Semua Bab Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan: Bab 171 - Bab 180

316 Bab

BAB 170 : Akan Melakukan Segala Cara

Aruna menatap ke depan dengan tubuh berguncang pelan dari mobil yang ia kendarai.Rintik hujan sedikit menghalangi pandangannya pada jalan lurus yang ramai oleh bus dan juga truk-truk besar.Pikirannya setengah melayang.Hatinya seakan kosong dan terasa hampa.Meski tekad itu telah ditetapkan di dalam dirinya, namun ternyata menyatakan secara jelas perpisahan itu di depan Brahmana, membuat separuh dirinya seakan tidak bersamanya.Aruna berulangkali meyakinkan diri.‘Ayah adalah cinta pertamaku dan cinta abadiku.’‘Agha adalah cinta yang baru kumiliki beberapa saat.’‘Tidak ada yang bisa menyuruhku memilih antara ayah dan Agha.’‘Sudah jelas, seluruh hidupku untuk membahagiakan ayah, tidak akan bisa membayar semua pengorbanan dan kasih sayang ayah padaku.’‘Meski secara tidak langsung, Agha yang menyebabkan ayah yang sesungguhnya adalah korban, menjadi pihak ber
Baca selengkapnya

BAB 171 : Menghukum Mereka

Ardiya mengusap wajahnya lalu kedua mata itu menyorot kosong pada langit-langit kamar di apartemennya.Entah berapa lama ia tidur, perutnya terasa kosong dan letup perih terasa di dalam sana.Entah juga celekit perih itu benar-benar berasal dari perutnya atau dari hatinya. Ardiya tidak tahu.Pria itu menoleh ke arah bufet panjang di sudut kamarnya, lalu entah dari mana datangnya, sudut itu berubah menjadi sudut salah satu kamar di mansion Dananjaya yang pernah ia tempati saat kecil dulu.Di ujung sana, terbayang sosok anggun dan tampan Brahmana kecil yang duduk membaca di dekat jendela.Ya, Brahmana.Masih dapat ia ingat dengan baik, Brahmana yang tanpa kata menatap dirinya tajam saat ia mengeluarkan suara-suara berisik saat bermain mobil-mobilan.“Diamlah. Ini sudah malam.”Begitu yang dikatakan Brahmana padanya.Ardiya mengerjap. Bayangan itu kian jelas.Entah bagaimana dan mengapa, potongan memori m
Baca selengkapnya

BAB 172 : Menginterogasi Anton

Dengan patuh sang asisten segera melaksanakan perintah atasannya. Namun dalam beberapa saat, asisten itu menggeleng. “Ditolak, Pak.” “Kamu telpon ke nomor siapa?” “Bapak Fathan, executive secretary pak Brahmana, Pak.” Asisten Robert menjawab pelan. “Coba ke asisten Tuan Dananjaya,” ujar Robert gusar. Asisten Robert itu kembali melakukan perintahnya. Namun, tak lama ia kembali berujar, “Sama Pak. Ditolak.” Robert mengeluarkan ponselnya sendiri dan mengetik pesan. Beberapa detik kemudian pesan itu ia kirimkan. “Semoga Tuan Dananjaya mau menjawab telepon.” Ia lalu menunggu beberapa saat hingga pesan yang ia kirimkan terlihat telah dibaca. Dengan sedikit gugup ia lalu melakukan panggilan ke nomor asisten Dananjaya Tua. “Halo. Pak Nuh, bisa saya bicara dengan Tuan Besar?” sapa Robert sopan begitu telepon terhubung. Ia lalu menunggu. Kemudian terdengar suara berwibawa Dananjaya Tua. ‘Ada apa?’ “Se-selamat siang, Tuan Besar. Begini, perusahaan saya dalam masalah--” ‘Dan apa itu u
Baca selengkapnya

