All Chapters of Suara Desahan di Kamar Anakku: Chapter 271 - Chapter 280

334 Chapters

271 Milik Siapa?

Aku memaksakan mengukir senyum. "Tidak apa-apa, Jeni. Apa kamu sedang tidak sehat?" tanyaku basa-basi saja."Katanya Jenifer merasa mual-mual. Mungkin masuk angin," timpal Mas Yusuf menjawab pertanyaanku pada Jenifer.Aku melangkah lebih masuk ke dalam kamar Jenifer. Mencoba bersikap bijaksana."Mungkin karena dari proses kehamilan trimester awal. Saya juga pernah mengalaminya dahulu. Mual, muntah, lemas, pusing, seperti harus berdamai dengan kondisi yang tidak mudah itu. Tapi, demi janin yang dikandung, kita sebagai wanita harus tetap kuat demi kandungan. Jangan lupa konsumsi vitamin dan makanan serta buah-buahan yang bergizi agar janin tetap sehat." Aku berusaha dewasa saja."Makasi, Mba." Jenifer menatapku haru."Jangan lupa istirahat yang cukup ya," sambungku.Jenifer mengangguk. "Ya sudah, Mas Yusuf sama Mba Mia. Silahkan kembali ke kamar kalian ya. Aku akan istirahat," titah Jenifer."Oke. Selamat istirahat." Aku sekedar basa-basi saja.Aku dan Mas Yusuf keluar dari kamar Jenifer
Read more

272 Cemburu

Secangkir teh hangat telah habis kuteguk. Aku bangkit menuju tempat tidur dan seperti biasanya, Mas Yusuf tidur menghadap ke samping membelakangiku. Aku dan dia sudah beberapa bulan menikah, tapi karena insiden kecelakaan yang membuat ingatannya sedikit memudar, Mas Yusuf belum juga menunaikan kewajibannya kepadaku.Aku paham. Meski saliva ini rasanya kecewa, tetap saja kutelan. Aku tidur di sampingnya seperti biasa tanpa pelukan hangat dari seorang suami.Esok harinya saat kami berdua tengah sarapan, Mas Yusuf tiba-tiba mempertanyakan keberadaan Jenifer."Apakah Jenifer tidak diajak sarapan bersama?" tanyanya di tengah-tengah mengunyah makanan."Entahlah, saya belum melihatnya, Mas," jawabku seadanya. Sedikit tercengang dengan pertanyaan Mas Yusuf. Apa dia sudah mulai?Segera kutepis pikiran ini. Aku memanggil Ijah untuk memeriksa Jenifer di kamarnya."Harusnya Mas Yusuf jadi suami yang adil. Makan bersama-sama di sini. Mba Jenifer tengah mengandung anak, Mas Yusuf." Kalimat sindiran
Read more

273 Cek CCTV

IIjah menatapku berat. Ia seperti enggan melanjutkan laporannya."Ijah, kenapa kamu malah diam? Lanjutkan. Laporan apalagi yang hendak kamu sampaikan," pintaku. Ijah tampak mengatur napasnya terlebih dahulu."Bu Jenifer, mengambil celana dalam itu menandakan kalau benda itu miliknya," imbuh Ijah.Sesaknya napas di dadaku. Aku menghirup udara dengan rakus, tapi suasana sekeliling rumah seperti tak ada oksigen yang mampu masuk ke dalam lubang pernapasanku.Aku mengusap dada. "Kamar itu usai diisi oleh, Mas Yusuf. Mengapa harus ada lingerie di kamar itu. Apa artinya mereka-" Tak mampu kulanjutkan kalimat itu. Kian terasa sesak saja napasku ini.Ijah pamit. Aku masih duduk di kursi yang sama. Mengusap kening yang isinya serasa berat. Apa aku harus cek CCTV? Iya benar, aku harus mengecek CCTV malam itu. Malam saat Mas Yusuf salah paham dan marah padaku kala itu.Padahal Mas Yusuf sudah tahu dalang semua masalah kemarin adalah, Jenifer. Namun entah kenapa, baik Mas Yusuf mau pun aku, merasa
Read more

