“Ya. Sebaiknya segera Anda lakukan apa yang saya minta.” Syam lalu menutup sambungan teleponnya pada seseorang. Ia menekan nomor kontak lain dan mulai berbicara lagi secara singkat. Entah apa yang dibicarakannya, namun saat ia telah selesai, ia mengempas tubuh dengan kasar di atas sofa panjang ruang tengahnya. Tangannya mengusap wajah dengan gelisah, berusaha mengenyahkan rasa bersalah dan juga gundah yang terus menerpa dirinya sejak semalam. “Tuan Pandhu.. maafkan aku. Aku tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan putraku satu-satunya,” bisik lirih pria paruh baya itu seolah berbicara pada seseorang di depannya. “Dia satu-satunya harta berharga milikku…” desahnya lagi dengan kelopak mata yang menutup, seakan hal itu bisa meredam rasa berat di kepalanya. Syam baru saja menikmati berat di kepalanya itu beberapa menit, ketika ponselnya kembali mengeluarkan suara. Satu panggilan masuk memaksa Syam untuk membuka mata kembali. Ia bangkit dan meraih ponsel miliknya. Keningnya berke
Last Updated : 2024-01-02 Read more