Semua Bab Istri Ku Sang Ratu Bumi: Bab 111 - Bab 120

300 Bab

BAB 111

“Ayo, dimakan,” pria itu membuyarkan lamunan Aliya.Aliya pun meraih sendok di sebelah kanan piring makannya dengan agak ragu. Ia mencicipi kuah sayur asem itu. Sebentar mengecap dan mengerjapkan mata beberapa kali.“Enak,” ujarnya tulus.Ia menyendok sekali lagi, dengan kacang panjang sebagai sasaran berikutnya. Kecapan itu tak salah. Sayur asem itu enak.Aliya melirik pria di seberangnya itu. Ia juga telah mulai menyendokkan sayur dari mangkuk ke piringnya.“Ini enak,” tambah Aliya menegaskan.“So actually he didn’t lie when he said ‘you needn’t cook for me, I can cook for you’. Right?” (Jadi dia tidak berbohong saat mengatakan ‘kau tidak perlu memasak untukku, karena aku bisa memasak untukmu’. Ya kan?)Tangan Aliya terhenti. Dahinya mengerenyit. Tapi ia malah mengatakan,
Baca selengkapnya

BAB 112

“Gak aneh-lah. Itu namanya meyakinkan diri sendiri. Kita bertanya pada diri sendiri, apakah yang akan kita lakukan itu memang benar, atau perlu dipertimbangkan kembali,” jelas Diani suatu waktu, saat Aliya mengalami ‘perdebatan’ dengan suara hatinya sendiri, dan ia menanyakan pendapat Diani tentang itu. “Miss Aliya gak aneh, kok. Karena gue sendiri juga sering kaya begitu,” tambah Diani lagi. Kala itu Aliya merasa ada yang tidak beres pada dirinya, saat melihat catatan pada bukunya. Ia yakin tulisan itu miliknya, namun ia tak ingat kapan pernah menulisnya. Aliya mengalami perdebatan dengan hatinya sendiri. Satu sisi mengatakan Aliya mesti mencari tahu alasan ia menulis catatan itu, sementara sisi hati yang lain mengatakan dia tak perlu membuang waktunya untuk hal tak berguna seperti itu. Dan yang terasa sangat aneh baginya adalah, bahwa perdebatan kata hatinya itu begitu kentara. Seolah dua suara dari dua diri yang b
Baca selengkapnya

BAB 113

Dear, wonderful Lady. I think you should know this. (Wahai Wanita yang luar biasa. Ku pikir kau harus tahu ini)Your existence for your own happiness is above all. Protect it with your way, I'll protect you with my way. (Keberadaan kebahagiaanmu sendiri di atas segalanya. Lindungi dengan caramu, aku akan melindungimu dengan caraku.)I cannot promise you a thing I couldn't do. May it's allowable, but I'll do any measures to keep you away from any harm.... (Aku tidak bisa menjanjikan sesuatu yang tidak dapat ku lakukan. Semoga diperkenankan, aku akan melakukan apa pun untuk menjauhkanmu dari semua bahaya.…)So be confident, be closer to Allah, be patient and be hardy. (Jadi percaya diri lah, lebih dekat dengan Allah, bersabar dan tegar.)You can do
Baca selengkapnya

BAB 114

Setelah itulah, ajakan Diani itu terlontar. Menonton.Menonton di bioskop sebenarnya dahulu pernah bahkan sering terungkapkan oleh Aliya pada suaminya, Bisma. Tapi Bisma tampaknya tidak pernah menganggap penting setiap permintaan Aliya.Tak hanya soal menonton, tapi juga hal-hal lainnya. Banyak hal-hal yang dulu menjadi aktivitas menyenangkan bagi Aliya, hilang begitu saja setelah ia dinikahi Bisma.Lalu setelah sekian waktu terlewati, Bisma bahkan tidak peduli pada apa yang diinginkan Aliya, Bisma juga telah menelantarkannya. Ia biarkan Aliya melaksanakan peran sebagai pencari nafkah, sementara Bisma berdiam di rumah. Lalu terakhir, ia menemukan kelainan itu pada Bisma. Rahasia terbesar yang selama ini Bisma tutupi darinya.“Hhh….” Aliya menghela nafas.Minibus ini berjalan cepat, tapi beberapa kali ia hampir terantuk karena rem mendadak. Hari Minggu cukup lengang, bebas dari
Baca selengkapnya

BAB 115

Nuansa coklat tua, dinding abu muda dan paduan latar putih. Pantri. Ya, lagi-lagi Aliya berada di pantri itu. Mimpi yang sama lagi kah? Aliya berdiri di hadapan kitchen sink dengan tangan memegang piring porselen. ‘Apa ini….?’ Aliya menatap seputar kitchen sink itu. Dua mangkuk dan dua piring makan porselen, dua gelas Kristal dan dua pasang sendok beserta garpunya. Benar. “Ini bekas makan kami..” gumam Aliya lirih, lalu menambahkan, “di mimpiku sebelumnya. Ya Tuhan! Mimpiku terus bersambung…” Lalu dengan cepat mata dan kepala Aliya berputar mencari. Pria itu. Pria charming itu tidak ada di sini. ‘Di mana dia?’ Pria itu tak ada di manapun. Ruang makan, ruang tengah, taman. Tidak. Dia tidak ada. Tapi ini masih mimpi yang sama. ‘Kemana dia?’ Aliya mencuci piring yang tengah ia pegang. Tapi kemudian setelah piring itu ia letakkan di tempat pengeringan, ia menuju sofa di ruang yang bersebelahan dengan ruang makan itu. Aliya meraih tasnya dan mencari sesuatu. Dadanya berdetak lebi
Baca selengkapnya

