Home / CEO / Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan: Chapter 161 - Chapter 170

316 Chapters

BAB 160 : Pertarungan Tanpa Darah

Gedung Dananjaya Pusat menjulang tinggi dengan gagah. Gedung megah yang menjadi kebanggaan serta ikon Dananjaya Group itu, dinyatakan sebagai gedung kantor termewah dan termegah di seluruh penjuru negara ini. Namun berbanding terbalik dengan kemegahan yang menakjubkan itu, ketegangan menyelimuti satu ruangan besar. Dalam dua sisi saling berhadapan dengan pemisah satu meja oval panjang yang dilengkapi set mikrofon, telah duduk berderet pria dan juga wanita dalam balutan setelan jas mahal mereka. Beberapa dari mereka berbincang dengan berbisik, sementara yang lainnya duduk tenang sambil beberapa kali melirik jam tangan di pergelangan tangan. Pintu ruang rapat terbuka, Harsa datang dengan diikuti Ardiya di belakangnya. Mereka mengambil tempat sisi kanan paling depan, dekat kursi utama di ujung meja oval tersebut. Beberapa orang menatap Ardiya dengan tatapan bingung, namun yang lainnya mengangguk dan tersenyum penuh hormat pada Harsa dan Ardiya. Tidak lama berselang, pintu kembali
Read more

BAB 161 : Mengecewakan

BRAAKKK!! PRAAANGG!! Amukan Ardiya membuat dua orang pelayan bersembunyi ketakutan. Tidak ada satu orang pun di dalam rumah itu yang berkata apapun. Bukan karena sama ketakutan dengan dua pelayan tadi, namun karena mereka sama marah dan kecewanya. “Lalu apa setelah ini?!” Melissa memekik histeris. “Mengapa kamu tidak tahu bahwa persentase milik publik ternyata telah beralih menjadi milik Brahmana?!” Mata berkilat marah Melissa beralih pada Ardiya yang terengah setelah melempar guci cukup besar. “Dan bahkan Brahmana bisa membuat afiliasi pengendali berpihak padanya! Dua puluh tiga persen sisanya mutlak berada di sisi Brahmana! Bodoh kamu!!” Kini giliran wanita itu melempar vas bunga di dekatnya yang bisa ia raih. Di saat-saat genting tadi, pihak pengendali afiliasi datang dan memberikan sikap. Namun yang lebih membuat mereka semua terkejut, saham publik sebesar empat persen ternyata telah dikendalikan oleh Brahmana juga. Itu artinya, meski Pengendali Afiliasi yang memegang 19% s
Read more

BAB 162 : Seseorang Dari DG

“Saya memang selalu berusaha untuk tidak mengecewakan kakek. Tapi mengapa kakek mengecewakan saya?” ujar Brahmana dengan nada datar. Dananjaya terdiam dan mengerutkan kening. “Apa maksud kamu, Anak Nakal?” “Kakek sangat tahu maksud saya.” Brahmana menarik napas lalu mengembusnya perlahan. Ia berusaha menata dirinya untuk tidak tergerus amarah di hadapan sang kakek. “Kakek tidak paham. Apa kamu kecewa karena kakek tidak datang dan menghadiri rapat tadi pagi? Dengar, meski kakek tidak hadir, tapi kakek berencana akan memberi pelajaran kepada mereka yang berpihak melawan kakek. Jadi kamu--” “Saya tidak bicara soal itu. Dan saya tidak peduli dengan mereka, karena setelah ini mereka pasti tidak akan berani melakukan apa-apa lagi jika masih ingin menjadi bagian dari DG.” Brahmana menyela. Ia lalu menoleh pada Nuh dan menatap tajam. “Tentang Aruna.” “Apa?” Dananjaya mengikuti arah tatapan Brahmana pada asistennya. “Ada apa dengan pengasuh itu? Nuh?” Brahmana menoleh lagi pada sang kak
Read more

