Bagaimana mungkin pria itu berani mengancamnya? Ancaman yang dilayangkan pria itu memang tak main-main. Dia memegang kartu As-nya. Jika Matthew tidak mengalah tadi, maka reputasinya akan hancur seketika."Aku harus menyingkirkannya," desis pria itu, penuh dendam.Ini adalah cara yang biasa ia lakukan setiap kali ada seseorang yang nekat mencari masalah dengannya.Sayangnya, Matthew tidak tahu jika Raffael bukan orang yang mudah ia singkirkan.****Di lain tempat, Raffael yang sedang di perjalanan bersama pengacaranya mendadak harus berhenti karena mobil mereka dihadang oleh sekelompok orang.Raffael melirik ke depan, menemukan sekelompok orang dengan wajah sangar, memegang senjata tajam."Se
Read more

13 | Terlalu Mudah Menyerah

"Ayah, apa yang Ayah coba lakukan?"Mendengar apa yang dibicarakan oleh beberapa anak buah ayahnya, Jeslyn segera mendatangi ayahnya dan meminta penjelasan."Ayah mencoba mencelakai Raffael?""Apa kau masih belum mengerti, Jeslyn?" Matthew menatap putrinya itu dengan tajam. Hanya karena seorang pria, putrinya itu berani membangkang padanya sekarang. "Dia baru saja membuatmu dalam masalah. Dan dengan kurang ajarnya dia menantang ayah secara terang-terangan. Kau pikir aku harus diam saja menghadapi bocah sialan itu?!"Bentakan ayahnya tak lantas membuat Jeslyn takut. Gadis itu justru mendengus sembari melipat kedua tangannya di dada. Dia sama sekali tidak mau mendengar alasan ayahnya yang menurutnya tidak penting."Jika Ayah menyakitinya, aku akan membongkar semua kebusukan Ayah pada media!" ancam Jeslyn."Anak bodoh! Jika reputasiku hancur, maka hidupmu juga akan hancur, sialan!" maki Matthew. Kebencian Matthew terhadap Raffael kian membesar. Gara-gara pria itu, Jeslyn sekarang bahkan
Read more

14 | Jangan Membelanya

Raffael baru saja tiba di rumah. Baru tangannya ingin menyentuh handle pintu, namun pintu itu lebih dulu bergerak oleh orang lain yang sengaja menggerakkannya dari dalam. Saat pintu itu terayun, Raffael melihat Syaqila di depannya.Kapan terakhir kali ia melihat perempuan itu? Rasanya cukup lama. Mungkin mereka tidak bertemu setelah beberapa hari, tepat setelah semua masalah mulai bertebaran. Kini, ekspresi yang ditunjukkan Syaqila tidak secerah biasanya. Aura yang dikeluarkan perempuan itu tampak suram. Ia juga menunjukkan tatapan tidak bersahabat saat matanta bersibobok dengan Raffael."Minggir!" ketus Syaqila, mendorong Raffael ke pinggir.Dia tidak bisa membuat Raffael bergerak dengan tenaganya yang seperti itu. Tapi Raffael dengan senang hati berpindah supaya Syaqila bisa berjalan melewatinya.Iris mata Raffael mengikuti punggung perempuan itu yang menjauh. Tampaknya Syaqila sengaja pergi untuk menenangkan diri. Di rumah ini ia memang tidak akan menemukan kenyamanan. Terlebih, de
Read more

15 | Jangan Libatkan Diri Kalian

"Kau sudah kembali?"Raffael menoleh, menemukan ayahnya berdiri di depan sofa. Pria itu mengedikkan kepalanya, meminta putranya itu untuk ikut duduk bersamanya.Raffael pun menurut. Dia duduk di sofa bersama Fabian. Ia juga menerima minuman yang sengaja dituangkan ayahnya itu untuknya."Terima kasih," ucap Raffael, menerima minumannya."Bagaimana dengan masalahmu dan Syaqila?" tanya Fabian, memulai pembicaraan.Atau ... mungkin lebih ke arah interogasi. Karena Raffael merasa, ayahnya mengajaknya bicara dengan maksud tertentu. Dia mungkin ingin menggali sedikit informasi darinya."Aku dan dia masih sama seperti terakhir kali," jawab Raffael. Hubungannya dengan kakak tirinya itu belum juga menemukan perubahan. Bahkan kini Raffael merasa Syaqila seperti memusuhinya secara terang-terangan.Apa yang Raffael lakukan mungkin membuat perempuan itu marah. Dan dia melampiaskan semuanya pada Raffael.Raffael tak akan marah karena itu. Karena dia sadar, ini semua memang ulahnya.Ya. Inilah yang d
Read more

16 | Dia Milikku

Jeslyn kembali setelah selesai dengan hukumannya. Dia sama sekali tidak menunjukkan perasaan bersalah. Karena baginya, kesalahan yang dia lakukan sudah ditebus dengan menjalani hukumannya. Jeslyn juga tak peduli dengan orang-orang yang mengoceh padanya akibat ikut dalam rencananya hingga terkena dampak darinya. Jeslyn sama sekali tak peduli tentang mereka.Sikap Jeslyn itu membuat orang-orang mulai menjaga jarak, dan tidak percaya lagi padanya.Percayalah, mengikuti Jeslyn hanya akan membawa kesialan. Itulah yang dipegang oleh mereka sekarang."Raffael!" Jeslyn melambaikan tangan saat melihat pria yang ia rindukan itu. Dia segera mendekat dan duduk tepat di sampingnya. "Beberapa hari tidak bertemu, apa kamu merindukanku?"Rui dan Ando memutar bola matanya malas saat mendengar Jeslyn bertanya seperti itu tanpa rasa malu sedikit pun.Siapa pun bisa melihat jika Jeslyn memiliki ketertarikan pada Raffael. Tapi, cara gadis itu terlalu terang-terangan. Hingga terkadang orang-orang yang meli
Read more

