Home / CEO / Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan: Chapter 181 - Chapter 190

316 Chapters

BAB 179 : Pertemuan Dan Pengakuan Yang Tak Terhindarkan

Aruna membatu tatkala melihat satu sosok berdiri tepat di hadapannya, begitu ia berbalik. “Runa…” “A-Ardiya.. Apa.. apa yang kau lakukan di sini?” Aruna tergagap. Ekor matanya bergerak cepat, memindai ke belakang dan sekeliling Ardiya. Ardiya berdiri mematung memandang wanita di depannya dengan tatapan kompleks. Satu sisi hatinya berbunga, satu sisi lain terasa pilu. Entah bagaimana menjelaskannya, ada debar rindu di dalam diri Ardiya pada wanita muda yang terlihat gugup itu. Ia sungguh bersyukur, Anton menghubungi dirinya beberapa jam lalu dan memberitahukan informasi berharga ini pada dirinya, terlebih dahulu. Meski ia harus kehilangan seratus juta rupiah, sungguh, Ardiya merasa itu sangat sepadan dengan bisa menatap wanita muda ini tepat di depan dirinya. “Kau tidak sedang mencoba menipuku, kan?” tanya Ardiya saat ia menerima telepon dari Anton sekian jam lalu itu dan kesepakatan antara mereka telah terjadi. ‘Gue gak berani, Tuan! Gue cukup bahagia dengan uang itu nanti, ka
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

BAB 180 : Dibawa Pergi

Aruna mengusap airmata yang menetes dengan begitu deras di kedua pipinya. Pandangannya mengabur karena genangan bening di pelupuk mata. Ia menatap jalan raya yang menyimpan banyak kenangan bersama Brahmana juga Maira. Pertemuan dengan Ardiya tadi, membuat dadanya sesak karena jaring memori yang menarik dirinya untuk mengenang semua tentang Brahmana. Ia memang telah memutuskan pilihan ini. Tapi bukan berarti tidak terasa sakit. Aruna menengadahkan kepalanya. Ia memaki pelan atas airmata yang begitu bertekad dalam menerjemahkan rasa pilu di hatinya. Ia tidak boleh menangis! Rasa sakit itu tidak boleh ada! Rasa sakit hanya akan muncul, karena terluka. Dan seseorang bisa terluka karena memiliki harapan yang mangkir dari terwujud nyata. Seseorang juga bisa terluka karena memiliki rasa lebih --yang lazim disebut cinta-- kemudian tahu bahwa rasa lebih itu tidak pula dapat mewujud. Semakin besar harapan dan cinta itu, semakin besar dan dalam pula luka yang akan menggores. Dan kini, Ar
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

BAB 181 : Apapun Untuknya

Dengan tergesa, Brahmana turun dari mobil dan berjalan cepat mendatangi kantor kecil tempat rental mobil. Kantor itu hanya terdiri dari ruangan satu sekat yang sangat sederhana. Fathan bergegas menyusul langkah cepat Brahmana dan berhenti tepat ketika sang Bos Besar-nya pun berhenti. “Permisi Pak, saya perlu informasi mengenai penyewa mobil ini,” ujar Fathan langsung dan mendekati seorang lelaki paruh baya di balik meja sederhana. Lelaki paruh baya itu menelisik Fathan dan pria yang menjulang berdiri di sisi Fathan, lalu menelan ludah dengan kasar, merasakan tekanan kuat yang menguar dari pria itu. “Saya tidak membocorkan informasi pelanggan, Tuan.” Tak. Lelaki paruh baya itu terkesiap lalu terkesima menatap setumpuk uang yang diletakkan Fathan di atas meja sederhana miliknya. “Apakah sekarang kami bisa mendapatkan info itu?” Lelaki paruh baya itu menelan ludah dengan alot, lalu menganggukkan kepala. “Bi-bisa Tu
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

