Home / CEO / Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan: Chapter 221 - Chapter 230

316 Chapters

S2 BAB 10 : Rencana Jahat

“Kamu kenapa?” Aruna menarik kursi di seberang Shanti duduk. Ia bergegas datang ke kantin di kantornya, Niskala, setelah menerima telepon dari Shanti yang mengatakan ingin bertemu dengan Aruna. Tentu saja ini bukan hal biasa. Jika pun Shanti mengajak dirinya bertemu, atau sekadar hang out biasa, mereka akan melakukannya di cafe yang mereka anggap nyaman. Bukan di kantin kantor seperti ini. Jelas bagi Aruna, ada yang tidak beres dengan Shanti. Dan itu cukup terlihat jelas pada raut wajah sahabatnya itu begitu ia sampai di kantin. “Ada apa Shan?” ulang Aruna. “Siang bu,” sapa beberapa pegawai sambil membungkukkan badan dengan hormat ketika melintasi meja Aruna dan Shanti. “Siang.” Aruna mengangguk, membalas sapaan mereka. Kantin begitu tenang, sapaan itu terdengar jelas membuat Shanti yang semula menopang wajah di atas lipatan tangannya di meja, mendongak. “Ini benar-benar tenang, ngga kaya kantin,” cetusnya lalu menoleh sekeliling. Kantinnya tidak sepi, cukup banyak pegawai d
Read more

S2 BAB 11 : Hari Kelabu Shanti

“Akhirnyaa.. satu lagi pesanan. Selesai ini, beres sudah!” Shanti tersenyum.Minggu ini orderan yang masuk melalui marketplace lumayan banyak, membuat wanita muda sahabat Aruna itu harus menghabiskan sebagian waktunya di jalanan dengan roda duanya.“Yang kuat yah, Besti.. Lu membersamai perjuangan gue dari nol…” Shanti menepuk badan motor, sebelum kembali menaiki kuda besi yang terbilang sudah ketinggalan jaman itu.Sempat salah satu kawan Shanti mengatakan minatnya untuk membeli motor Shanti tersebut, namun Shanti menolak keras.“Motor ini sejarah, Bung! Ini motor yang dipake istri CEO DG saat pertemuan pertama mereka! Mau lu beli dengan harga berlipat, kagak bakal gue jual!”Selalu jawaban yang sama Shanti berikan kepada siapapun yang mengatakan berminat membeli motornya ataupun menyarankan dirinya melakukan tukar tambah motor tersebut.Shanti memang tidak salah.Motor miliknya itu adalah m
Read more

S2 BAB 12 : Isakan

“Ah!” Aruna berguling.Sudah sejak beberapa menit lalu ia tidak kunjung bisa memejamkan kedua matanya. Tepatnya, tidak bisa terlelap.Tubuhnya bolak-balik gelisah di atas ranjang besarnya.“Kau belum tidur, Sayang?” Brahmana yang duduk di balik meja kerja di dalam kamar itu menatap ke arah ranjang mereka.Meskipun ia sejak tadi tengah berkutat memeriksa beberapa email, namun sudut matanya tetap menangkap gestur gelisah Aruna di atas ranjang.Hanya mendapatkan gumaman kecil dari sang istri sebagai jawaban pertanyaannya tadi, Brahmana pun bangkit dari kursi dan mendekati sisi ranjang. Ia membungkukkan tubuh dan mengecup pelipis Aruna.“Apa masih belum puas?” bisik pria itu dengan nada menggoda. “Aku bisa beberapa ronde lagi.”“Aku sudah tidur!” decak Aruna lalu berbalik memunggungi Brahmana sembari merapatkan selimut.Pria tampan suami Aruna itu terkekeh geli melihat tin
Read more

S2 BAB 13 : Mengapa Mereka Di Sini?

