All Chapters of Suara Desahan di Kamar Anakku: Chapter 281 - Chapter 290

334 Chapters

281 Kembali ke POV Mia

Air mata tak terasa kembali menetes di pipi. Mas Yusuf kembali berubah. Padahal aku sudah merencanakan jadwal untuk mengisi waktunya seharian esok. Tapi, Mas Yusuf memilih pergi ke Bali bersama Jenifef, istri mudanya.Aku meremas bajuku sendiri. Menahan rasa kecewa di dalam dada. Aku yang lemah selalu saja hanya bisa menangis saat merasakan kecewa dan sedih.Ting!Bunyi notipikasi pesan masuk pada ponsel pintarku. Kuraih benda pipih itu di atas nakas. Hanya pesan dari Siska yang menanyakan kabarku. Kubalas saja 'Baik' padahal batinku tengah sendu.Tak sengaja kugeser layar lalu melihat status whatsup milik Khaila."Harusnya sih paham ya, kalau suami sudah enggan bersama lebih baik pergi saja. Ini malah tetap diam saat telah dicuekin. Berwajah tembok sih."Degh! Terasa ada yang mengejutkan jantungku. Apa maksud dari status whatsup Khaila. Apa dia menyindirku? Aku segera membalas status Khaila tadi.[Apa maksud kamu? Menyindir saya?] Balasan status itu terkirim dan centang dua. Rupan
Read more

282 Tanda Merah

"Mas!" Aku menatap suamiku dengan tatapan berbinar."Iya, Mia. Maafkan saya. Ingatan itu berangsur pulih. Saya sudah mengingat kamu," kata Mas Yusuf dengan yakin. Dia kembali memeluk tubuh ini.Air mata tak terasa menetes di pipi. Namun, bukan hanya air mata kesedihan. Ini sebagai rasa haru dan bahagia karena aku merasa suamiku telah kembali. Bayanganku yang sempat menghilang dibenaknya kini telah kembali lagi.Mas Yusuf memelukku dengan erat seraya mengusap bahuku. Aku merasakan suasana hati suamiku yang sepertinya merasa bersalah padaku."Tidak usah minta maaf, Mas. Kamu tidak bersalah. Dengan kembalinya ingatanmu, itu sudah cukup membuat hati ini merasa bahagia." Aku yang merasa lega. Rasa keputus asaan yang sempat menghasut jiwa, seketika sirna dengan pulihnya ingatan Mas Yusuf.Dia melonggarkan pelukan, mengusap air mata kebahagiaan di pipiku, lalu tersenyum menatapku cukup dalam.Ya, tak salah lagi. Ini adalan tatapan suamiku. Tatapan yang saat pertama kali dia menyatakan perasa
Read more

283 Suamiku Telah Kembali

Mas Yusuf menutupi bagian dadanya. Dia langsung melangkah pada cermin yang menempel di lemari kamar. Wajahnya terkejut. Sepertinya dia juga baru sadar dengan tanda merah itu."M-mungkin digigit nyamuk," elak Mas Yusuf. Dia langsung mengambil t-shirt di lemari. Dipakainya dengan cepat sampai tanda merah di dadanya tertutup kaos."Masa sih?" Aku merasa tak yakin. Itu seperti bukan bekas gigitan nyamuk, tapi lebih terlihat seperti bekas kecupan bibir manusia."Iya, Mia. Dalam perjalanan banyak sekali nyamuk." Suamiku masih berkilah."Masa cuma satu? Kalau banyak nyamuk biasanya kan tandanya juga banyak." Aku masih membahas karena masih penasaran."Entahlah, Mia." Mas Yusuf mengangkat bahunya."Saya lapar. Bisakah kamu menyiapkan makanan," imbuhnya mengalihkan perhatian.Aku mendengus kesal. Bukan kesal karena diminta menyiapkan makanan, tapi kesal karena Mas Yusuf tak menjawab kecurigaan ini dengan meyakinkan."Iya, Mas. Saya akan siapkan makanan ya." Aku menuruti permintaan suamiku. Se
Read more

