Home / Pernikahan / ANAK TUKANG CUCI PIRING / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of ANAK TUKANG CUCI PIRING : Chapter 11 - Chapter 20

63 Chapters

Antara Titah dan Keinginan

Sembari menatap langit-langit kamar yang terbuat dari anyaman bambu, aku tak berhenti memikirkan perkataan Bu Ayu tadi pagi.Apa wanita baik itu tengah bercanda? Kenapa dia menyebutku sebagai calon dari pendamping Pak Abidzar? Tidak mungkin sosok terpandang yang nyaris sempurna seperti anak lelakinya itu bersanding dengan wanita sepertiku.Sungguh, aku tak bisa berhenti memikirkannya. Aku sendiri belum sempat bertemu kembali dengan Bu Ayu karena sepulang dari sekolah Syifa, aku langsung ke tempat fotocopy Bu Yuni untuk bekerja.“Kak Imas, mau pizza, tidak?” Lamunanku langsung buyar tatkala suara Ilham masuk ke dalam telinga.“Pizza apa, Ham?” tanyaku sambil bangkit.Anak lelaki itu tak menjawab, dia malah masuk ke kamar dan menarik tanganku dengan segera, lalu membawa diri ini berjalan melewati ruangan tamu sekaligus ruang televisi tanpa sekat.Setelah berada di dapur, Ilham melepas tanganku, dia langsung duduk di dekat Bapak dan Ibu yang sibuk menata makanan dari dalam kardus.“Ayo,
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Pernikahan Imas

Rasanya seperti mimpi, sebuah undangan cantik berwarna hijau sage berada di genggaman tangan ini. Senyumku terukir bersamaan dengan air mata yang beberapa kali menetes membasahi pipi. Perasaanku semakin campur aduk, tatkala melihat namaku terpampang dengan nyata di sampul kertas indah ini.“Ini undangannya kenapa bagus pisan, ya, Imas. Kamu yang pilih?” tanya Ibu sembari memutar-mutar undangan.“Iya, Bu. Waktu itu Bu Ayu kasih beberapa pilihan, semuanya bagus-bagus. Imas pilih yang ini karena terlihat paling sederhana di antara yang lain.”“Yang begini, paling sederhana?” Ibu menatapku seperti tak percaya, aku mengangguk.“Ini bahkan tiga kali lipat bagusnya dari undangan pernikahan Tetehmu waktu itu,” tandasnya lagi dengan mata kembali memandang selebaran undangan.“Jangan membandingkan begitu, Bu.” Aku mengingatkan.“Iya, Imas. Bukan niat Ibu mau membandingkan, tapi nggak menyangka saja, kalau anak Ibu bakalan punya suami dari keluarga yang … aduh, Gusti.” Ibu tak melanjutkan perkat
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Ada Apa dengan Azzam?

Untuk kali pertama, aku melihat seorang lelaki gagah itu menginjakkan kakinya ke atas lantai rumahku yang terbuat dari anyaman bambu. Tak bisa kubendung perasaan berdebar yang menguasai kalbu, rasanya masih tak percaya jika detik ini aku sudah resmi menyandang gelar sebagai seorang istri.Dari sudut mata, aku bisa melihat Pak Abidzar tengah kebingungan. Mungkin dia ragu harus bersikap bagaimana, atau mendudukkan tubuhnya di mana. Sementara di kamarku ini, tak ada kursi atau benda lain yang bisa disinggahi selain ranjang usang ini.“Silakan duduk, Pak.” Aku mempersilakan seraya beranjak dari ranjang.“Tidak apa-apa, terima kasih.” Dia menyahut, membuatku semakin merasa kikuk.“Duduk saja, Pak. Saya mau ke depan dulu, Bapak istirahat saja.” Aku mencoba meyakinkannya, berharap dia bisa menyingkirkan rasa risi atau sungkan yang tengah melanda.Pak Abidzar tak bersuara, tapi kini melangkah mendekati ranjang yang penuh dengan taburan bunga.“Saya keluar dulu ya, Pak. Mau saya ambilkan minum
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Sudut Pandang Azzam