BAB 173 : Tempat Berkeluh Kesah

“Oke, oke!” Anton menyerah. “Runa emang minta tolong ama gue. Katanya mau menghindar dari orang-orang yang gangguin dia. Jadi gue dengan senang hati bantuin Runa. Runa minta gue nunggu di satu tempat dan gue membuat supir mobil yang membawa Runa, pingsan.” Pria muda itupun melanjutkan. “Runa lalu minta gue tukeran mobil ama dia. Ya gue oke-oke aja, apalagi mobil yang membawa Runa ama bokapnya, lebih bagus dari mobil yang gue punya. Gue lalu bawa mobil itu dan Runa pergi ama mobil gue.” “Lalu Aruna?” “Ya gak tau. Dia langsung pergi pake mobil gue dan gak bilang mau kemana.” Brahmana mengangkat tangan dan memberi kode pada Fathan yang langsung bergerak mendekat pada Brahmana. “Plat mobil?” tanya Fathan pada Anton. Setelah mendapatkan informasi mengenai mobil milik Anton yang dibawa Aruna, Fathan segera pergi dari sana. Tentu saja untuk segera mencari tahu kemana mobil itu pergi. Dengan mengetahui plat nomor dan jenis mobil secara jelas, akan lebih mudah melacak keberadaan Aruna se
Baca selengkapnya

BAB 174 : Fakta Lain Masa Lampau

Brahmana tertegun sekian detik.“Saya pikir saya benar. Ini pasti tentang wanita.” Syam lalu terkekeh pelan.“Ada apa, Nak?” tanyanya setelah melihat Brahmana yang masih terdiam.“Saya--” Brahmana menelan saliva. “Membuat kesalahan pada seseorang, sehingga orang itu pergi dari saya.”“Kesalahan?”“Ya, Pak Syam. Apa pak Syam ingat tentang kasus tabrak lari 2017 silam?”“2017?”“Ya, Pak.” Brahmana menarik napas dalam. Beban di dalam dadanya terasa begitu berat. Celekit nyeri ketika ia menarik napas, terasa lagi.“Saat itu pak Syam masih membimbing dan mendampingi saya. Saya meminta pak Syam untuk membereskan kasus itu.”“2017…” Syam mencoba memutar memori lamanya. “Ah.. Nak Nadiya yang tidak sengaja menabrak seorang pria?”“Bapak ingat?”Syam mengangguk. &ldquo
Baca selengkapnya

BAB 175 : Pintu Maaf Yang Tidak Bisa Dipaksakan

“Apakah Tuan Syam mengatakan sesuatu, Tuan?” Fathan memberanikan diri bertanya, saat Brahmana telah kembali ke dalam mobil yang dikemudikan dirinya. Ia cukup kaget karena Brahmana memilih duduk di depan, bersisian dengannya yang berada di balik kemudi. Bukan duduk di belakang seperti biasanya. Sepanjang jalan, Brahmana pun hanya diam, hingga Fathan mencoba membuka percakapan dengan Bos Besar-nya itu. “Kakek yang ternyata memutarbalikkan fakta dan membuat pak Erwin menjadi tersangka.” “Ya Tuhan..” Fathan bergumam spontan. Bagaimana tidak, semula ia memang berpikir bahwa kasus itu dan segala yang terjadi saat itu, memang atas perintah Brahmana pada Syam untuk menyelesaikannya. Meskipun ada sedikit ganjalan, mengapa pak Erwin harus dijadikan tersangka, padahal dialah korbannya, namun Fathan tidak berani bertanya hal itu pada sang Bos Besar. “Jadi.. apakah karena itu juga, yang membuat Nona Aruna ditolak saat datang ke kantor polisi oleh seorang oknum dan mengalami kesialan itu…” Fa
Baca selengkapnya

BAB 176 : Beberapa Hati Yang Sakit

Beberapa hari kemudian, di kediaman Brahmana. Di kamar tidur besar Maira, Brahmana tengah membujuk Maira. Wajah pria tampan yang telah mengenakan setelan jas berwarna coklat tua itu tampak muram, dengan alis menukik, mulut sedikit terbuka, namun tanpa ada keluar kata-kata. Sementara gadis kecil yang sedang ia bujuk, masih mengenakan gaun tidur dan memeluk teddy bear berwarna coklatnya dengan erat. Maira duduk di dekat headboard ranjang dengan kaki bersila dan menunjukkan raut wajah yang tak kalah suramnya dari sang ayah. “Bisa jelaskan pada ayah, mengapa hari ini Mai tidak mau sekolah lagi?” Nada sabar terdengar dari kalimat yang ditanyakan oleh Brahmana pada gadis kecil di depannya. Alih-alih menjawab, gadis kecil itu malah berdendang dan menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan kedua lengan tetap mendekap boneka kesayangannya. “Mai…” Maira, gadis kecil itu tetap tak mengindahkan pria di depannya. “Mai, ayah bicara padamu,” kata Brahmana. Kali ini ia menekuk lututnya dan duduk di
Baca selengkapnya

