Semua Bab Dinikahi Profesor Galak: Bab 131 - Bab 140

155 Bab

62. Penjelasan Bian (S2)

Seketika air mata Ira mengalir. Sudah sebulan lebih sejak terakhir kali mereka bertemu di mall. Ira berusaha keras untuk melupakan Bian, bahkan ia rela berusaha membuka hati untuk Arga.Kekecewaannya sudah sangat dalam. Apalagi kala itu Bian meninggalkan Ira sendirian dan ia malah pergi dengan wanita lain.Namun, kini Bian justru ada di hadapannya. Datang bersama keluarga untuk melamarnya. Ira tidak paham dengan situasi yang ia hadapi. Ia merasa bahwa Bian telah mempermainkannya.Mereka semua diam karena paham bahwa Ira pasti sangat kecewa pada Bian. Namun mereka pun tahu bahwa dua insan itu masih sama-sama saling mencintai. Hal itulah yang membuat Muh memberi kesempatan pada Bian.Kemarin Bian menghubungi Muh kembali dan mengatakan niat baiknya itu. Awalnya Muh sempat menolak. Namun Bian memohon dan berjanji akan memperbaiki semuanya.Bian pun menjelaskan apa yang terjadi selama sebulan terakhir. Sehingga Muh tidak tega dan mau memberikan kesempatan padanya lagi.Ira menatap Bian unt
Baca selengkapnya

63. Jangan Bertemu Dulu (S2)

Awalnya Muh dan Irawan sepakat menunggu Bian dan Ira sambil berbincang di ruang tamu. Namun mereka sangat pensaran karena dua insan itu berbincang cukup lama. Mereka pun ingin tahu apakah Ira memaafkan Bian atau tidak. “Bagaimana kalau kita lihat mereka?” usul Muh. “Boleh,” sahut ayah Bian. Mereka pun berjalan ke arah ruang tengah yang jendelanya mengarah ke taman. Tiba di sana, mereka mengintip dari balik jendela dan Muh terkejut saat melihat Bian membuka kancing kemejanya. “Tunggu! Sepertinya dia hanya ingin menunjukkan bekas lukanya,” ucap Irawan, sambil menahan Muh yang hendak berlari ke arah mereka. Sebagai orang tua, Muh tidak ingin anak gadisnya disentuh oleh pria yang bukan mahrom. Sehingga reaksinya cukup berlebihan ketika melihat tindakan Bian yang mencurigakan. Namun ternyata tebakan Irawan benar. Sebagai Jenderal, tentu Irawan sangat pintar menebak situasi. Sehingga ia bisa tahu apa yang akan anaknya lakukan. Awalnya Muh lega karena Bian hanya menunjukkan luka. Namun
Baca selengkapnya

64. Sudah Siap (S2)

Bian terkesiap mendengar ucapan Muh. Tentu saja ia keberatan jika harus dipisahkan lagi dengan Ira, meski hanya sebentar.“Kenapa seperti itu, Om?” tanya Bian. Wajahnya tidak dapat menyembunyikan ekspresi keberatan.“Om tidak mau kalian khilaf!” skak Muh. Ia terlihat begitu serius.Gluk!Bian menelan saliva. Ia menyesal karena tadi sudah melampaui batas.“Maaf, Om. Yang tadi itu khilaf karena terlalu bahagia Ira mau nerima aku lagi. Aku janji selanjutnya gak akan begitu sampai sah nanti,” ucap Bian. Ia berusaha memohon agar Muh mau memberikan keringanan pada mereka.Ia pun berharap Muh hanya bercanda atau bisa menarik ucapannya. Baginya sudah cukup mereka terpisah selama setahun lebih.“Siapa yang bisa jamin?” tanya Muh. Pertanyaannya terdengar menantang.“Tapi kan nanti Ira akan menjalani berbagai test untuk nikah kantor. Pasti aku yang harus mengantarnya, kan?” Bian masih berusaha mencari celah.“Masalah itu biar Bapak yang atur, Bi,” ucap Ayah Bian.Bian pun lemas. Ia kesal karena
Baca selengkapnya