284 Mencari Tahu

Di kursi kayu yang berada di samping kolam renang, aku dan Jenifer duduk berdua saling berhadapan. Wajah Jenifer terlihat tegang dengan kedua tangan dimainkan di atas pangkuannya."Ada apa, Mba?" Jenifer langsung bertanya."Saya ingin bertanya dan kamu harus jawab jujur." Aku menekan terlebih dahulu. Walau sedikit ragu kalau dia akan berbicara jujur.Jenifer dengan wajahnya tampak mencerna permintaannku dan dia hanya mengangguk saja."Bagaimana bisa celana dalam milik kamu bisa berada di kamar tengah?" tanyaku tanpa menunggu lagi."Maksudnya?" Jenifer mengernyitkan dahi."Sudahlah, jangan pura-pura tak paham." Aku mengibaskan sebelah tangan kanan ke hadapan wajah Jenifer."Saya yang telah menemuikan celana dalam milik kamu yang tertinggal di kamar tengah," lanjutku sedikit memanipulasi. Seketika wajah Jenifer kian terlihat tegang. Ia mematung dalam beberapa saat. Seperti tak mampu membalas penuturanku."Jawab, Jenifer! Bagaimana benda milikmu yang bersifat pribadi itu bisa ditemukan
Read more

285 Kejujurannya

Mas Yusuf terdiam salam beberapa saat, lalu ia kembali mengangkat wajahnya menatapku tampak jujur."Mia, saya akui. Saya sudah bisa mengingat kejadian kala itu. Sebelum menikah saat kita berdua tengah salah paham, perasaan saya kala kitu benar-bebar terkoyak. Saya mabuk bersama Jenifer. Sesuatu entah pengaruh alkohol atau semacam obat seperti telah mempengaruhi emosi saya. Saya tidak sadar. Esok harinya saat membuka mata, saya melihat Jenifer tertidur di samping saya. Saya terkejut kala itu. Ternyata semua telah terjadi tanpa saya sadari," jelas Mas Yusuf. Aku sampai meneteskana air mata mendengar penuturannya. Meski pun pahit terasa, kali ini suamiku benar-benar terlihat berbicara dengan jujur. Lalu, apa yang harus aku lakukan? Kejujuran Mas Yusuf memang terasa menusuk jantungku. Tapi, dia sudah berusaha terbuka dengan dosa masa lalunya."Mia, maafkan saya. Saya akui kesalahan itu memang akan melukai hatimu. Tapi, itu terjadi sebelum pernikahan." Mas Yusuf melanjutkan penjelasannya.
Read more

286 Pura-Pura Pingsan

Aku segera ke belakang sebentar, meminta Ijah memainkan benda mainan tapi seram yakni tikus got. Dengan dalih membawa teh hangat, Ijah sungguh piawai menaruh tikus itu di dekat bantal Jenifer saat Mas Yusuf dan Khaila berusaha membangunkan maduku yang bermuka dua itu."Mas!" Mas Yusuf menoleh ke arahku saat kupanggil. "Kenapa?" "Itu, Mas!" Aku meluruskan jari jeluntuk ke arah Jenifer."Apa?" Mas Yusuf tak memahami maksudku. Dia mencari sesuatu sesuai arah jari telunjukku."Itu, Mas! Di dekat rambut Jenifer kok seperti ada bangkai tikus. Gede banget lagi," laporku dengan suara meringgis takut. Padahal aku hanya pura-pura karena hanya tikus got mainan yang ada di dekat Jenifer."Mana?" Mas Yusuf tampak mencari hewan kecil itu. Pun dengan Khaila yang berdiri di dekatku."Mana ada tikus?" timpal Khaila."Itu, di dekat kepala Jenifer. Serem sekali melihatnya," jeritku semakin membuat mereka was-was.Mas Yusuf yang juga terlihat jijik masih berusaha mencari hewan menjijikan itu."Ih jijik
Read more

287 Diajak Pergi Berdua

"Mas." Mas Yusuf menoleh seraya duduk di atas ranjang seperti sebelumnya. Wajahnya terlihat masih menyimpan kekesalan. Mungkin kesal karena Jenifer telah menganggu jam istirahatnya."Kenapa?" tanyanya. Sepertinya mood suamiku telah berantakan."Kamu mendengar ancaman dari, Jenifer?" Aku hanya memastikan saja. Tapi suamiku semakin terlihat tegang."Apa pun yang akan dikatakan, Jenifer. Jangan lagi percaya. Bukankah kita sudah tahu kalau dia licik," jawab Mas Yusuf. Padahal aku hanya ingin tahu bentuk ancaman Jenifer."Baiklah, Mas." Aku mengangguk paham. Tak bisa lagi bertanya yang aneh-aneh selama situasi Mas Yusuf tengah emosi.Malam ini, kami sama-sama tertidur lelap. Tak ada aktivitas suami istri yang kami lakukan karena sepertinya Mas Yusuf terlanjur kacau dengan emosinya.Pagi harinya saat aku membuka mata, kulihat Mas Yusuf sudah tak ada di sampingku. Aku segera bangkit. Mungkin suamiku tengah mandi. Tapi, tak ada suara percikan air di dalam kamar mandi. Karena penasaran, kuper
Read more