Siang hari itu, Brahmana di dalam ruang meeting dengan pembahasan penting mengenai progress mega proyek yang Dananjaya Group telah dapatkan, ketika ponselnya bergetar.Namun pria tampan itu tidak menyadarinya, karena tengah menyimak laporan dari salah satu petinggi Dananjaya Group.Tidak berselang lama, ponsel Fathan yang kini bergetar.Sekretaris Brahmana itu mengeluarkan ponselnya dari saku dan melirik ke layar. Melihat nama kontak yang tertera di sana, Fathan bangkit dari duduknya dan mendekat ke posisi Brahmana.“Tuan.” Fathan menyodorkan ponselnya ke hadapan Brahmana.Wajah Brahmana terlihat terganggu, namun begitu melihat layar di ponsel Fathan tersebut, ia segera mengangkat tangan kanannya, memberi kode pada peserta meeting dan petinggi yang tengah membacakan laporan, untuk berhenti sejenak.Ia pun menggeser panel jawab dan menjawab lembut.“Ya Ammi?”‘Jadi kapan kau akan memberiku cucu?&rsq
Read more

S2 BAB 14 : Lantai 17

Berbanding terbalik dengan Shanti, Aruna tersenyum ramah saat melihat kehadiran Fathan.“Mas Fathan,” sapa Aruna.Fathan melangkah maju dan memberikan anggukan kepala sebagai salam hormat pada Aruna, lalu memberikan anggukan serupa untuk menyapa Shanti.Wanita muda sahabat Aruna itu mengatupkan bibirnya rapat dengan mata terbuka cukup lebar dan sorot mata yang begitu rumit.“Duduklah, Mas.”Shanti menoleh cepat pada Aruna dengan melempar tatapan protes yang seakan menyerukan kalimat ‘Ngapain disuruh duduk bareng kita?!’Fathan mengangguk lagi, lalu memberi kode pada wanita muda di belakangnya yang segera bergeser mendekat pada mereka bertiga, namun tetap berposisi berdiri.“Jadi, kau ke sini untuk…” Aruna menghentikan kalimatnya dan menoleh pada wanita yang berdiri di belakang Fathan.“Ah ya. Seperti yang Nona Aruna ketahui--”“Runa udah tau?!&rdquo
Read more

S2 BAB 15 : Kejutan Yang Mempesona

Aruna dan Brahmana kini telah berada di depan hotel yang begitu megah di Nashville, Tennessee. Setidaknya mereka menghabiskan dua puluh lima jam penerbangan untuk tiba di salah satu negara bagian Amerika Serikat itu.“Sayang, aku akan meninggalkanmu dulu di hotel dengan Ningsih untuk mengikuti meeting-ku. Is it okay?” Brahmana menarik pinggang Aruna dan menatapnya lekat.“Kau tidak istirahat dulu?” Aruna menatap khawatir sang suami.“Aku bisa beristirahat di mobil nanti. Jadwalnya terlalu padat. Mungkin hingga malam nanti. Apa tidak apa-apa?”Aruna melipat bibir ke dalam. Ia sedikit khawatir, namun pada akhirnya mengangguk. “Ya. It’s okay.”Ia sangat paham bahwa perjalanan ini adalah perjalanan bisnis Brahmana. Ia tidak terpikir Brahmana akan bersantai setibanya mereka di Tennessee.Brahmana bahkan membawa satu orang pria, pegawai senior di Dananjaya Group untuk menggantikan posisi Fathan
Read more

S2 BAB 16 : Kejutan Manis Di Bulan Madu Tipis Tipis

Dengan gerakan pelan, ia segera membalikkan tubuh. Kini matanya terpancang pada satu sosok yang berjalan mendekat dari arah luar lounge. Sepasang kaki jenjang dengan sepatu Testoni yang dijahit benang linen yang dibuat khusus dan dilapisi kulit lembut itu terhenti tepat enam langkah di hadapan Aruna. Temaram, namun manik kelam itu demikian lekat --tanpa berkedip, menatap wanita bergaun hitam yang begitu menyilaukan di matanya. Waktu seakan terhenti di sana. Dua pasang mata itu saling tertumbuk, beradu dan mengikat dengan keterpesonaan yang setara. Pria tampan dengan setelan jas hitam tiga potong itu lebih dulu bergerak mendekati wanita bergaun dengan warna senada. “Sayang…” desisnya lirih, tanpa kelopak yang mampu berkedip. Netra kelamnya menikmati keindahan yang sangat menghanyutkan jiwanya tanpa ingin melepas. “You’re… so gorgeous…” bisik Brahmana setelah ia berada tepat di depan Aruna dengan tubuh nyaris menempel pada sang istri. Tangan kiri meraih pinggang ramping Aruna la
Read more