BAB 163 : Mendengar Kebusukan

“Tidak saya sangka, Tuan Muda Kevin sampai hati melakukan adu domba ini pada Anda dan Tuan Besar.” Fathan berkata pelan.Ia melirik melalui spion tengah, Brahmana yang duduk di belakang dengan arah pandangan yang terus berada ke luar jendela.Telah beberapa menit mereka berada di dalam mobil kembali dalam keadaan hening. Meskipun itu bukan hal aneh bagi Fathan, namun keheningan yang terjadi saat ini sedikit berbeda.Ia paham sang Bos Besar-nya tengah berpikir keras dan berada dalam dilema, karena yang ia hadapi saat ini bukanlah benar-benar rival, melainkan adik sepupunya sendiri.Belum lagi saat ia mendengar Ferliana menjelaskan bahwa ternyata kejadian Aruna dibawa ke dalam mobil, bukan semata-mata untuk menakut-nakuti Aruna.Tapi untuk dibawa bertemu Aruna.Menurut pengakuan Ferliana pula, seseorang datang dan membayar Ferliana untuk menyerahkan sebuah amplop pada Aruna.Raut wajah sang CEO terlihat menggelap dengan alis
Read more

BAB 164 : Semakin Yakin

Kedua kaki Aruna terpasak di lantai beberapa saat lamanya. Kedua tangannya terkepal kuat dan menahan gemuruh di dada. Beberapa kalimat lainnya telah terdengar dan membuat Aruna memahami sesuatu. Ardiya, membohongi dan membodohinya. Ardiya, adalah orang berbahaya lainnya dari keluarga Dananjaya. Tidak ada satu pun dari keluarga itu yang bisa ia percaya. Keluarga konglomerat itu memang ternyata hanya bisa menginjak-injak harga diri orang biasa seperti dirinya dan ayahnya. Aruna mundur dua langkah lalu menutup pelan pintu apartemen itu, tanpa menimbulkan suara. Menarik napas dalam-dalam dan menahan gejolak dalam dadanya, ia lalu menekan bel. Tidak menunggu lama, pintu terbuka dan menampilkan sosok ceria Ardiya seperti yang biasanya Aruna kenali. “Kau datang, Runa. Masuklah,” ujar Ardiya riang. Aruna menatap Ardiya sekilas lalu melangkah masuk. Ia mengikuti Ardiya setelah pria muda itu menutup pintu. “Aku dah nungguin dari tadi, lho..” Pria itu berjalan sambil berkata riang lagi
Read more

BAB 165 : Pelarian

Mohon maaf Author baru update lagi setelah dua hari absen. Semoga GoodReaders tetap setiap mengikuti kisah Aruna ini ya...Enjoy!! ^.^=== * * * ===Langkah Brahmana limbung seketika.Tangannya meremas amplop  berisi sejumlah uang dengan bertuliskan ‘Uang pengganti kontrakan di awal kerja’, yang ia temukan di atas meja tamu begitu masuk ke rumah yang ditinggali Aruna.Netra kelam itu memindai dengan liar, namun berapa kali pun ia mencari dan mengobrak abrik isi di rumah itu, ia tidak menemukan tanda-tanda bahwa Aruna masih tinggal di sana.Seluruh barang pribadi Aruna, tidak ada.“Cari sekali lagi!” perintahnya pada Fathan.Fathan memberi kode pada lima pengawal pribadi Brahmana yang mengikutinya ke dalam rumah yang sempat dihuni Aruna.Mereka mencari benda atau apapun itu yang tertinggal, yang bisa dijadikan petunjuk keberadaan Aruna.Brahmana masuk lagi ke kamar Aruna dengan tangan m
Read more

BAB 166 : Penjahat Dalam Keluarga

“Apa maksudmu?!”“Sa-saya tidak tahu Tuan. Tiba-tiba Nona mengatakan sepertinya ban mobil bocor dan meminta berhenti di tengah jalan. Saat saya keluar, seseorang membius saya dari belakang.”“Bagaimana bisa!” Ardiya mengumpat.“Saya juga tidak tahu. Setelah sadar, saya ada di puskesmas. Katanya dibawa warga sekitar. Mobil juga tidak ada, karena itu saya kembali ke sini dengan bis umum.”BRAK!!Ardiya menggebrak meja membuat laki-laki yang berdiri di hadapannya kaget dan mundur ketakutan satu langkah dengan tangan saling berkait.“Maksudnya apa ini…” desis Ardiya.“Apa cewek itu kabur dari kamu juga, Kev?” Joe yang sejak tadi diam memperhatikan, berkomentar.“Tidak mungkin! Dia meminta bantuan padaku. Bagaimana mungkin dia pergi atau kabur dariku,” bantah Ardiya.‘Apalagi kami punya kesepakatan bahwa dia akan memberitahuka
Read more

