Home / Pernikahan / Dinikahi Profesor Galak / 68. Aku Gak Tahan (S2)

Share

68. Aku Gak Tahan (S2)

Author: Just Mommy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Awalnya Ira tak menolak. Ia yang memang merindukan Bian pun menyambutnya. Ira membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya.

Medapatkan sambutan dari Ira, Bian pun semakin bersemangat. Cumbuannya semakin menuntut dan tanpa sadar dirinya telah mendorong Ira mundur, hingga mereka berdua sudah berada di atas tempat tidur.

Napas Bian semakin menggebu. Ia pun langsung merangkak naik ke tubuh Ira. Sekujur tubuhnya meremang, ia sudah sangat bergairah.

Namun, menyadari hal itu, Ira langsung menghentikannya. “Tunggu, Bi!” ucap Ira saat Bian sedang melumati lehernya.

Bian tak mendengar ucapan istrinya itu. Matanya sudah berkabut, sebab ia memang menantikan momen itu sejak lama. Sehingga Bian tidak pikir panjang lagi dan ingin langsung melakukannya saat itu juga.

“Bi, lepas!” keluh Ira, sambil berusaha mendorong tubuh suaminya yang semakin menempel itu.

“Bi!” bentak Ira. Kali ini ia mendorongnya dengan kuat, sehingga Bian mundur.

Bian yang sedang bersimpuh di atas tubuh istrinya pun bingung. “Kenapa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Elfita Helmi
kurang bagus ending nya
goodnovel comment avatar
Raisya Azk Shafana
komandan she di blngin dokter ira ngeyel, blm ap2 pntu kmrn d ketika de sm mertua
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dinikahi Profesor Galak   69. Akhirnya (S2)

    Sepulang dari masjid, Bian ingin segera pergi ke kamar. Sebab ia sudah mendapat izin dari Ira untuk melakukannya sore itu juga. Namun sayangnya Muh malah menahannya.“Bi, kita ngopi dulu, yuk!” ajak Muh saat memasuki rumah.Deg!Debaran jantung Bian yang sedang menggebu itu mendadak berhenti sejenak. “Tapi, Pah,” ucap Bian.“Udah, gak apa-apa! Biar Ira istirahat, kita ngobrol aja dulu!” ajak Muh sambil merangkul menantunya itu.“Oh, iya Pah,” sahut Bian. Ia sudah tidak dapat mengelak lagi.‘Duh, gagal lagi, deh. Semoga Papah ngobrolnya gak lama,’ batin Bian.“Mbak, tolong bikinin kopi, ya. Kamu mau kopi gak, Bi?” tanya Muh pada Bian.“Boleh,” sahut Bian.Mereka pergi ke taman samping rumah dan duduk di kursi.Muh berbincang panjang kali lebar dengan Bian. Ia pun menyampaikan beberapa pesan pada menantunya itu.Meski bisa menjawab ucapan Muh, tetapi pikiran Bian tidak fokus. Ia gelisah karena ingin segera kembali ke kamar.Namun sayangnya Muh tidak memberi celah Bian untuk pergi dari s

  • Dinikahi Profesor Galak   70. Cerita Bian (S2)

    “Kamu hebat, Sayang. Aku sangat puas,” bisik Bian, sambil memeluk Ira yang terkulai lemas di atas tubuhnya. Saat itu mereka baru saja melakukan pergulatan panas.Cinta mereka sangat menggebu karena sempat terpisahkan dalam waktu yang lama. Entah apa lagi yang akan mereka hadapi ke depannya.Saat azan subuh berkumandang, Ira membuka matanya. Meski semalam mereka baru melewatkan malam yang panas, tetapi mereka masih bisa bangun tepat waktu.“Alhamdulillah ....” Ira membaca doa setelah bangun tidur. Kemudian ia menoleh ke sebelahnya, terlihat Bian masih terlelap.“Duh, yang abis kerja keras, nyenyak banget tidurnya,” gumam Ira sambil tersenyum. Ia pun mengusap wajah Bian yang sedang tidur menghadap ke arahnya itu.“Iya, aku emang ganteng,” gumam Bian tanpa membuka matanya. Kemudian ia menggenggam tangan Ira yang ada di wajahnya itu.“Iih, kirain belum bangun,” keluh Ira, manja. Ia sempat terkejut saat Bian menjawabnya.Bian malah mendekap Ira. “Udahlah, soalnya bukan cuma aku yang bangun

