Share

282 Tanda Merah

Author: Miss_Pupu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Mas!" Aku menatap suamiku dengan tatapan berbinar.

"Iya, Mia. Maafkan saya. Ingatan itu berangsur pulih. Saya sudah mengingat kamu," kata Mas Yusuf dengan yakin. Dia kembali memeluk tubuh ini.

Air mata tak terasa menetes di pipi. Namun, bukan hanya air mata kesedihan. Ini sebagai rasa haru dan bahagia karena aku merasa suamiku telah kembali. Bayanganku yang sempat menghilang dibenaknya kini telah kembali lagi.

Mas Yusuf memelukku dengan erat seraya mengusap bahuku. Aku merasakan suasana hati suamiku yang sepertinya merasa bersalah padaku.

"Tidak usah minta maaf, Mas. Kamu tidak bersalah. Dengan kembalinya ingatanmu, itu sudah cukup membuat hati ini merasa bahagia." Aku yang merasa lega. Rasa keputus asaan yang sempat menghasut jiwa, seketika sirna dengan pulihnya ingatan Mas Yusuf.

Dia melonggarkan pelukan, mengusap air mata kebahagiaan di pipiku, lalu tersenyum menatapku cukup dalam.

Ya, tak salah lagi. Ini adalan tatapan suamiku. Tatapan yang saat pertama kali dia menyatakan perasa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Suria
lg mau tanya tanda apa..sudah menikah 2x pun masih x faham. sikap ini agaknya bt suami2mu selingkuh mia. bodoh
goodnovel comment avatar
Evi
Jadi cewek yaa jgn bodoh2 amatlah. Itu harga diri kamu loh mia udh diinjek2 walaupun si yusup masih hilang ingatan. Kamu bisa cari kehidupan yg lebih baik, kalaupun ingat biar dia menyesal sudah menyia2kan berlian jadi cewek yg mahal. Gk termakan trs sama namanya cintaa.
goodnovel comment avatar
Tuti Solihat
ad ga cwek spt mia di dunia nyata, oon ya...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   283 Suamiku Telah Kembali

    Mas Yusuf menutupi bagian dadanya. Dia langsung melangkah pada cermin yang menempel di lemari kamar. Wajahnya terkejut. Sepertinya dia juga baru sadar dengan tanda merah itu."M-mungkin digigit nyamuk," elak Mas Yusuf. Dia langsung mengambil t-shirt di lemari. Dipakainya dengan cepat sampai tanda merah di dadanya tertutup kaos."Masa sih?" Aku merasa tak yakin. Itu seperti bukan bekas gigitan nyamuk, tapi lebih terlihat seperti bekas kecupan bibir manusia."Iya, Mia. Dalam perjalanan banyak sekali nyamuk." Suamiku masih berkilah."Masa cuma satu? Kalau banyak nyamuk biasanya kan tandanya juga banyak." Aku masih membahas karena masih penasaran."Entahlah, Mia." Mas Yusuf mengangkat bahunya."Saya lapar. Bisakah kamu menyiapkan makanan," imbuhnya mengalihkan perhatian.Aku mendengus kesal. Bukan kesal karena diminta menyiapkan makanan, tapi kesal karena Mas Yusuf tak menjawab kecurigaan ini dengan meyakinkan."Iya, Mas. Saya akan siapkan makanan ya." Aku menuruti permintaan suamiku. Se