BAB 182 : Sepucuk Surat

Beberapa hari berlalu. Brahmana menggila mencari Aruna. Beberapa meeting telah sekian kali dibatalkan dan beberapa proyek terabaikan. Fathan sendiri tidak menemukan keanehan atau hal-hal mencurigakan dilakukan oleh Robert ataupun pihak lain yang mereka curigai. Tidak ada satu pun dari mereka yang berhubungan dengan hilangnya Aruna. “Tuan,” Fathan melangkah mendekati meja kerja Brahmana. “Tuan Besar menghubungi dan mengatakan akan mengundang Tuan Harun pada jamuan makan malam ini.” Fathan melaporkan kegiatan tambahan untuk Brahmana pada hari itu. “Berikan berita lain yang lebih penting,” balas Brahmana tak acuh. Ia tengah duduk bersandar malas pada kursi kebesarannya, dengan tatapan mengarah pada jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan puncak-puncak pencakar langit di luar. Fathan terdiam sebentar. Ia kemudian meletakkan iPad ke atas meja kerja Brahmana. “Oknum yang hampir melakukan pelecehan pada nona Aruna 2017 silam, telah dibereskan.” Brahmana melirik tanpa minat
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

BAB 183 : Seseorang Dan Sebuah Tugas

Dua tahun enam bulan kemudian. Di bandara Soekarno Hatta, terminal 3 internasional. Seorang wanita bertubuh tinggi semampai dibalut blus putih motif bunga fuchsia ungu cerah berpadu rok setengah betis dan sepatu boot kulit berwarna coklat tan, melangkah anggun sambil menarik koper berukuran besar. Rambut panjang bergelombang-nya yang diikat menjadi satu di belakang, mengayun indah. Wajah cantiknya terlihat cerah dengan bibir dipoles lipstick berwarna pink nude. Sementara sebelah tangan memegang benda pipih di telinga kiri dan berbicara dalam bahasa asing. “Have you checked the email that I sent to you?” (Sudahkah kamu mengecek email yang kukirimkan?) Wanita itu terus berjalan sambil mendengarkan jawaban dari seberang telpon. “I could see the need to have a systematic approach to our product development workflow. I’m working on it.” (Aku bisa lihat perlunya pendekatan sistematis terhadap alur kerja pengembangan produk kita. Aku sedang mengerjakannya) Wanita itu bicara lagi dengan
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

BAB 184 : Suara Surga

Dua minggu berlalu. Gedung megah berlantai puluhan dengan logo DG yang terukir besar dan indah di atasnya. Lantai 59, ruang CEO. Terdengar ketukan ringan di pintu. “Masuk.” Fathan lalu muncul setelah membuka pintu itu. Dengan langkah sedikit cepat, ia menghampiri meja besar sang Bos Besar. “Tuan--” “Saya tidak ingin dengar ada masalah.” “Tidak ada masalah. Justru kabar cukup baik, Tuan.” “Hm.” Fathan paham respon singkat Brahmana itu dan langsung menjelaskan. “PT. Niskala memiliki terobosan dalam prinsip Building Information Modeling. Siang ini akan dipresentasikan di hadapan klien penting.” “Siapa penggagasnya?” “Seorang manager baru yang dipekerjakan di sana,” jawab Fathan. Ia tahu, Brahmana akhir-akhir ini sangat memperhatikan potensi sumber daya manusia yang berasal dari dalam negeri. Apresiasi tinggi sering diberikan Brahmana kepada anak-anak bangsa yang memiliki tero
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

BAB 185 : Bertemu Dirinya

Brahmana tertegun di tempat sepersekian detik tatkala mendengar suara yang berasal dari dalam ruangan, begitu pintu dibuka oleh General Manager. Pria tampan itu menyerbu masuk hingga membuat General Manager terentak mundur, dan untuk kedua kalinya, ia tertegun kembali di tempat. Pandangannya lurus ke depan. Netra kelam itu menatap lekat tak percaya ke satu arah dengan bibir membuka dan bergetar, namun tak kuasa berkata-kata. “Runa…” lirihnya nyaris tanpa suara. Wanita di depan, yang tengah mempresentasikan sesuatu di hadapan beberapa investor, tak kalah kagetnya. Wanita itu terlihat terpaku saat manik kecoklatan miliknya bersirobok dengan netra kelam Brahmana. Namun itu hanya sesaat. Tepat sebelum Direktur mengangkat tangan memberi kode padanya untuk meneruskan presentasi yang tengah wanita itu lakukan, wanita itu tampak telah menguasai dirinya kembali. “My apology for the interruption. Let me continue…” Dengan elegan, wanita itu kembali meneruskan penjelasan yang tadi sempat
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