65. Mencuri Kesempatan (S2)

“Hehehe, jangan dong, Om. Aku cuma bercanda,” jawab Bian, malu-malu.“Tapi kalau kami setuju, kamu mau kan?” tanya Muh. Ia menyunggingkan sebelah ujung bibirnya.“Ya mau, Om. Kan sambil menyelam minum air, hehe,” sahut Bian. Saat ini ia tidak terlihat seperti seorang komandan. Bian malah salah tingkah karena tadi sudah keperegok oleh Muh.“Dasar anak muda!” ucap Muh. Meski begitu harapannya pada Bian tidak berkurang. Sebenarnya ia paham atas sikap Bian tersebut. Namun Muh tidak ingin jika sampai anaknya dijamah sebelum menikah.Seandainya ia tahu apa yang telah mereka lakukan selama di perbatasan, mungkin Muh akan mengamuk. Meski begitu, untungnya Bian dan Ira tidak pernah berlebihan.“Oh iya, kebetulan besok ada acara sertijab di rumah sakit. Kalau sempat, tolong hadir!” ucap Muh. Ia mengundang mereka secara langsung untuk menghadiri acara tersebut.Saat ini Zein sedang sibuk persiapan alih jabatan, sehingga ia tidak bisa hadir di sana. Meski begitu, Muh sudah memberi informasi bahwa
Baca selengkapnya

66. Menuju Akad (S2)

“Hehehe, iya Pah,” jawab Ira, jujur. Ia tidak ingin mengambil risiko dengan berbohong pada papahnya. Sehingga ia memilih jujur meski mungkin Muh tidak akan mengizinkan. Muh lega karena Ira jujur. “Oke, tapi kamu harus ingat pesan Papah!” ucap Muh, dengan nada sedikit mengancam. “Siap, Pah,” sahut Ira. Ia tak menyangka Muh akan mengizinkannya. Wajah Ira pun terlihat sumeringah. Muh geleng-geleng melihat kelakuan anaknya itu. Ira pun segera keluar dari ruangan itu. Kemudian ia menyusul Bian yang ada di kantin. Saat itu Bian menunggu Ira bersama Kiana. Saat hampir tiba di depan kantin, Ira berpapasan dengan Arga. “Lho, kok ada di sini, Ra?” tanya Arga. Ia senang karena bertemu dengan Ira. “Iya, ada perlu,” sahut Ira. Ia khawtir Bian melihat Arga dan cemburu padanya. Sebab, sejak dulu Arga memang menjadi saingan Bian. “Gimana acaranya semalam, lancar?” tanya Arga. Sebelumnya Ira sudah memberi tahu Arga bahwa ia akan dijodohkan oleh orang tuanya. Sebenarnya Arga sakit hati, tetapi i
Baca selengkapnya

67. Akad (S2)

Jantung Ira berdebar dengan sangat cepat. Momen ini adalah yang ia nantikan sejak setahun lalu. Ia tak menyangka ternyata akan menjadi kenyataan.Ira sempat pasrah dan berpikir bahwa pernikahannya hanya sekadar khayalan. Sebab Bian sempat menghilang dalam waktu yang lama. Sehingga saat ini kebahagiaan Ira membuncah, luar biasa.Jantungnya berdebar cepat, tubuhnya gemetar, tangannya keringat dingin. Bahkan ia sampai ingin buang air karena terlalu nervous.“Semoga gak terlalu tegang kayak aku dan ijab kabulnya lancar,” gumam Ira.Ia khawatir Bian sama gugup dengan dirinya. Ia takut Bian tidak bisa mengucapkan kabul dengan benar.Setelah penyambutan kehadiran mereka, kini ada pembacaan tilawah sebelum akad dimulai. Suaranya terdengar begitu merdu. Namun menambah ketegangan kedua mempelai tersebut.Sebab, mendengarnya membuat mereka terharu. Entah mengapa ada rasa sedih yang menyeruak dari dalam diri mereka.“Alhamdulillah, baiklah mari kita mulai akadnya!” ucap penghulu.Deg!Ira terceka
Baca selengkapnya

68. Aku Gak Tahan (S2)

Awalnya Ira tak menolak. Ia yang memang merindukan Bian pun menyambutnya. Ira membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya.Medapatkan sambutan dari Ira, Bian pun semakin bersemangat. Cumbuannya semakin menuntut dan tanpa sadar dirinya telah mendorong Ira mundur, hingga mereka berdua sudah berada di atas tempat tidur.Napas Bian semakin menggebu. Ia pun langsung merangkak naik ke tubuh Ira. Sekujur tubuhnya meremang, ia sudah sangat bergairah.Namun, menyadari hal itu, Ira langsung menghentikannya. “Tunggu, Bi!” ucap Ira saat Bian sedang melumati lehernya.Bian tak mendengar ucapan istrinya itu. Matanya sudah berkabut, sebab ia memang menantikan momen itu sejak lama. Sehingga Bian tidak pikir panjang lagi dan ingin langsung melakukannya saat itu juga.“Bi, lepas!” keluh Ira, sambil berusaha mendorong tubuh suaminya yang semakin menempel itu.“Bi!” bentak Ira. Kali ini ia mendorongnya dengan kuat, sehingga Bian mundur.Bian yang sedang bersimpuh di atas tubuh istrinya pun bingung. “Kenapa
Baca selengkapnya