17 | Berhadapan dengan Orang Tua Fabian

"Kau ... apa yang kau katakan?!" pekik Syaqila, setelah sadar tentang apa yang baru saja Raffael katakan.Untungnya Theodore sudah pergi karena tak ingin menghadapi Raffael lebih lama. Bukan karena takut, tapi dia kesal dengan sikap Raffael yang lebih arogan darinya.Raffael tak menjawab dan hanya mengedikkan bahunya.Pesanan mereka akhirnya diantarkan. Raffael lebih memilih menikmati pesanannya daripada menanggapi Syaqila.Sikap Raffael jelas membuat Syaqila kesal. Padahal ia ingin membuat pria itu menjelaskan apa maksud perkataannya tadi pada Theodore.Tapi, karena sikap Raffael yang terlihat tidak peduli, Syaqila terpaksa bungkam untuk sementara. Ia memakan makanannya dengan ekspresi kusut.Tiba-tiba seseorang mendatangi meja mereka. Seorang wanita dengan gaun pendek ketat mendekat pada Raffael, tersenyum sensual."Tuan, sepertinya aku tidak asing denganmu."Raffael mendongak, menatap orang itu. Lalu tatapannya jatuh pada jari lentiknya yang dengan berani menyentuh bahunya. Padahal
Read more

18 | Menemani Malam

Cuaca malam ini sangat buruk. Syaqila tak bisa tidur dengan nyenyak. Suara guntur di langit membuatnya terus tersentak dan bergemetar. Syaqila menyembunyikan tubuhnya di balik selimut, tapi hal itu tak banyak membantu. Ia masih dihantui rasa takut.Listrik tiba-tiba padam, di tengah hujan yang masih mengguyur dengan deras. Syaqila melompat dari ranjangnya dan bergegas keluar.Tujuannya adalah kamar yang tidak jauh letaknya dari kamarnya. Syaqila menggedor pintu itu cukup keras. Di ketakutan hingga tak bisa menunggu lama untuk seseorang di dalam sana membuka pintu untuknya."Raffael! Buka pintunya!" seru Syaqila.Raffael yang terusik karena suara berisik Syaqila sama sekali tak mendengarkan. Pria itu justru menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Kedatangan Syaqila pasti hanya untuk mengganggu ketenangannya."Raffael, kumohon biarkan aku masuk. Aku takut." Syaqila mulai menangis. Tubuhnya terduduk di lantai, memeluk lututnya, membenamkan wajahnya di antara lutut. Gadis itu terisak-i
Read more

19 | Berdamai dengan Mama

Syaqila terkejut ketika mendapati orang tuanya pulang, ia langsung disambut pelukan ibunya yang tiba-tiba. Syaqila memang berharap akan segera berbaikan dengan ibunya. Tapi ia tak menyangka ibunya akan sadar secepat ini. Ini terlalu tiba-tiba dan mengejutkan. Hingga Syaqila tak bisa untuk tidak merasa curiga. Rasanya seperti ada sesuatu yang salah."Syaqila." Utari memeluk putrinya erat, dan meneteskan air mata di matanya. "Maafkan mama, sayang. Maafkan mama."Mendengar suara tangis ibunya, Syaqila tak bisa memendam amarah lebih lama. Seketika hatinya menghangat mendengar perkataan maaf dari ibunya."Seharusnya aku percaya padamu. Bodohnya aku malah tidak mau mendengar penjelasanmu. Kau pantas membenci mama, Syaqila."Utari sadar ia sudah sabgat menyakiti putrinya itu. Karena itu ia tak akan meminta terlalu banyak. Dengan mengucapkan kata maaf pun Utari sudah merasa cukup. Memaafkan atau tidak itu adalah hak Syaqila sepenuhnya. Utari tidak akan memaksa Syaqila untuk melupakan kejadian
Read more

20 | Gadis Menyedihkan

"Raffael."Raffael mengabaikan Jeslyn sejak tadi. Setelah kesalahan yang ia lakukan, Jeslyn sama sekali tak menunjukkan rasa bersalahnya. Bahkan, meski dia sudah mendapat hukuman atas tindakannya.Bukan berarti Raffael marah pada Jeslyn atau peduli pada Syaqila. Raffael hanya merasa jika tindakan Jeslyn kali ini cukup merugikannya. Karena itu ia merasa kesal."Raffael, jangan mengabaikanku terus seperti ini," rajuk Jeslyn, cemberut. "Memang apa salahku? Apakah ada dari sikapku yang membuatmu kesal? Aku sama sekali tidak mengerti kenapa kamu berubah akhir-akhir ini."Ia sudah merasa cukup senang karena ia menjadi gadis beruntung yang bisa berhasil dekat dengan Raffael. Banyak orang yang merasa iri padanya. Karena itu Jeslyn bangga pada dirinya sendiri.Tapi, sikap Raffael kali ini bukan hanya membuatnya kesal tapi juga malu. Diam-diam banyak orang yang menertawakan Jeslyn karena Raffael mulai mengabaikannya. Jeslyn rasanya ingin mengutuk mereka yang tertawa di atas ketidaksenangannya.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status