BAB 167 : Rahasia Keluarga Dananjaya

Sosok tua yang masih berwibawa itu muncul dengan tongkat di tangannya. Di belakangnya, mengikuti Nuh, sang asisten pribadi Dananjaya.Satu tangan yang terlipat di belakang, serta raut wajah muram dengan kilatan kemarahan di matanya, jelas menandakan bahwa pria tua itu tengah menahan amarahnya.“Berani-beraninya kamu menghardik cucuku!” Dananjaya berseru marah. Tatapan tajamnya menghunus pada Melissa yang seketika seperti kehilangan kata.“A-ayah--”“Jangan panggil aku ayah!” hardik Dananjaya. “Kamu tidak berhak membuka mulut busukmu di sini, Melissa!”“Ayah!” Harsa berseru tidak terima.“Diam kamu, Harsa!” bentak Dananjaya kini pada Harsa. “Setelah apa yang telah kamu lakukan padaku, kamu masih berani membentakku?!”“Aku tidak membentak ayah. Tapi kata-kata ayah sangat keterlaluan pada istriku--”“Kamu masih membela wanita ini?
Read more

BAB 168 : Menghancurkan Hati

Wajah sepupu Brahmana itu begitu pucat dengan mata memerah dan bibir yang bergetar.Kenyataan yang baru ia dengar telah menghancurkan diri dan dunianya nyaris sempurna. Menghantam sisa-sisa kebanggaan dan harga diri yang ia pikir, masih menjadi hak untuknya.“Kevin…”Ardiya tersentak kaget mendengar suara Brahmana, lalu bergegas melangkah ke luar tanpa memandang kakak sepupunya itu.Namun Brahmana mengikuti Ardiya keluar dari ruang keluarga menuju ruang depan dan melangkah lebar tatkala ia hampir mencapai pundak Ardiya.“Tunggu.”Ardiya menyentak tangan Brahmana dari bahunya dan tetap melangkah cepat menghindari Brahmana.“Aku bilang tunggu!”Ardiya menghentikan langkahnya atas suara sentakan keras dari Brahmana itu.Ia menoleh ke bahu kanan dan tertawa sinis. “Kenapa? Kau mau menertawakan aku sekarang? Ternyata aku tidak lebih dari anak haram ibuku?”Kedua ta
Read more

BAB 169 : Menghancurkan Hati 2

Erwin melirik ponsel milik putrinya yang layarnya berkedip. Deretan nomor asing yang tidak diketahui oleh Erwin itu, tidak membuat Erwin merasa waspada. Justru sebaliknya, insting Erwin mengatakan panggilan masuk itu penting untuk putrinya. Karena itu, ia mengangkat tangannya dan menyentuh layar di ponsel milik putrinya yang diletakkan di atas meja dekat dirinya duduk, lalu menggeser tombol jawab. Bersamaan itu, Aruna yang sedang ke toilet --di warung makan tempat mereka mampir, keluar. “Errunnaaa.. errrponn..” Erwin berusaha memberitahu putrinya yang berjalan mendekat. Aruna terlihat sedikit terkejut dan menjawab, “Ayah, mengapa dijawab teleponnya?” Namun demikian, ia meraih ponsel itu dan menempelkannya ke telinga kanan. “Halo..” ‘Runa.. Ini aku..’ Deg. Jantung Aruna serasa melewati satu detakan. ‘Sayang, tolong jangan tutup dulu teleponnya,’ mohon penelepon ketika Aruna tidak menjawab apapun. ‘Aku butuh bicara denganmu.’ Aruna lalu bergerak menjauh dari Erwin, bergegas me
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
32
DMCA.com Protection Status