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   284 Mencari Tahu

    Di kursi kayu yang berada di samping kolam renang, aku dan Jenifer duduk berdua saling berhadapan. Wajah Jenifer terlihat tegang dengan kedua tangan dimainkan di atas pangkuannya."Ada apa, Mba?" Jenifer langsung bertanya."Saya ingin bertanya dan kamu harus jawab jujur." Aku menekan terlebih dahulu. Walau sedikit ragu kalau dia akan berbicara jujur.Jenifer dengan wajahnya tampak mencerna permintaannku dan dia hanya mengangguk saja."Bagaimana bisa celana dalam milik kamu bisa berada di kamar tengah?" tanyaku tanpa menunggu lagi."Maksudnya?" Jenifer mengernyitkan dahi."Sudahlah, jangan pura-pura tak paham." Aku mengibaskan sebelah tangan kanan ke hadapan wajah Jenifer."Saya yang telah menemuikan celana dalam milik kamu yang tertinggal di kamar tengah," lanjutku sedikit memanipulasi. Seketika wajah Jenifer kian terlihat tegang. Ia mematung dalam beberapa saat. Seperti tak mampu membalas penuturanku."Jawab, Jenifer! Bagaimana benda milikmu yang bersifat pribadi itu bisa ditemukan

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   285 Kejujurannya

    Mas Yusuf terdiam salam beberapa saat, lalu ia kembali mengangkat wajahnya menatapku tampak jujur."Mia, saya akui. Saya sudah bisa mengingat kejadian kala itu. Sebelum menikah saat kita berdua tengah salah paham, perasaan saya kala kitu benar-bebar terkoyak. Saya mabuk bersama Jenifer. Sesuatu entah pengaruh alkohol atau semacam obat seperti telah mempengaruhi emosi saya. Saya tidak sadar. Esok harinya saat membuka mata, saya melihat Jenifer tertidur di samping saya. Saya terkejut kala itu. Ternyata semua telah terjadi tanpa saya sadari," jelas Mas Yusuf. Aku sampai meneteskana air mata mendengar penuturannya. Meski pun pahit terasa, kali ini suamiku benar-benar terlihat berbicara dengan jujur. Lalu, apa yang harus aku lakukan? Kejujuran Mas Yusuf memang terasa menusuk jantungku. Tapi, dia sudah berusaha terbuka dengan dosa masa lalunya."Mia, maafkan saya. Saya akui kesalahan itu memang akan melukai hatimu. Tapi, itu terjadi sebelum pernikahan." Mas Yusuf melanjutkan penjelasannya.

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   286 Pura-Pura Pingsan

    Aku segera ke belakang sebentar, meminta Ijah memainkan benda mainan tapi seram yakni tikus got. Dengan dalih membawa teh hangat, Ijah sungguh piawai menaruh tikus itu di dekat bantal Jenifer saat Mas Yusuf dan Khaila berusaha membangunkan maduku yang bermuka dua itu."Mas!" Mas Yusuf menoleh ke arahku saat kupanggil. "Kenapa?" "Itu, Mas!" Aku meluruskan jari jeluntuk ke arah Jenifer."Apa?" Mas Yusuf tak memahami maksudku. Dia mencari sesuatu sesuai arah jari telunjukku."Itu, Mas! Di dekat rambut Jenifer kok seperti ada bangkai tikus. Gede banget lagi," laporku dengan suara meringgis takut. Padahal aku hanya pura-pura karena hanya tikus got mainan yang ada di dekat Jenifer."Mana?" Mas Yusuf tampak mencari hewan kecil itu. Pun dengan Khaila yang berdiri di dekatku."Mana ada tikus?" timpal Khaila."Itu, di dekat kepala Jenifer. Serem sekali melihatnya," jeritku semakin membuat mereka was-was.Mas Yusuf yang juga terlihat jijik masih berusaha mencari hewan menjijikan itu."Ih jijik

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   287 Diajak Pergi Berdua

    "Mas." Mas Yusuf menoleh seraya duduk di atas ranjang seperti sebelumnya. Wajahnya terlihat masih menyimpan kekesalan. Mungkin kesal karena Jenifer telah menganggu jam istirahatnya."Kenapa?" tanyanya. Sepertinya mood suamiku telah berantakan."Kamu mendengar ancaman dari, Jenifer?" Aku hanya memastikan saja. Tapi suamiku semakin terlihat tegang."Apa pun yang akan dikatakan, Jenifer. Jangan lagi percaya. Bukankah kita sudah tahu kalau dia licik," jawab Mas Yusuf. Padahal aku hanya ingin tahu bentuk ancaman Jenifer."Baiklah, Mas." Aku mengangguk paham. Tak bisa lagi bertanya yang aneh-aneh selama situasi Mas Yusuf tengah emosi.Malam ini, kami sama-sama tertidur lelap. Tak ada aktivitas suami istri yang kami lakukan karena sepertinya Mas Yusuf terlanjur kacau dengan emosinya.Pagi harinya saat aku membuka mata, kulihat Mas Yusuf sudah tak ada di sampingku. Aku segera bangkit. Mungkin suamiku tengah mandi. Tapi, tak ada suara percikan air di dalam kamar mandi. Karena penasaran, kuper