69. Akhirnya (S2)

Sepulang dari masjid, Bian ingin segera pergi ke kamar. Sebab ia sudah mendapat izin dari Ira untuk melakukannya sore itu juga. Namun sayangnya Muh malah menahannya.“Bi, kita ngopi dulu, yuk!” ajak Muh saat memasuki rumah.Deg!Debaran jantung Bian yang sedang menggebu itu mendadak berhenti sejenak. “Tapi, Pah,” ucap Bian.“Udah, gak apa-apa! Biar Ira istirahat, kita ngobrol aja dulu!” ajak Muh sambil merangkul menantunya itu.“Oh, iya Pah,” sahut Bian. Ia sudah tidak dapat mengelak lagi.‘Duh, gagal lagi, deh. Semoga Papah ngobrolnya gak lama,’ batin Bian.“Mbak, tolong bikinin kopi, ya. Kamu mau kopi gak, Bi?” tanya Muh pada Bian.“Boleh,” sahut Bian.Mereka pergi ke taman samping rumah dan duduk di kursi.Muh berbincang panjang kali lebar dengan Bian. Ia pun menyampaikan beberapa pesan pada menantunya itu.Meski bisa menjawab ucapan Muh, tetapi pikiran Bian tidak fokus. Ia gelisah karena ingin segera kembali ke kamar.Namun sayangnya Muh tidak memberi celah Bian untuk pergi dari s
Baca selengkapnya

70. Cerita Bian (S2)

“Kamu hebat, Sayang. Aku sangat puas,” bisik Bian, sambil memeluk Ira yang terkulai lemas di atas tubuhnya. Saat itu mereka baru saja melakukan pergulatan panas.Cinta mereka sangat menggebu karena sempat terpisahkan dalam waktu yang lama. Entah apa lagi yang akan mereka hadapi ke depannya.Saat azan subuh berkumandang, Ira membuka matanya. Meski semalam mereka baru melewatkan malam yang panas, tetapi mereka masih bisa bangun tepat waktu.“Alhamdulillah ....” Ira membaca doa setelah bangun tidur. Kemudian ia menoleh ke sebelahnya, terlihat Bian masih terlelap.“Duh, yang abis kerja keras, nyenyak banget tidurnya,” gumam Ira sambil tersenyum. Ia pun mengusap wajah Bian yang sedang tidur menghadap ke arahnya itu.“Iya, aku emang ganteng,” gumam Bian tanpa membuka matanya. Kemudian ia menggenggam tangan Ira yang ada di wajahnya itu.“Iih, kirain belum bangun,” keluh Ira, manja. Ia sempat terkejut saat Bian menjawabnya.Bian malah mendekap Ira. “Udahlah, soalnya bukan cuma aku yang bangun
Baca selengkapnya

71. Sarapan Bersama (S2)

“Iya sih, Bi. Tapi aku sayang kamu, aku gak sanggup kehilangan kamu lagi, Bi,” ucap Ira sambil memeluk Bian.“Yang penting kamu selalu doain aku aja, Sayang. Lagian untuk sementara kondisinya sudah kondusif. Mereka semua sudah ditangkap dan diamankan oleh polisi,” jelas Bian.“Kok polisi?” tanya Ira.“Iyalah. Masalah kejahatan itu kan sebenarnya urusan polisi. Tapi karena sejak awal mereka berhubungan sama aku di perbatasan, jadi kami pun turun tangan. Apalagi aku yang jadi incaran mereka. Tapi untungnya kepolisian dan mantan bos mafianya mau bantu.”“Terus kenapa kamu bisa terluka?” tanya Ira.“Yah, namanya juga menghadapi orang jahat malem-malem. Waktu itu aku lengah karena takut kamu diambil orang. Jadi begini, deh,” canda Bian.“Kalau takut aku diambil orang, harusnya gak digantungin begitu, dong!”“Dih, ngomongnya balik lagi. Masa aku harus jelasin dari awal?” keluh Bian.“Hehehe, tapi kalau ternyata aku diambil orang, gimana?” tanya Ira.“Aku yakin kamu itu jodoh aku, jadi apa p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status