“Ya.. Bram telah ditunangkan dengan seorang nona dari keluarga kaya. Apa kau tidak tau itu?” Ardiya memandang Aruna dengan prihatin. Melihat Aruna terdiam, Ardiya melanjutkan. “See? Bahkan dia tidak bicara jujur tentang itu. Tuan Besar Dananjaya --ah maksudku, kakekku itu bahkan telah mengatur acara lamaran di minggu depan.” “A-apa?” Terasa ada yang menusuk hati Aruna. Tak dipungkiri, ia merasakan rasa sakit itu. “Runaa…” Ardiya terdengar merajuk. Ia setengah memutar tubuh agar bisa menghadap Aruna yang duduk di balik kemudi. “Tolong dengarkan aku… tinggalkan dia…” “Aku.. aku akan bicara padanya nanti,” jawab Aruna ragu. Ya, ia sendiri tidak yakin dengan kalimat yang ia ucapkan itu. Setelah dirinya dipanggil Sang Tuan Besar tadi siang, lalu mendengar berita acara lamaran Brahmana pada nona dari keluarga kaya, rasanya lebih dari cukup untuk membuat dirinya lemas tak berdaya. “Diya--” “Tolong,” sela Ardiya memohon. “Kau adalah temanku yang aku anggap paling dekat. Aku tidak ingin
Baca selengkapnya