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   288 Sarapan Bersama di Luar

    Kami berdua sudah siap akan pergi. Entah kemana suamiku akan membawaku hari ini. Di depan rumah Jenifer sempat bertanya pada Mas Yusuf. Mungkin karena dia penasaran."Kalian mau kemana?" tanya Jenifer menahan langkah kami."Saya hanya berusaha adil, Jenifer. Kemarin saya sudah sempat pergi ke Bali bersama kamu, maka hari ini adalah waktunya saya pergi bersama, Mia." Mas Yusuf dengan tegasnya.Jenifer tampak menghela napas kesalnya. "Ya sudah." Setelah itu dia pergi dan semoga saja tidak ada drama yang lain yang dia lakukan demi menahan langkah kami.Sapety belt telah terpasang. Kami sudah duduk di kursi depan mobil Mas Yusuf. Kali ini, Mas Yusuf yang akan mengemudikan kendaraan roda empatnya. Aku mengukir senyum dan merasa bahagia setelah berapa bulan hari-hariku selalu terasa mendung."Kita sarapan dulu ya," kata Mas Yusuf di tengah perjalanan. Aku mengangguk sebagai tanda mengiyakan.Mobil Mas Yusuf menepi di sebuah restaurant favoritnya. Aku kembali dibuat menyeringai karena suamik

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   289 Berdua Saja

    Bastian nampak tegang. Dia melemparkan tatapan pada kekasihnya. Lalu berbicara pada Mas Yusuf, "Maaf, saya sibuk." Bastian langsung menarik tangan wanita di sampingnya kemudian pergi secepat kilat."Hei, tunggu!" Mas Yusuf berusaha mengejar langkah mereka. Akan tetapi nihil. Aku yang berada di belakang Mas Yusuf, melihat Bastian langsung naik kendaraan roda dua bersama wanitanya. Kendaraan itu melaju dengan kencang meninggalkan area restaurant tanpa perduli dengan teriakan Mas Yusuf yang memanggil."Sial!" Mas Yusuf menghempaskan sebelah tangannya karena kesal telah gagal mengintrogasi Bastian."Tenang, Mas. Saya yakin, kamu pasti mendapatkan, Bastian." Aku mengusap bahu suamiku guna menenangkannya.Bersamaan dengan itu, ponsel Mas Yusuf terdengar berdering. Suamiku merogoh saku jasnya guna mengambil ponsel pintar yang sedari tadi terus saja membunyikan dering panggilan masuk.Bola mata Mas Yusuf kian bertambah tajam saat melihat layar ponselnya."Siapa, Mas?" Aku bertanya. Penasaran

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   290 Pesan Masuk

    "Oke!" Balas Mas Yusuf pasrah."Tapi, Mas. Sepertinya kamu serius. Kenapa, Mas?" Aku melepaskan pelukan lalu menelaah wajah suamiku.Masih tersungging senyuman di bibirnya. Tapi seperti dipaksakan. "Tidak ada apa-apa. Saya hanya khawatir Jenifer akan mengatakan hal yang macam-macam saat saya tak ada di samping kamu. Jenifer itu licik. Dia bisa membuat saya tidur dengannya tanpa sadar," jelasnya."Ya, Mas. Saya sudah menduga kok. Wanita itu sudah terbukti menghalalkan segara cara demi memisahkan kita. Saya tak akan mudah terhasut," tekanku. Mas Yusuf terlihat lega mendengar jawabanku.Dia semakin mempererat genggaman tangannya. "Saya hanya ingin, kamu menjadi wanita terakhir dalam hidup saya. Semenjak awal, saya sudah yakin sama kamu. Maka saya tak akan membiarkan siapa pun memisahkan kita." Mas Yusuf mengecup sebelah tangan kananku dengan lembut dan kehangatan."Saya juga sudah yakin dengan kamu, Mas," balasku.Seharian ini kami berdua melewati dengan kebersamaan di tepi pantai. Makan

