“Ammi, jawab dulu pertanyaanku. Bagaimana bisa mengenal Aruna?” Tatapan Brahmana juga beralih pada wanita yang ia panggil Ammi itu, meminta penjelasan. “Kekasihku itu bahkan sempat berpikir bahwa kau adalah kekasihku yang lain..” imbuhnya sambil melirik Aruna. “Agha!” Wanita muda itu memekik protes. “Kenapa?” Kerlingan Brahmana pada Aruna menandakan ia tidak akan menghentikan kalimatnya. “Bahkan dia tadi menangis begitu banyak, karena merasa aku menduakannya, Ammi.” “Jangan mengadu!” Tatapan Aruna memelas. “Benarkah? Sayangku menangis banyak?” Wanita berpakaian serba putih itu mengulur tangan ke bawah dagu Aruna dan mengusapnya penuh kasih. “Lagian siapa yang gak curiga, mendengar dia berucap ‘I love you too’ terus ‘rindu’. Lalu panggilannya padamu, Bu. ‘Ammi’, itu kan seperti nama wanita!” protes Aruna, dengan menggebu membela diri di hadapan ibu kandung Brahmana. Wanita paruh baya cantik itu terkekeh. “Ammi adalah panggilan kesayangan almarhum suamiku, Pandhu, ditujukan untuk
Read more