  • Dinikahi Profesor Galak   71. Sarapan Bersama (S2)

    “Iya sih, Bi. Tapi aku sayang kamu, aku gak sanggup kehilangan kamu lagi, Bi,” ucap Ira sambil memeluk Bian.“Yang penting kamu selalu doain aku aja, Sayang. Lagian untuk sementara kondisinya sudah kondusif. Mereka semua sudah ditangkap dan diamankan oleh polisi,” jelas Bian.“Kok polisi?” tanya Ira.“Iyalah. Masalah kejahatan itu kan sebenarnya urusan polisi. Tapi karena sejak awal mereka berhubungan sama aku di perbatasan, jadi kami pun turun tangan. Apalagi aku yang jadi incaran mereka. Tapi untungnya kepolisian dan mantan bos mafianya mau bantu.”“Terus kenapa kamu bisa terluka?” tanya Ira.“Yah, namanya juga menghadapi orang jahat malem-malem. Waktu itu aku lengah karena takut kamu diambil orang. Jadi begini, deh,” canda Bian.“Kalau takut aku diambil orang, harusnya gak digantungin begitu, dong!”“Dih, ngomongnya balik lagi. Masa aku harus jelasin dari awal?” keluh Bian.“Hehehe, tapi kalau ternyata aku diambil orang, gimana?” tanya Ira.“Aku yakin kamu itu jodoh aku, jadi apa p

  • Dinikahi Profesor Galak   72. Bincang Santai (S2)

    “Hehehe, iya mari makan! Kasihan ini pengantin baru pasti udah lapar,” goda Muh.Bian tersipu malu. “Panggilannya siapa, Bang?” tanya Bian, sambil melihat bayi Zein. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan.“Panggil Aydin aja. Palingan nanti kalau gak mau ribet ujungnya dipanggil Adin, hehe,” sahut Zein.“Namanya unik sekali. Artinya apa?” tanya Bian lagi.“Artinya tampan. Biar dia jadi anak tampan kayak Bapaknya,” jawab Zein, pede.“Hahaha, asal galaknya gak ngikut ke bapaknya aja. Kasihan nanti ibunya tertekan,” ledek Ira.“Oh iya, kemarin Arga nanyain kamu, Ra,” celetuk Zein. Ia sebal karena Ira meledeknya terus.Ira langsung memelototi Zein. ‘Apaan sih becandanya gak lucu,’ batin Ira, kesal.“Mau ngapain?” tanyanya, ketus.“Itu, dia nanya kamu cuti sampe kapan. Terus dia juga minta maaf gak bisa datang karena ada acara keluarga,” jelas Zein.“Ooh,” sahut Ira, kesal. Kemudian ia melirik ke arah Bian. Ia khawatir suaminya itu akan cemburu.Namun ternyata ekspresi Bian biasa saja. Tidak

  • Dinikahi Profesor Galak   73. Ingin Seperti Dulu (S2)

    “Kebetulan aku masih ada cuti, Pah. Jadi kalau Papah mengizinkan, kami akan pergi bulan madu,” jawab Bian, malu-malu.Muh tersenyum. “Oh, silakan! Namanya pengantin baru pasti butuh bulan madu, kan. Pergi saja ke mana pun kalian mau, selama itu aman!” ucap Muh. Meski begitu ia tidak ingin membuat menantunya semakin malu.“InsyaaAllah untuk saat ini kondisi masih aman, Pah. Semua penjahat yang bermasalah pun sudah ditangkap. Jadi aku berani ngajak Ira pergi bulan madu,” jelas Bian.“Syukurlah kalau begitu. Tapi papah dengar kasus kemarin itu ada hubungannya sama pejabat negara, ya?” tanya Muh.“Iya, Pah. Makanya misi itu sangat rahasia dan aku baru bisa cerita ke Papah setelah semuanya clear,” jelas Bian.“Ya sudah, yang penting sekarang sudah beres. Semoga kedepannya tidak ada lagi hal seperti itu.”“Memang masalahnya apa, Bi?” tanya Zein, kepo.“Penyelundupan barang dan human trafficing, Bang,” jawab Bian.“Astaghfirullah ... masih ada saja orang seperti itu, ya?” Zein tidak habis pi