Latest chapter

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   334 Happy Ending

    Siang ini 40 hari sudah setelah kelahiran Yusra dan Yumna. Kediaman Yusuf nampak dipenuhi bunga serba putih. Semua dekorasi serba putih. Ini bukan sedang berpesta, melainkam sedang ada acara aqiqah si kembar Yusra dan Yumna.Dua bayi kembar yang lucu yang memakai pakaian muslim ala-ala bayi, sudah dibawa pengasuhnya masing-masing ke tengah-tengah pengajian. Sebagai rasa syukur yang luar biasa pada Tuhan, Yusuf dan Mia menggelar acara pengajian sekaligus aqiqahan untuk bayi kembarnya. Bukan hanya itu, Yusuf dan Mia juga mengadakan santunan anak yatim yang diundang dari salah satu panti asuhan yatim piatu di kota Jakarta. Yusuf berharap, anak-anak yang kurang beruntung itu bisa merasakan kebahagiaan yang kini tengah dia rasakan.Kediaman Zubair dipenuhi banyak jamaah pengajian dan anak yatim piatu yang hadir. Mereka membacakaan dzikir dan puji-pujian. Menggunting rambut si kembar Yusra dan Yumna secara bergantian.Seperti ada cahaya yang terpancar pada bayi kembar Yusra dan Yumna kali i

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   333 Hijrah

    Benar saja dengan apa yang sudah ditebak sebelumnya. Kediaman Zubair nampak ramai oleh suara tangisan bayi yang silih berganti. Sudah menjadi kebiasaan bayi yang pusarnya belum copot memang agak rewel. Akan tetapi Mia nampak piawai menghandle. Mungkin karena bukan yang pertama kalinya, jadi Mia sudah paham.Bayi kembar yang mungil nampak anteng apabila dalam gendongan Mia. Mungkin karena bayi kembar itu merasakan kenyamanan saat berada di dekat orang tuanya."Kenapa kalian tidak bisa menghandle? Bukankah kalian sudah pengalaman sebagai baby sitter! Dimana keahlian kalian?!" Suara Yusuf terdengar mengeras di kamar anaknya. Dia bicara pada dua pengasuh anaknya."Sstt! Mas, jangan begitu dong." Mia meluruskan jari telunjuknya di depan bibir.Rupanya Yusuf tengah memarahi dua baby sitter anaknya yang tampak tak bisa menghandle tugas. Dua anak kembar Mia dan Yusuf hanya bisa anteng dan tak menangis saat berada dalam dekapan mamanya."Habisnya mereka salah, Sayang. Kamu kan belum benar-bena

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   332 Bayi Kembar Datang

    Banyak sekali yang harus dipelajari Mia setelah operasi. Mulai dari belajar tidur miring kiri miring kanan, belajar bangun sendiri kemudian sampai berjalan.Yusuf mendukung Mia yang belajar dengan antusias. Saat ini bahkan Mia sudah berada di ruangan rawat inap. Banyak sekali perjuangan yang telah dia lakukan untuk anak kembarnya.Mia juga mulai memberikan asi pertamanya untuk kedua anak kembar, meski pun belum ada asi putih yang keluar. Anak kembar itu juga akan dibantu susu formula karena asi Mia belum keluar dan mungkin tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua anak kembar."Sayang, anak kita cantik dan tampan ya. Mirip sekali dengan wajah mamanya. Mamanya cantik sih, jadi anaknya juga cantik dan tampan," kata Yusuf tanpa bisa berhenti menatap wajah anak kembarnya. Rasa syukur pada Tuhan pun ia ungkapkan berkali-kali atas rasa bahagia yang sangat luar biasa."Papanya juga tampan, Mas. Makanya saya jatuh cinta," balas Mia pada suaminya. Dia kini sudah bisa berbicara."Masa sih?" Y

