“Kamu kenapa?” Aruna menarik kursi di seberang Shanti duduk. Ia bergegas datang ke kantin di kantornya, Niskala, setelah menerima telepon dari Shanti yang mengatakan ingin bertemu dengan Aruna. Tentu saja ini bukan hal biasa. Jika pun Shanti mengajak dirinya bertemu, atau sekadar hang out biasa, mereka akan melakukannya di cafe yang mereka anggap nyaman. Bukan di kantin kantor seperti ini. Jelas bagi Aruna, ada yang tidak beres dengan Shanti. Dan itu cukup terlihat jelas pada raut wajah sahabatnya itu begitu ia sampai di kantin. “Ada apa Shan?” ulang Aruna. “Siang bu,” sapa beberapa pegawai sambil membungkukkan badan dengan hormat ketika melintasi meja Aruna dan Shanti. “Siang.” Aruna mengangguk, membalas sapaan mereka. Kantin begitu tenang, sapaan itu terdengar jelas membuat Shanti yang semula menopang wajah di atas lipatan tangannya di meja, mendongak. “Ini benar-benar tenang, ngga kaya kantin,” cetusnya lalu menoleh sekeliling. Kantinnya tidak sepi, cukup banyak pegawai d
Read more