  • Dinikahi Profesor Galak   74. Ada yang Bangui (S2)

    “Iiih, kamu nih! Gak kasihan itu sama anaknya?” tanya Intan, sebal.“Bukan gak kasihan, Sayang. Aydin kan ada Moma dan Popa-nya. Suster yang jaga juga ada. Gak apalah sesekali kita quality time berdua,” pinta Zein. Ia tetap berusaha merayu istrinya agar mau.“Kamu sayang sama Aydin gak, sih?” tanya Intan. Ia heran karena Zein tega meninggalkan anaknya.“Sayang, dong. Tapi kan kamu tau sendiri, waktu itu aku 40 hari lebih puasa. Setelahnya udah beberapa bulan kita gak pernah bisa main lama karena selalu ada gangguan. Masa kamu tega sama aku? Kan aku juga pingin main yang serius,” pinta Zein, memelas.“Ya udah nanti aku pikirin lagi. Terus kalaupun kita jadi pergi, nanti mau bilang apa sama Mamah dan Papah?” tanya Intan. Ia masih berusaha mencari celah agar tidak perlu meninggalkan anaknya.Sebagai seorang ibu, Intan tidak tega meninggalkan bayinya yang belum genap setahun itu. Ia yakin, jika memaksakan diri untuk pergi pun pasti tidak akan nyaman.“Jujur aja! Mereka pasti ngerti, kok.

  • Dinikahi Profesor Galak   75. Rencana Bulan Madu (S2)

    “Kamu aja sana sendiri! Aku gak mau. Aku maunya di tempat yang nyaman dengan fasilitas lengkap!” ucap Ira, jujur. Ia sudah trauma tinggal di perbatasan dengan segala keterbatasannya.Apalagi jika mengingat bahwa dirinya pernah diculik. Ira tidak pernah ingin kembali ke sana lagi meski banyak view yang bagus.“Wah, ternyata selera istri aku tinggi juga, ya?” ujar Bian, sambil menggodanya.“Iyalah. Kalau gak tinggi, mana mungkin aku milih kamu jadi suami,” jawab Ira, ketus.“Ohh, jadi maksudnya aku ini high quality?” tanya Bian, bangga. Senyumannya mengembang sempurna karena dipuji Ira secara tidak langsung.“Duh, nyesel deh aku ngomongnya.” Ira pun jadi malas melihat suaminya narsis seperti itu.“Ya udah, sih. Ngaku aja!” ucap Bian sambil mencolek-colek istrinya.“Hem ... lumayan, lah. Menengah ke atas,” ledek Ira. Ia tidak ingin suaminya itu semakin ge'er.“Dih, mana ada menengah ke atas? Emangnya ekonomi?” Bian tak terima disebut seperti itu.“Lagian kamu ge’er," cibir Ira.“Itu nama

  • Dinikahi Profesor Galak   76. Belum Siap (S2)

    “Hah? Besok?” Ira terkejut. Ia belum menyiapkan apa pun. Sehingga Ira pikir besok terlalu cepat. “Iya, kan cuti kita juga terbatas,” jawab Bian, santai. Baginya menyiapkan barang tidak butuh waktu lama. Sehingga pergi besok sudah lebih dari cukup untuk bersiap. “Tapi aku belum nyiapin apa-apa, Bi,” sahut Ira. Ia terlihat keberatan. “Siapin lingerie aja yang banyak! Baju cukup bawa dua buat pergi sama pulang,” canda Bian, sambil tersenyum lebar. Ira langsung menyubit Bian. “Hiih! Sembarangan! Gak gitu juga, kali! Bisa masuk angin aku kalau cuma pake lingerie doang tiap hari,” keluh Ira, sambil menggigit bibir bawahnya, gemas. “Hahaha, ya kan nanti diangetin sama aku, Sayang. Aku jamin kamu gak akan kedinginan. Yang ada keringetan terus,” sahut Bian. Ia tidak kesakitan ketika dicubit. Sebab kulitnya cukup kencang, sehingga sulit dicubit. “Maunya!” skak Ira. “Iya, dong. Mau banget, hehe.” Bian tak mengelak. “Ya udah kalau begitu aku mau siap-siap dulu!” ucap Ira. Ia tidak ingin ad