274 Pergi Ke Makam

Kuputar segera rekaman CCTV beberapa hari yang lalu. Gelap, tak ada yang bisa diputar. CCTV pada saat itu mati. Aku mengernyitkan dahi. Selalu saja begini. Setiap kali ada kejadian yang hendak kuselidiki, CCTV di rumah ini selalu saja mati tak ada yang bisa dilihat."Aneh," desisku sendirian. Ini seperti disengaja saja.Kututup kembali benda persegi itu. Tak ada gunanya. Kuhela napas kesal. Aku semakin dibuat penasaran dengan lingerie itu. Cerita Ijah membuatku merasa yakin kalau lingerie itu milik Jenifer. Hanya saja aku masih merasa penasaran dengan keberadaan celana dalam itu. Sedang apa benda itu ada di kamar tengah?Kuambil ponsel pintar saat waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Aku mencoba menelepon Mas Yusuf. "Hallo, Mas." Mas Yusuf menjawab sambungan telepon dariku."Iya, Mia. Kenapa?" Suamiku malah terdengar bertanya. Tidakkan dia paham dengan maksudku meneleponnya."Sudah jam sepuluh, Mas. Kenapa belum pulang?" tanyaku segera tanpa mau basa-basi."Entahlah, Mia. Sepertinya
Read more

275 Merasa Dibohongi

Aku mengerjapkan mata. "Sorry!" Sepertinya akibat banyaknya pikiran di benak, membuat aku sampai tak fokus dengan keberadaan Reyno."Jangan melamun di pemakaman, Mba. Bahaya loh." Reyno menggodaku. Dia menyunggingkan senyuman mengembang."Ah, Pak Reyno. Bisa saja. Saya tidak melamun kok," bantahku segera."Sayang, siapa ini?" Bersamaan dengan itu, seorang wanita memotong perbincangan kami. Aku sedikit tercengang langsung berdiri. "Ini tetangga aku, Sayang," jawab Reyno pada wanita yang terlihat langsung menggandeng tangannya seperti hendak menyebrang sungai saja.Sayang? Oh sepertinya aku tahu. Tapi tak mau menerka. Aku masih menatung memperhatikan keduanya yang saling bergandengan nampak mesra."Sayang, pernkenalkan ini, Mba Mia. Dia tetanggaku sebelum menikah dengan, Pak Yusuf." Reyno memperkenalkanku pada wanita di sampingnya yang disebutnya sayang."Mba Mia, perkenalkan ini istri saya. Kamu baru dua minggu menikah," kata Reyno padaku.Oh ternyata istrinta toh. Pengantin baru pul
Read more

276 Bertanya Serius

Di depan salon, mobil yang dikendarai Jenifer menepi. Aku juga menghentikan sepeda motorku tak jauh dari salon perawatan kecantikan itu. Namun bersamaan dengan itu ponselku berdering. Gegas kuambil dari dalam tas selempang."Mas Yusuf!" Panggilan masuk dari suamiku. Gegas kujawab dengan menggeser tombol berwarna hijau pada layar ponsel."Hallo, Mas," sapaku begitu benda pipih telah kutempelkan pada telinga."Kamu dimana?" tanya Mas Yusuf cukup singkat."Saya dalam perjalanan pulang. Ada apa, Mas?" Gegas ku berbalik tanya."Saya ada di kantor bersama, Anjani. Malam ini sepertinya saya akan kembali pulang ke rumah, Jenifer. Dia masih tiduran di rumahnya. Badannya masih lemas, saya tak tega meninggalkannya. Apa kamu bisa mengijinkan?" Mas Yusuf terdengar meminta ijin.Dahiku langsung mengerut mendengar penuturan Mas Yusuf. Apa dia bilang! Jenifer masih lemah, tiduran di rumahnya, tak tega meninggalkannya."Mas, apa kamu yakin kalau Jenifer masih lemas?" Aku mengajukan keraguan. Bagaimana
Read more

277 Mengintrogasi

"Kenapa diam, Mas?"Pertanyaanku membangunkan Mas Yusuf dari lamunan singkatnya."Tidak ada yang menemani tidur saya malam itu. Saya sendirian, Mia," jawab Mas Yusuf ragu. Ya, kata-katanya tidak kontras dengan raut wajahnya.Kalau Mas Yusuf tidur sendirian, lalau bagaimana pasangan lingerie itu bisa berjalan sendiri ke kamar tengah? Apa ini memang ulah Jenifer yang hendak memfitnah suamiku?"Apa kamu berpikir yang tidak-tidak tentang saya?" Kali ini Mas Yusuf menatapku nanar."Saya hanya merasa aneh. Mengapa sebuah celana dalam bisa berjalan sendiri ke kamar itu pada malam yang sama. Malam saat kamu tidur di kamar tengah," jelasku. Tak ingin menutupi semuanya. Rasanya aku muak ingin mengeluarkan kejanggalan itu."Maksud kamu apa sih, Mia? Omonganmu hari ini terdengar aneh. Kamu kelelahan sehingga berbicara ngawur." Tampak tegang pada wajah Mas Yusuf. Namun suamiku itu segera mengalihkan pandangannya. Dia semakin terlihat gugup seraya mengusap kasar wajahnya.Aku jadi semakin merasa ya
Read more