288 Sarapan Bersama di Luar

Kami berdua sudah siap akan pergi. Entah kemana suamiku akan membawaku hari ini. Di depan rumah Jenifer sempat bertanya pada Mas Yusuf. Mungkin karena dia penasaran."Kalian mau kemana?" tanya Jenifer menahan langkah kami."Saya hanya berusaha adil, Jenifer. Kemarin saya sudah sempat pergi ke Bali bersama kamu, maka hari ini adalah waktunya saya pergi bersama, Mia." Mas Yusuf dengan tegasnya.Jenifer tampak menghela napas kesalnya. "Ya sudah." Setelah itu dia pergi dan semoga saja tidak ada drama yang lain yang dia lakukan demi menahan langkah kami.Sapety belt telah terpasang. Kami sudah duduk di kursi depan mobil Mas Yusuf. Kali ini, Mas Yusuf yang akan mengemudikan kendaraan roda empatnya. Aku mengukir senyum dan merasa bahagia setelah berapa bulan hari-hariku selalu terasa mendung."Kita sarapan dulu ya," kata Mas Yusuf di tengah perjalanan. Aku mengangguk sebagai tanda mengiyakan.Mobil Mas Yusuf menepi di sebuah restaurant favoritnya. Aku kembali dibuat menyeringai karena suamik
Read more

289 Berdua Saja

Bastian nampak tegang. Dia melemparkan tatapan pada kekasihnya. Lalu berbicara pada Mas Yusuf, "Maaf, saya sibuk." Bastian langsung menarik tangan wanita di sampingnya kemudian pergi secepat kilat."Hei, tunggu!" Mas Yusuf berusaha mengejar langkah mereka. Akan tetapi nihil. Aku yang berada di belakang Mas Yusuf, melihat Bastian langsung naik kendaraan roda dua bersama wanitanya. Kendaraan itu melaju dengan kencang meninggalkan area restaurant tanpa perduli dengan teriakan Mas Yusuf yang memanggil."Sial!" Mas Yusuf menghempaskan sebelah tangannya karena kesal telah gagal mengintrogasi Bastian."Tenang, Mas. Saya yakin, kamu pasti mendapatkan, Bastian." Aku mengusap bahu suamiku guna menenangkannya.Bersamaan dengan itu, ponsel Mas Yusuf terdengar berdering. Suamiku merogoh saku jasnya guna mengambil ponsel pintar yang sedari tadi terus saja membunyikan dering panggilan masuk.Bola mata Mas Yusuf kian bertambah tajam saat melihat layar ponselnya."Siapa, Mas?" Aku bertanya. Penasaran
Read more

290 Pesan Masuk

"Oke!" Balas Mas Yusuf pasrah."Tapi, Mas. Sepertinya kamu serius. Kenapa, Mas?" Aku melepaskan pelukan lalu menelaah wajah suamiku.Masih tersungging senyuman di bibirnya. Tapi seperti dipaksakan. "Tidak ada apa-apa. Saya hanya khawatir Jenifer akan mengatakan hal yang macam-macam saat saya tak ada di samping kamu. Jenifer itu licik. Dia bisa membuat saya tidur dengannya tanpa sadar," jelasnya."Ya, Mas. Saya sudah menduga kok. Wanita itu sudah terbukti menghalalkan segara cara demi memisahkan kita. Saya tak akan mudah terhasut," tekanku. Mas Yusuf terlihat lega mendengar jawabanku.Dia semakin mempererat genggaman tangannya. "Saya hanya ingin, kamu menjadi wanita terakhir dalam hidup saya. Semenjak awal, saya sudah yakin sama kamu. Maka saya tak akan membiarkan siapa pun memisahkan kita." Mas Yusuf mengecup sebelah tangan kananku dengan lembut dan kehangatan."Saya juga sudah yakin dengan kamu, Mas," balasku.Seharian ini kami berdua melewati dengan kebersamaan di tepi pantai. Makan
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
34
DMCA.com Protection Status