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   331 Melahirkan

    Saat ini Mia masih berada di ruang rawat inap. Operasi akan dilakukan besok siang pukul sepuluh pagi. Mia tengah beristirahat membaringkan tubuhnya di atas bed pasien."Sayang, perutnya masih sakit?" Yusuf mengusap kening istrinya. Ia duduk di kursi yang ada di dekat ranjang. Dalam benaknya berkecamuk rasa. Khawatir cemas bercampur jadi satu. Apalagi saat melihat wajah Mia yang terlihat layu."Tak terlalu sakit, Mas. Semoga besok pagi operasinya lancar ya." Suara Mia terdengar lemas. Yusuf mengecup kembali kening Mia. "Sayang, tentu saja saya do'akan semoga operasinya lancar. Kamu dan bayi kita selamat. Kamu harus semangat dan kuat, karena ini adalah impian kita berdua," ia menyemangati."Iya, Mas. Saya akan berjuang. Saya akan semangat," balas Mia.Sejujurnya Yusuf tidak tega melihat Mia yang tiba-tiba meringgis kesakitan. Namun, jadwal caesar memang sudah ditentukan dan surat perjanjian sudah ditanda tangani. Ia tak tega melihat istrinya kesakitan. Andai tak malu dengan diri sendir

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   330 Tiba-tiba Sakit Perut

    Yusuf dan Mia telah sampai di depan rumah sakit. Mereka langsung duduk di kursi tunggu karena nomor antrian telah diambilkan oleh anak buahnya.Yusuf mengusap perut Mia. Walau di depan banyak orang, Yusuf tak mau perduli. Rasa sayangnya pada Mia menutup matanya dari orang-orang yang ada di sekelilingnya."Nyonya Mia Lestari!"Saat namanya dipanggil, Mia dan Yusuf langsung berdiri. Dia segera masuk ke ruang Dokter kandungan.Setelah ditanya-tanya sebentar, Dokter langsung menyuruh Mia berbaring di atas bed pasien. Perut buncitnya dioleskan cairan dan alat USG langsung ditempelkan pada perut Mia.Bola mata Yusuf seketika berkaca-kaca melihat calon anaknya pada layar monitor."Selamat ya, Pak. Tuhan memberikan bayi kembar. Sepertinya jenis kelaminnya sepasang ni," kata Dokter sambil terus menempelkan alat USG di perut Mia. Sementara layar monitir menampilkan hasilnya."Apa! Kembar, Dok?" Yusuf terbelalak. Pun dengan Mia yang terkejut."Serius, Dok?" Timpal Mia. Mulutnya sedikit terbuka k

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   329 Pulang

    Pagi hari di cappadocia.Sinar matahari telah masuk menerobos jendela kamar. Keduanya masih asik dalam mimpi indah usai bergelut dalam permainan panas semalam.Mata Mia menyipit saat mulai membuka kelopak matanya. Ia sadar dari mimpi indah semalaman tadi. Ia terkejut saat sadar telah bangun keiangan."Ya ampun! Kesiangan!" Mia bangkit dari tempat tidur. Dia bahkan masih memakai lingerie berwarna silver sisa semalam. Ia menuju kamar mandi dan akan segera membersihkan tubuhnya.Perut mulusnya mulai terlihat membuncit. Mia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang terlihat basah. Sepertinya harus segera dikeringkan. Melihat ke atas ranjang, Yusuf tampak masih terlelap dalam tidurnya. Cuaca dingin membuat suami Mia tampak nyaman di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya yang hanya memakai bokser saja."Sayang, jam berapa?" Suara serak pria yang masih terbaring di atas ranjang, tampak membuka sedikit kelopak matanya. Terlihat kelelahan."Sudah siang, Mas. Cepetan mandi. Katanya mau ng