BAB 186 : Tidak Akan Membiarkanmu Pergi Lagi

Pria bertubuh tinggi itu membuang jas miliknya ke atas sofa dan melangkah cepat menghampiri Aruna yang terpaku di depan pintu ruangan.Kini pria itu menjulang tepat di hadapan Aruna, dengan sebelah tangan mengayun mendorong pintu di belakang Aruna, hingga tertutup rapat.“Katakan ini benar-benar dirimu.” Suara Brahmana --pria itu-- terdengar serak.Ia bergerak maju hingga membuat Aruna ikut mundur lalu sempurna terjebak di antara dinding sisi pintu juga lengan kokoh Brahmana.Napas pria tampan itu terdengar memburu dengan embusan pendek. Netra kelamnya mengunci manik kecoklatan wanita yang kini tersudut olehnya itu.Ia sungguh tersiksa sepanjang presentasi tadi. Hanya mampu menatap Aruna dan menahan diri membiarkan Aruna menyelesaikan presentasinya pada para klien Niskala.Ia jelas tidak ingin mengacaukan apapun yang sedang dikerjakan oleh wanita yang dicintainya itu.“Katakan, apa yang harus kulakukan untuk membuatm
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

BAB 187 : Bukan Lulusan Abal Abal

Di ruang CEO, gedung Dananjaya Group. Brahmana dengan cepat membaca berkas pegawai milik Niskala, yang baru saja diserahkan Fathan padanya. “Aruna Maheswari, MS.” Brahmana terjeda. “Master of Science?” Matanya lalu merangkak turun melihat keterangan di kolom histori pendidikan. “Dia.. mengambil pascasarjana di Massachusetts Institute of Technology?” “Itu universitas teknologi paling top dan bergengsi di dunia, Tuan,” cetus Fathan yang mendengar gumaman Brahmana. “Saya tahu!” sentak Brahmana merasa terganggu. Tentu saja, Fathan langsung menutup mulutnya rapat-rapat. “Jadi selama ini… Aruna ada di kota Cambridge, Amerika?” desah Brahmana tanpa daya. Matanya mengerjap beberapa kali --untuk mencerna informasi, yang perlahan mengurai benang kusut yang selama ini menghantui dirinya. “Apa yang terjadi.. bagaimana bisa Aruna berada dan tinggal di sana--” Brahmana terhenti. “Apakah…” Pria tampan itu langsung mengeluarkan ponsel miliknya dan menghubungi satu nomor kontak. “Kakek,” s
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

BAB 188 : Menitipkan Yang Berharga Baginya

Wanita muda yang telah menjadi manajer di Niskala itu terpaku sesaat. Dengan mengeratkan genggaman pada satchel bag miliknya, ia melangkah anggun mendekati mobil sedan putih mengilat yang terparkir di basement khusus tingkat manajer ke atas. Seorang pria bertubuh tinggi atletis, tengah bersandar di pintu mobil sedan putih miliknya itu dengan tangan terlipat di dada, menonjolkan garis urat maskulin di sepanjang lengan yang terbuka, karena lengan kemeja yang telah tergulung hingga siku. “Sudah pulang, Sayang?” sapa pria itu dengan suara dalamnya yang sensual. “Kenapa kau ke sini?” Aruna menatap Brahmana, pria yang menghalangi dirinya dari pintu kemudi mobil. “Kebetulan lewat,” ujar pria itu asal. “Aku kan sudah bilang, aku minta--” “Aku tahu,” potong Brahmana cepat. “Kau minta agar aku tidak mengganggumu sampai akhir bulan ini, kan?” “Bagus kalau kau ingat. Baru siang tadi aku mengatakannya.” “Tapi apa kau lupa? Aku pemilik gedung ini. Aku hanya kebetulan lewat dan ingin memanta
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
32
DMCA.com Protection Status