Azzam POV Tak bisa aku menahan senyuman bahagia tatkala berbalas pesan dengan Imas, wanita yang sudah lama kukagumi.Beberapa tahun lalu, tepatnya sejak aku menjadi panitia MOS untuk anak-anak yang baru masuk ke Madrasah Aliyah, aku melihat Imas memakai topi berwarna biru tua, terbuat dari bola plastik yang dibelah, dimana itu semua adalah sebuah syarat bagi para calon siswa-siswi sekolah kami.Parasnya begitu menawan hati, matanya bulat menyejukkan, hidungnya tinggi, kulitnya kuning langsat, perawakannya tinggi namun tidak berlebihan. Namun, saat itu aku tak bisa mengetahui namanya karena name tag yang dia pakai terbalik.Sayangnya, saat Masa Orientasi Siswa berlanjut, aku hanya bisa hadir dua kali saja karena terserang demam berdarah dan diharuskan dirawat serta istirahat total. Lantas kembali masuk setelah masa pembelajaran di sekolah aktif kembali, dan tentu masa-masa MOS sudah berakhir.Sekilas memang aku melihat seorang Imas, tapi bayang-bayangnya selalui hadir di dalam mimpiku
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Gulungan Kain

Terhenyak hati ini saat mendapati Imas berada di tempat kerjaku. Mau apa dia? Apa mungkin berita perihal pernikahanku dengan Neneng sudah terdengar olehnya?Ternyata benar, tanpa basa-basi, dia menanyakan kebenaran hal itu padaku. Jujur saja, aku merasa iba, tapi mau bagaimana lagi? Perasaanku pada Neneng kian menggebu setiap harinya, bahkan munculnya Imas di hadapanku sekarang ini, membuatku tambah yakin, jika aku memang sudah jatuh cinta pada Neneng.Entah kenapa aku baru sadar, jika Imas tak secantik yang kukira. Pagi ini dia kelihatan kusam, tak menyenangkan seperti biasanya. Jauh sekali dengan Neneng di malam hari itu yang auranya sungguh menawan hati,Kecantikan Imas ibarat gunung yang menjulang tinggi. Indah bila dipandang dari kejauhan, namun tak seindah yang dibayangkan jika dilihat dari jarak dekat. Sementara selama ini, aku selalu melihat Imas dari jarak jauh.Berbeda dengan Neneng, wajahnya kalem tapi menggemaskan, lebih tepatnya tidak membosankan. Apa lagi tahi lalat di a
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

Pelet?

“Alhamdulillah, Kang …,” Suara Neneng masuk ke dalam telinga ini, namun aku memilih diam, rasa pening yang mendera membuatku enggan berkata apa pun.“Ayo, Kang. Minum dulu.”“Argh,” ucapku refleks saat hendak mendudukkan tubuh, dengan sigap Neneng membantu sampai akhirnya aku bisa bersandar pada bantal di belakang.“Bagaimana? Sudah enakan?” tanya Neneng saat aku sudah selesai meneguk air putih pemberiannya. Lekas aku mengangguk walau singkat.“Mana yang sakit, Kang?” Neneng bertanya seraya memegangi lenganku, tatapan lekatnya menyiratkan kekhawatiran yang dalam.“Nggak, sudah mendingan sekarang.” Aku menjawab sambil tersenyum.“Tapi apa yang sakit, Kang? Kepala? Perut? Atau apa? Akang sampai pingsan tadi,” katanya lagi, sekarang matanya terlihat berembun.“Iya, perut.”“Pantas saja tadi dokter bilang kalau asam lambung Akang naik,” sahutnya.“Dokter?”“Iya, barusan ada dokter yang meriksa keadaan Akang. Tadinya mau dibawa ke puskesmas, tapi ternyata Bapak sudah panggil dokter, makany
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

Makan Bersama Imas

“Loh, teuacan pulang, Zam?” Wajah Imas yang berada di dalam ponselku langsung hilang, kedatangan Deri membuatku secepat kilat menekan tombol kembali hingga layar berubah menjadi deretan menu.“Baru mau.” Aku menyahut seadanya, kuraih tas dengan lemas, memasukkan laptop dan beberapa berkas.“Kunaon atuh, Zam? Kamu teh kelihatan kuyu sekali.” Deri malah menarik kursi di sampingku dan duduk menatap dengan raut wajah penasaran.“Masa?” ucapku sambil menoleh. Deri langsung mengangguk.Kuhela napas dalam, lalu mengitari sekitar dengan tatapan. Keadaan sudah sepi, mungkin ada baiknya aku bertanya pada Deri perihal kejanggalan di hati.“Der, memangnya pelet itu beneran ada?” tanyaku.“Bahas pelet lagi …,”“Ssstt!” ucapku cepat karena merasa nada intonasi suara Deri telalu tinggi, aku tak mau siapa pun tahu perihal ini.“Iya, iya. Punten.” Deri berujar dan memelankan suaranya.“Kenapa sih, Zam. Nanyain begituan terus? Aku teh jadi takut,” cetusnya seraya menggidikkan kedua bahu.“Jawab saja, p
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