S2 BAB 17 : Selalu Panas

Aruna menggeliat. Ia menutup wajah dengan sebelah tangan tatkala terasa cahaya menyilaukan masuk melalui jendela balkon yang setengah terbuka. Matanya mengerjap sekian kali, untuk menyesuaikan konsumsi cahaya yang menerobos ke dalam ruangan. Perlahan ia bangkit untuk duduk. Sekujur tubuhnya terasa nyeri, ia pun meringis. Bukan saja karena rasa nyeri tadi, namun rasa berat di area perutnya. Ia menunduk dan mendapati tangan kekar Brahmana masih bertumpu dan melingkari perut. “Ups..” Aruna meraih selimutnya yang melorot hingga menampilkan tubuh atasnya yang polos, tanpa sehelai benang pun. Ia membenahi genggamannya pada sejumput ujung selimut lalu kepalanya beralih ke sisi, dimana seorang pria dengan rahang siku dan tegas, tengah terpejam. Dada bidangnya yang juga polos sedikit berkilat karena sisa keringat hasil ‘pertempuran’ panas mereka semalam, kini pun terlihat naik turun begitu teratur. Tidak seperti sebelumnya yang begitu terengah. Pipi Aruna kini terasa memanas dan bersem
Read more

S2 BAB 18 : Tuntutan Berhasrat

“Apa kau melakukan apa yang harus kau lakukan, heh?” Wanita cantik bertubuh tinggi itu meregang kekesalan dan mencengkeram erat ponsel yang menempel di telinganya. ‘Hey Nona! Jangan kamu samakan kami dengan preman-preman pasar atau begundal tanpa aturan di jalanan itu. Saya tidak bekerja asal, semua tersusun dan terencana rapi.’ Sebuah jawaban dengan nada tak kalah kesal, terlontar dari seberang. “Bukankah itu hanya alasanmu saja? Sudah berapa hari ini, tapi saya sama sekali tidak mendengar berita bagus apapun yang seharusnya saya dapatkan! Apa kau mau menipuku?!” ‘Dengar baik-baik Nona! Uang dari kamu ini hanya receh! Jika kamu tidak sabar, silakan saja cari orang lain untuk mengerjakan pekerjaan kotormu itu. Saya akan kembalikan uangmu, tapi tentunya dipotong enam puluh persen, karena kamu telah membuang waktu saya yang berharga!’ “A-apa! Enam puluh persen?!” seru wanita cantik itu gusar. Napasnya mengembus kasar dan kaki rampingnya bergerak, mengitari ruangan dengan ketukan ama
Read more

S2 BAB 19 : Bantulah Mereka

“Apa lihat-lihat?” ujar Shanti ketus pada pria jangkung berkaca mata yang berdiri tidak jauh di sisi kanannya. Demi apapun, Shanti masih malu untuk bertemu pria itu sejak kejadian tempo hari. Kejadian yang membuat dirinya terlihat dan terdengar konyol di depan pria itu, sahabatnya dan bahkan wanita tersangka calon istri pria berkaca mata itu. “Kamu masih marah karena Ningsih?” Fathan, pria itu bertanya tenang. “Siapa juga yang marah?” Shanti membuang muka ke arah gerbang kedatangan. Ia tahu, tidak akan melihat orang yang ia tunggu akan keluar dari gerbang tersebut, karena ini belum waktunya. Mereka berdua memang berada di bandara, menunggu kedatangan Aruna dan Brahmana yang hari ini dijadwalkan kembali ke Tanah Air. Semula Shanti begitu bersemangat tatkala Aruna menghubunginya dan meminta Shanti menjemput dirinya dan menyebutkan membawa oleh-oleh banyak untuk dirinya. Tentu saja wanita muda tomboy sahabat Aruna itu girang bukan kepalang. Namun kegirangan itu langsung menguap,
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
32
DMCA.com Protection Status