Latest chapter

  • Dinikahi Profesor Galak   86. Bahagia (S2)

    Hati Ira berdebar-debar kala diminta untuk tes kehamilan oleh ibunya. Ia tak menyangka akan secepat ini mendapatkan momongan. Meski hasilnya belum pasti, tetapi entah mengapa Ira yakin bahwa dirinya memang mengandung.“Kamu ada test pack, gak?” tanya Rani.Ira menggelengkan kepalanya. “Enggak, Mah,” jawabnya.“Ya udah nanti Mamah suruh Bibi beli dulu. Atau kamu mau langsung cek ke rumah sakit?” tanya Rani.“Test aja dulu deh, Mah. Kalau ke rumah sakit, takut hasilnya gak sesuai harapan,” jawab Ira.“Ya udah. Tapi kamu sarapan dulu, ya! Jangan sampai sakit karena telat makan!” nasihat Rani.“Iya, Mah. Terima kasih,” sahut Ira, sambil tersenyum.Setelah itu Rani meninggalkan kamar tersebut, kemudian ia meminta Bibi untuk membeli test pack. “Bi, tolong beliin test pack, dong!” ucap Rani pada ART-nya.“Lho, Mamah hamil?” tanya Muh, kanget.“Yang bener aja, masa Mamah hamil?” timpal Zein yang masih ada di sana.“Kalian ini! Bukan buat Mamah,” ucap Rani, gemas.“Terus buat siapa, dong?” tany

  • Dinikahi Profesor Galak   85. Telat (85)

    “Hehehe, ampun, Ndan!” ucap anak buah Bian sambil cengengesan.“Ya udah, kali ini aku beneran pergi. Assalamualaikum,” ucap Bian. Kemudian ia meninggalkan istrinya itu.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Sayang,” sahut Ira.Ia menatap kepergian suaminya itu. “Semoga kamu cepat kembali, Bi. Aku gak sanggup kalau harus pisah terlalu lama lagi,’ batin Ira.“Duh, jadi pingin nikah,” ledek anak buah Bian.“Ya udah, tinggal mengajukan!” sahut Bian, santai.“Yah, saya kan bukan Komandan yang bisa sat set sat set. Mau nikah juga pengajuan dulu, belum lagi prosesnya yang lama,” keluh anak buah Bian.“Ya iya sih masalah utama mah belum ada calonnya! Hahaha,” ledek anak buah Bian yang lain.Mereka semua pun tergelak.Beberapa jam kemudian Ira sudah tiba di rumah Muh kembali. Saat ini ia sedang bersantai di kamarnya, sambil memainkan ponsel.“Kok dia belum ngabarin aku, ya?” gumam Ira.Ia gelisah menanti kabar dari suaminya itu. Padahal Bian tidak sempat untuk memberi kabar pada Ira. Sebab setibanya di

  • Dinikahi Profesor Galak   84. Berpamitan (S2)

    “Mas ... jangan maksa begitu, dong! Lagian kan demi kebaikan Aydin. Aku juga gak akan tenang ninggalinnya,” ucap Intan. Ia tidak enak hati pada mertuanya.“Hehehe, Papah bercanda, kok. Ya udah kalian pergi aja! Biar Aydin sama kami. Lagian Zein kan beberapa bulan terakhir sibuk persiapan alih jabatan, pasti butuh refreshing. Pergilah!” ucap Muh.“Alhamdulillah, gitu dong, Pah! Terima kasih, ya,” ucap Zein. Ia sangat senang karena diizinkan pergi oleh Muh.Zein pun menghampiri dan menggendong anaknya. “Sayang, maaf ya Ayah pergi dulu. Nanti kalau kamu sudah lebih besar, Ayah janji akan ajak kamu jalan-jalan. Oke,” ucap Zein, kemudian ia mencium pipi anaknya.Intan geleng-geleng kepala melihat kelakuan suaminya itu. “Kalau begitu aku mau pumping dulu ya, Mas,” ucapnya.“Iya, Sayang. Pumping yang banyak biar anak ayah gak kelaparan,” ucap Zein, sambil menggoda anaknya.Rani dan Muh tersenyum melihat keluarga kecil itu. Mereka bahagia karena kini anaknya begitu harmonis. Padahal dulu dua