Cinta yang Luntur

Neneng POV“Memang nggak tahu malu adik sepupumu itu!” hardik Nenek seraya tak henti membelai punggungku.Bagaimana tidak sakit perasaanku ini? Setelah menerima kabar gembira jika akan ada seorang pemuda untuk melamar, tiba-tiba saja semuanya batal, dikarenakan orang yang dilamar salah orang, katanya.Tak masalah jika pemuda itu orang asing, tapi jelas bukan. Pemuda itu adalah orang yang selama ini kuharapkan menjadi suami. Selama masa sekolah dulu, aku sudah menaruh hati, hanya saja tak mampu mengungkapkan karena tak mungkin juga wanita yang memulainya terlebih dahulu.“Sakit hati Neneng, Nek.” Aku mendongak, menampakkan wajah yang sudah penuh dengan uraian air mata.“Sabar, nanti Nenek akan coba bicara lagi. Lagi pula, tidak baik kalau Imas melangkahimu. Bagaimana pun, kamu kakaknya.” Sembari memelukku Nenek berujar, walau demikian aku masih belum menghentikan tangisan, apa lagi mengingat tamparan Imas yang terasa menghina dan menjatuhkan harga diri.Entah bagaimana ceritanya, Kang
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

Kepergian Azzam

"Kenapa pada diam?" tanya Kang Azzam, aku dan Nenek hanya membeku saat lelaki itu berjalan mendekat ke arah kami. "Neng, jawab. Kamu mengguna-gunaku?" tanyanya lirih dengan tatapan lekat, jarak sedekat ini bisa membuatku melihat mata Kang Azzam yang berembun. "Jawab, Neng ... jawab," pintanya sembari meraih tanganku, tak sedikit pun terdengar nada membentak keluar dari mulutnya. Kerongkonganku seolah tercekat sampai tak bisa mengeluarkan satu baris kata pun, yang ada hanya air mata meluncur bebas membasahi kedua pipi. Sakit, sedih, segalanya bergumul di dalam hatiku. Apa lagi tatkala melihat Kang Azzam menangis di hadapanku, untuk yang pertama kali. "Jang Azzam, dengarkan dulu." Nenek menyela, suamiku itu langsung menatap. "Saya sudah dengar semuanya, Nek," jawabnya membuatku semakin menunduk. "Jang Azzam salah paham." "Tidak, saya tidak salah paham. Saya juga tidak cukup bodoh untuk mengartikan segala perkataan Nenek barusan." Nenek terdiam, mungkin bingung harus menjawab sua
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

Sindiran Imas

Please follow authornya juga setelah selesai membaca agar bisa tahu perkembangan cerita ini. Terima kasih.🦋🦋🦋“Kang Azzam!” pekikku tak percaya saat melihat sosok yang amat kurindukan itu berada di depan mata.Dengan segera aku bangkit dari tempat tidur, berlari ke arahnya dan memeluknya bersama segenap rasa cinta yang ada.“Kenapa lama sekali, Kang? Neng rindu,” ucapku sembari tersedu-sedu, tapi Kang Azzam malah membisu, tak kurasakan dia membalas pelukanku.“Jang Azzam pasti lapar. Ayo, kita ke dapur. Ibu sudah masakin banyak makanan.” Suara Ibu membuatku melepas pelukan, sedangkan Kang Azzam masih setia bergeming.“Ayo, Jang. Ajak Neneng juga, selepas kepergian Jang Azzam, waktu makan istrimu jadi berantakkan. Singkirkan ego kalian, demi janin yang berada di dalam rahim Neneng,” lanjut Ibu membuatku menatap Kang Azzam kembali.Lelaki di hadapanku itu nampak menghela napas, matanya melihatku sekilas.“Baik, Bu.” Mendengar suaranya membuat sedikit rasa nyeriku berkurang.Ibu ters
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status