“Selamat, ya, Teteh.” Abel memelukku erat sekali, entah kenapa aku merasakan ketulusan kasih sayang anak ini, padahal kami kenal baru beberapa bulan, tapi aku sudah menganggapnya sebagai adik kandung sendiri.“Ini semua berkat kamu juga, Bel. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku gak akan pernah bisa buka butik ini,” ucapku saat kami melepas pelukan.“Kok berkat aku, sih?” Wajahnya langsung berubah.“Iya, lah. Kalau gak ada kamu, siapa yang mengantarku ke tempat para pelanggan? Tahu sendiri aku gak bisa motor, gak punya juga.” Mendengar ucapanku, Abel malah terkekeh.“Nggak, lah. Semua ini berkat usaha dan kerja keras Teteh. Nah, mendingan nanti Teteh beli motor saja, kalau sewaktu-waktu Abel gak bisa nemenin Teteh ngejob, Teteh bisa pergi dan bawa motor sendiri.”“Kok bicaranya begitu, sih, Bel?”“Ya ‘kan manusia itu gak selamanya gak punya urusan mendadak atau dikasih kesehatan setiap hari. Jaga-jaga itu perlu.”“Iya, sih. Tapi bagaimana mau belajar motor, pakai sepeda saja aku gak bisa
Last Updated : 2023-08-01 Read more