  • Dinikahi Profesor Galak   83. Merengek (S2)

    “Enggaklah! Udah mendingan buruan packing biar kamu gak telat. Perjalanan dari sini ke Jakarta kan gak sebentar!” ucap Ira. Meski mengatakan tidak, tetapi ekspresi wajahnya terlihat sangat kecewa.“Iya, Sayang. Maaf, ya,” ucap Bian. Ia terus meminta maaf karena rasa bersalahnya. Apalagi jika melihat wajah Ira seperti itu. Sebab dirinya telah merusak momen penting.Setelah selesai packing, Bian dan Ira meninggalkan kamar mereka. Kemudian Bian check out di lobby."Kamu tunggu di sini, ya!" pinta Bian, saat Ira sudah berada di mobil."Iya," jawab Ira, singkat.Bian pun meninggalkan mobil, kemudian melakukan check out. Tak lupa Bian menjelaskan bahwa akan ada Zein yang menggantikannya. Ia pun meminta kamarnya dibersihkan dan dihias dengan bunga seperti untuk orang bulan madu."Jadi ini tidak ada biaya tambahan, kan?" tanya Bian."Tidak ada, Mas. untuk buangnya kami berikan free," sahut resepsionis. Mereka memberikan free karena Bian telah memesan hotel dengan kelas kamar paling tinggi sel

  • Dinikahi Profesor Galak   82. Terpaksa Pulang (S2)

    “Tau tuh, siapa tadi yang iseng basahin meja, ya?” canda Bian. Ia sengaja ingin membuat istrinya kesal.Namun kemudian Ira teringat. “Ya ampun, ini karena ulah kamu ya, Bi?” tuduh Ira, sambil ternganga. Ia ingat bagaimana tadi dirinya yang baru naik dari kolam itu langsung direbahkan di atas meja.“Gak salah? Kan kamu yang tadi rebahan di sini,” sahut Bian, santai. Ia sengaja menyudutkan istrinya.“Tapi kan kamu yang bawa aku ke sini!” Ira tidak mau kalah. Ia tak terima disalahkan seperti itu. Sebab memang Bian yang merebahkannya di atas meja.“Ya udah, mendingan makan aja jangan debat! Kan udah lapar,” ucap Bian. Ia pun membuka makanan tersebut dan menyendoknya.“Berarti orang itu lihat, dong?” tanya Ira sambil menyendok makanan. Ia masih tidak enak hati memikirkan meja yang basah tersebut.“Iyalah. Dia kan punya mata,” jawab Bian, tanpa dosa. Berbeda dengan Ira, Bian tak peduli. Baginya orang tadi pasti sudah biasa menghadapi hal seperti itu.“Hiiih, kamu ini!” Ira kesal.“Udah maka

  • Dinikahi Profesor Galak   81. Ini Bulan Madu (S2)

    “Mau ngapain, sih?” tanya Ira. Ia yakin suaminya pasti menginginkan sesuatu.Bian langsung menarik Ira. “Biasakan sama suami itu langsung nurut! Jangan suka ngebantah, nanti tuman!” ucap Bian, gemas.“Ya abisnya kamu suka aneh-aneh, sih,” ucap Ira, manja.“Apanya yang aneh? Namanya suami istri begini tuh wajar, Sayang,” ucap Bian, sambil merangkul pinggang Ira. Kemudian merapatkan tubuh mereka.Ira tersenyum. Ia sangat gemas melihat tingkah suaminya itu. “Tuh, kan. Kamu maaah. Emang wajar, sih. Tapi ini masih siang. Aku risih mesra-mesraan siang hari begini, ihh,” keluh Ira.“Dulu waktu masih pacaran, kamu gak risih. Kenapa sekarang malah menghindar,” bisik Bian, nakal. Kemudian ia menggigit telinga istrinya itu.“Bi!” tegur Ira. Ia malu disebut seperti itu oleh suaminya. Ketika sedang berpacaran mereka memang cukup sering bermesraan. Namun hanya sebatas bibir, tidak lebih. Mungkin karena belum halal, jadi mereka masih sangat menggebu-gebu.Sedangkan saat ini mereka sudah menikah dan