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   328 Cappadocia

    Satu bulan kemudian."Mas, koper punya saya mana?" Mia mencari koper miliknya. Mereka kini dalam perjalanan menuju bandara. Perut Mia kali ini sudah terlihat menonjol ke depan. Semakin nampak kalau dia tengah hamil.Sejak satu minggu yang lalu semua telah dipersiapkan. Mulai dari tiket, paspor dan perlengkapan yang lainnya. Yusuf juga telah konsultasi ke Dokter kandungan Mia. Beruntung janin yang ada dalam perut Mia dalam keadaan sehat dan bisa diajak jalan-jalan ke luar negri."Sepertinya sudah dimasukan Ijah ke dalam bagasi," jawab Yusuf menerka saja. Padahal dia tak terlalu yakin. Ia mengusap kening mengiyakan saja dari pada salah. Maklum semenjak hamil, Mia jadi sering baperan dan Yusuf paham akan hal itu."Baguslah, Mas. Soalnya saya tak melihatnya tadi. Mungkin karena Ijah telah merapihkannya." Mia bergelayut manja di dada bidang milik suaminya. Sementara supir yang mengemudikan mobil tetap fokus ke jalan raya.Bersamaan dengan itu ponsel Mia nampak berdering ada panggilan masuk

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   327 Naik Daun

    Hampir satu jam Yusuf mengantri di cafe martabak itu. Dia memijat pelipis karena baru kali ini dia rasakan rasanya menunggu sungguh membosankan."Mas, apa masih lama?" Akhirnya memberanikan diri bertanya karena sudah merasa kesal."Sebentar lagi kok, Pak. Hanya tinggal satu orang lagi," jawab pelayan cafe dengan ramahnya."Oke baik." Yusuf memutuskan untuk menunggu lagi. Semua itu semata-mata demi sang istri tercinta yang tengah mengandung buah hatinya.Dengan tambahan waktu lima belas menit akhirnya dua dus martabak pesanan Mia telah selesai dibuat dan kini sudah berada dalam genggaman. Yusuf segera kembali ke rumah. Dia sudah tidak sabar ingin melihat senyuman istrinya malam ini. Apalagi imbalannya yang akan menengok dede bayi dalam kandungan, tentu saja semakin membuat dia semangat.Perjalanan malam ini sangat cepat karena suasana jalanan yang sepi Yusuf tiba di rumah lebih cepat. Ia segera masuk ke kamar menenteng dus martabak pesanan istrinya."Sayang, ini pesanan kamu." Yusuf me

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   326 Hamil

    Sampai satu hari berganti, keadaan Mia masih saja tetap sama. Tubuhnya lemas ia tak berdaya. Mual muntah. Setiap kali ada makanan yang masuk maka kembali ia muntahkan.Yusuf yang siaga, segera membawa istrinya ke Dokter. Ia tak akan membiarkan Mia kesakitan.Yusuf kini tengah memunggu di depan ruang pemeriksaan. Salah satu perawat memanggilnya atas perintah Dokter. Dia segera menghadap dan duduk di kursi yang berseberangan dengan Dokter."Selamat, Pak!" Dokter wanita berlesung pipit itu menyodorkan tangannya ke hadapan Yusuf. Yusuf mengernyitkan dahi saat Dokter yang telah memeriksa istrinya itu malah mengajak berjabat tangan."Selamat untuk apa, Dok?" Yusuf kemudian bertanya karena tak paham."Selamat karena Bu Mia positif hamil. Sebentar lagi Pak Yusuf akan jadi seorang Ayah," jelas wanita berjas putih itu.Tentu saja Yusuf menyeringai senang mendengar berita yang baru saja di dengarnya."Apa!" Yusuf langsung beranjak menghampiri Mia yang duduk di atas ranjang rumah sakit usai dipe

DMCA.com Protection Status