BAB 177 : Terpuruk

“Apakah benar-benar tidak ada hasil apapun, Mas?” Shanti menatap lekat pada pria berkacamata yang duduk berhadapan dengannya.Fathan menggeleng, lalu balik bertanya. “Kamu sendiri gimana? Apa Aruna sama sekali tidak menghubungimu? Atau kamu dapat petunjuk dan informasi dari teman-teman kalian?”Gelengan Shanti menjadi jawaban yang sangat jelas bagi pria berkacamata itu.“Gue dah tanya semua anak-anak. Bahkan gue dah kaya debt collector, tiap hari nagih info sama temen-temen deket. Tapi gak ada satu pun yang bisa hubungin dia dan juga kagak ada satu pun yang dihubungi Runa.”Shanti mengempas tubuhnya ke sandaran kursi.“Bahkan semua medsos dia sudah di non-aktifkan. Dia bener-bener kaya jin lampu, tiba-tiba ngilang gitu aja.” Kedua sorot mata Shanti meredup.Wanita muda sahabat Aruna itu tidak mampu menyembunyikan kekhawatirannya yang sangat, pada Aruna.Ia telah mengetahui alasan Aruna p
Baca selengkapnya

Catatan Author

Dear all GoodReaders pembaca setia Aruna dan Brahmana!! Jadwal update Aruna masih sama yaa, yakni Senin hingga Sabtu setiap jam 19.00, dua bab yang di upload setiap harinya.. Akan tetapi.. seringkali setiap hari Minggu, Author tetap upload agar teman-teman GoodReaders tidak kehilangan Aruna. Author juga minta maaf, jika ternyata pada hari-hari tertentu hanya bisa upload 1 bab saja, dikarenakan pada hari tersebut Author disibukkan dengan pekerjaan Author lainnya (kebetulan Author juga seorang pegawai... :D). Tapi selalu Author usahakan dapat upload minimal dua bab setiap harinya... Oya... bagi teman-teman yang memberikan komentar di setiap Bab namun tidak terjawab oleh Author, artinya komen kalian pada bab itu tidak muncul di Author. Belum Author ketahui apa penyebabnya, dimungkinkan karena system error di GN nya. Anyways............. Terima kasih sekali lagi buat teman-teman yang sudah mengikuti terus Aruna sampai bab ini. Terima kasih juga apresiasi kalian terhadap karya Autho
Baca selengkapnya

BAB 178 : Terpaksa Kembali

“Aku benar-benar minta maaf, Bu. Jadi merepotkan Bu Darmi.” Wanita berusia akhir tiga puluhan itu tersenyum ramah. “Tidak apa-apa, Mbak Runa. Tenang saja, saya akan jaga bapak jenengan. Ndak perlu khawatir. Dulu saya biasa rawat mertua saya yang juga kondisinya seperti pak Erwin ini, kok.” Aruna mengangguk dan balas tersenyum. “Terima kasih, Bu. Kalau misal ayah saya mau buang air, Bu Darmi--” “Jangan khawatir! Nanti saya panggil mas Parno suami saya untuk bagian itu, Mbak..” Wanita bernama Darmi itu tersenyum lebar. Aruna tersenyum lagi, lalu mengalihkan pandangan pada sang ayah. “Yah, maaf Runa tinggal dulu sehari ini ya Yah. Runa janji segera kembali..” Aruna meraih tangan kanan Erwin lalu mencium punggung tangan ayahnya itu. “Bu Darmi, saya titip ayah.” Demikian Aruna berpamitan pada salah satu tetangga baik hati yang bersedia menjaga Erwin hari ini. Aruna lalu keluar dari rumah kontrakan sederhana di satu perkampungan yang tidak jauh dari pusat kota Brebes. Ia masuk ke dal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
32
DMCA.com Protection Status