  • Dinikahi Profesor Galak   80. Berendam (S2)

    Ira mendorong Bian secara perlahan. “Berarti nanti kamu bisa gak pilih aku, dong?” tanyanya, saat Bian melepaskan tautan bibir mereka.Bian menatap Ira. “Kamu kan tau kalau aku sudah bersumpah untuk menjadikan tugas negara sebagai prioritas?” Ia balik bertanya.Wajah Ira langsung murung. “Iya,” lirihnya. Ia tidak bisa protes untuk hal itu. Apalagi mereka sudah beberapa kali membahas hal itu.“Maaf ya, Sayang,” ucap Bian sambil menangkup pipi Ira. Ia pun bingung karena tidak bisa berbuat apa-apa. Mengatakan janji manis pun tidak mungkin jika tak sesuai kenyataan.“Yah, mau gimana lagi. Udah risiko aku,” ucap Ira, pasrah.Sebenarnya ia hanya ingin jawaban gombal. Namun nyatanya Bian tidak bisa seperti itu. Sehingga Ira kecewa.“Dari pada mikirin yang enggak-enggak. Mending kita kerjakan yang iya-iya,” ucap Bian, genit.Ira mengerutkan keningnya. “Apa?” tanyanya.Bian melirik ke arah tempat tidur.Ira langsung menyipitkan matanya. “Ya ampun, Bi. Ini masih siang, lho,” keluh Ira.“Masalah

  • Dinikahi Profesor Galak   79. Masih Ngambek (S2)

    “Siap aku salah!” ucap Bian. Ia tidak ingin berdebat lagi dengan istrinya. Saat ini ia hanya bisa mengakui kesalahannya. Bian tidak mau sampai bulan madunya gagal karena hanya hal sepele.“Aku kecewa sama kamu,” ucap Ira sambil memalingkan wajah.Meski sedang kesal, melihat Bian mau mengakui kesalahannya membuat Ira senang. Baginya Bian mau mengaku saja sudah cukup, tetapi rasa kesalnya masih ada walaupun ia tidak marah lagi.“Yank, itu camilannya mau di makan, gak?” tanya Bian. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan.“Gak!” jawab Ira, ketus.‘Haduh! Pake ketemu dia segala, sih. Jadi kacau gini kan bulan madunya. Gawat banget kalau sampe dia ngambek terus,’ batin Bian.‘Apa iya cewek tadi cuma temen lama dia? Tapi kenapa tatapannya ke aku sinis banget? Aku gak yakin,’ batin Ira. Kemudian ia memicingkan matanya ke arah Bian. Ia ingin menelisik apakah Bian berbohong padanya atau tidak.‘Semoga dia gak nanya macem-macem lagi, deh,’ gumam Bian dalam hati.Ira yang sedang kesal itu akhirnya t

  • Dinikahi Profesor Galak   78. Merajuk (S2)

    Bian terkekeh. “Ya udah jalan dulu ya, Bang. Dari pada bulan madunya gagal nanti. Bahaya,” ucap Bian.“Oke, hati-hati!” sahut Zein. Ia pun tersenyum melihat tingkah adiknya itu. Zein merasa Ira tidak jauh berbeda dengan dirinya.Akhirnya mereka pun pergi.“Sayang, mau beli camilan dulu, gak?” tanya Bian. Ia khawatir istrinya akan bosan jika tidak ada makanan ringan.“Boleh, deh. Kalau gitu nanti mampir di minimarket aja dulu!” jawab ira.“Siap!” sahut Bian. Mereka pun menuju ke minimarket sebelum melanjutkan perjalanan.“Beli di situ aja ya, Yank?” tanya Bian saat melihat ada minimarket di depan.“Ya udah, ada parkirannya, kan?” sahut Ira.“Ada, tuh!” jawab Bian. Ia pun mengarahkan mobilnya ke minimarket tersebut. Kebetulan parkirannya sedang kosong, sehingga mobil Bian bisa masuk.“Kamu mau ikut turun atau nunggu di sini?” tanya Bian, saat hendak turun dari mobil.“Aku nunggu aja, deh,” sahut Ira. Ia malas jika harus turun. Sebab di luar, matahari cukup terik.“Ya udah, mau beli apa?

DMCA.com Protection Status