278 Kuingin Marah

Langkah kakiku serasa berat. Tapi aku harus tetap kuat. Aku sangat yakin wanita yang tadi kulihat adalah Jenifer. Aku tak mungkin salah.Aku masih duduk di atas motor yang kutepikan di pinggir taman. Aku duduk dan merenung sendirian di tempat yang sepi itu. Hari ini bukan hanya raga yang lelah, tapi jiwa ini terasa rapuh.Apa aku bisa membuat ingatan Mas Yusuf kembali lagi? Pertanyaan yang muncul dibenak membuat keyakinanku sedikit memudar.***"Kamu mau kemana lagi, Mas?" tanyaku.Mas Yusuf akhirnya pulang. Dia hanya berganti pakaian usai dua hari dua malam tidur di rumah Jenifer."Saya akan ke Bali. Jenifer, ngidam ingin pergi ke pantai kuta. Dia menangis semalaman, merengek ingin pergi ke sana," jawab Mas Yusuf.Seketika bola mataku membulat. "Mas, kamu baru saja selamat dari kecelakaan pesawat. Masa kamu akan naik pesawat lagi," protesku. Ada yang tengah kukendalikan, yakni amarah."Iya, Mia. Tapi saya tak tega melihat, Jenifer. Saya juga tidak mau kalau sampai anak dalam kandunga
Read more

279 POV Jenifer

Sial! Rencana nyalon hari ini harus gagal saat aku melihat istri tua suamiku membuntuti. Dia sepertinya sengaja membuntutiku dan akan melaporkan kegiatan jalan-jalan hari ini pada Mas Yusuf.Saat Mia tengah lengah, aku dan sahabatku segera pergi dari salon. Tak ada tujuan lain selain pulang ke rumah dan kembali tidur seperti orang sakit. Aku sudah berhasil mengelabuhi Mas Yusuf dan Mia. Aku tak mau mereka berdua berpikir kalau aku sehat-sehat saja. Aku harus tetap terlihat sakit di mata mereka agar mereka iba padaku.Benar saja, dua jam kemudian Mas Yusuf menghubungiku lewat panggilan video. Beruntung aku sudah tiduran di kamar dan memakai make up agar wajah ini terlihat pucat.Mas Yusuf terlihat sendiri di ruang kantornya. Tapi aku sangat yakin di sampingnya pasti ada, Mia. Wanita itu pasti sudah melapor. Itu bisa ditebak dengan pertanyaan Mas Yusuf. Beruntung aku berhasil berkilah. Akhirnya Mas Yusuf percaya sampai akhirnya dia pulang kembali ke rumah Mama dan Papa. Aku tak akan men
Read more

280 POV Yusuf

Perasaan saya sebenarnya tengah dilema. Saya pulang ke rumah setelah mengiyakan permintaan Jenifer untuk pergi ke Bali. Bagaimana bisa menolak saat istri kedua itu berhasil mengacaukan perasaan saya. Dalam dada merasa berat pada Mia, karena istri pertama itu terasa berarti di lubuk hati saya. Tapi, Jenifer telah membuat jiwa lelaki ini meronta-ronta saat dekat dengannya.Tapi saat pulang ke rumah, Mia lagi-lagi mengintrogasi saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat saya merasa bersalah kepadanya. Ya, saya merasa bersalah karena telah memadu cinta dengan Jenifer tanpa sepengetahuannya. Sementara Mia, belum saya sentuh sama sekali. Dia tak seagresif Jenifer. Dia hanya menunggu sentuhan dari saya, sementara saya ragu untuk mengawalinya.Berbeda dengan Jenifer yang telah dua kali membuat hawa panas di dalam dada terasa bangkit. Saya meninggalkan rumah tanpa memperdulikan saat Mia memanggil nama saya di belakang.Supir pribadi telah melajukan mobil. Saya lihat kebelakang, Mia tengah
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
34
DMCA.com Protection Status