BAB 116

Aliya menghela napas panjang.  “Aliya,” panggilnya.Tapi Aliya tak menjawab. Menunduk, itu yang ia lakukan. Entah apa namanya, dorongan untuk menghindari tatap mata pria itu sangatlah kuat.“Aliya,” sekali lagi pria itu memanggil.Mendapati Aliya tetap tak menjawab, ia bangkit dari duduknya kemudian duduk di sebelah Aliya, meski tetap memberi jarak yang wajar.Aliya merasakan degup jantungnya kembali berpacu cepat. Tapi ini entah karena apa.“Aliya….”Aliya memejamkan mata. Seperti sedikit rasa takut. Tidak, bukan takut.Cemas.Ya, cemas.Aliya merasa tidak mau. Ingin berkata ‘tidak’, tapi ‘tidak’ untuk apa? Ia terus bertanya-tanya dalam hati.“Saifanah..”Deg.‘Bagaimana pria ini tahu nama belakangku? Aku…’Seketika
Baca selengkapnya

BAB 117

“Tolong miss, tell me the truth,” pinta Aliya pada Diani. Mereka berdua berada di ruang tamu rumah Diani. Setelah mimpi semalam, Aliya datang ke rumah Diani, karena ia yakin Diani mengetahui sesuatu tentang rentetan mimpi aneh yang Aliya alami. Kemudian alasan ia mengalami sakit kepala dan denyut nyeri di dada setiap kali berusaha mengingat sesuatu. Aliya yakin, Diani tahu jawabannya. “Miss,” Aliya memohon. Tampak Diani menarik nafas lalu menghembuskannya agak cepat. Sedikit keraguan sempat tertangkap mata Aliya. Dan Aliya tidak menyia-siakan kesempatan itu. “Miss, please…. Tell me,” kembali Aliya memohon dengan nada memelas. “Ya. Gue tau sesuatu. But I had promised not to talk about this. Tapi gue juga punya cara sendiri. Kalo pada saatnya gue mesti kasih tau sesuatu, gue pasti kasih tau.” Aliya menatap lurus pada Diani, dengan harapan Diani berbicara lebih dari itu. Betapa sesungguhnya ia bosan bertanya pada Diani dan mengeluh bahwa dirinya telah menjadi seorang pelupa yang p
Baca selengkapnya

BAB 118

Malam itu Aliya tengah bersantai di ruang tengah ketika ponselnya berdering nyaring. Aliya menggapai ponsel itu dan melihat ke layar. Keningnya berkerut mendapati sederetan nomor tak dikenal yang terpampang di layar.“Siapa ini?” gumamnya namun tetap menggeser panel jawab. “Hallo?”‘Halo.. Ini Aliya?’ Suara wanita.“Emm ya, betul. Dengan siapa ini?”‘Gue Hana…’“Hana?”‘Yup. Temen satu kampus waktu di Aryasatya Bandung.’Memori Aliya berputar sejenak. Ia memang mengingat ada teman seangkatan bernama Hana, namun mereka jarang sekali berkomunikasi meskipun satu kelas.“Hana yang suka bareng sama Tantri itu ya?” ujar Aliya.‘Yup. Bener. Gue emang suka bareng sama Tantri dan Emma,’ jawabnya.“Apa kabar Han?” kedua sudut bibir Aliya tertarik. Rasanya sudah lama ia tidak berkomunikasi dengan tem
Baca selengkapnya

BAB 119

Aliya menghela napas. Sedikit kelegaan terasa olehnya, seakan ada satu jenis beban yang terangkat dari pundaknya.Ia telah selesai menyampaikan yang harus disampaikan kepada mertuanya dan juga kepada orangtuanya.Jangan ditanya, respon sang mertua di telepon tadi. Seperti yang telah Aliya duga, kata-kata makian dan sumpah serapah itu diobral seperti yang sudah-sudah. Terlalu kenyang. Sehingga secara sepihak, Aliya menutup sambungan dan mengabaikan beberapa panggilan masuk dari mertuanya itu.Sementara orangtua Aliya, tentu saja mereka kaget dan shocked.Dengan sangat hati-hati Aliya jelaskan satu demi satu permasalahan yang ia hadapi. Insting melindungi kedua orangtuanya dari rasa sakit yang lebih jauh, Aliya tidak menceritakan kejadian terakhir saat Bisma berusaha menjual dirinya pada lelaki tua.Tak pernah mengira rumah tangga putrinya seburuk itu, sang mama lantas menangis pilu mendengar kisah dari Aliya dan bersikeras akan datang ke Bo
Baca selengkapnya

BAB 120

“Bu Aliya!! Pak Bisma!!” suara pria paruh baya terdengar kaget lalu bergegas menghampiri Bisma yang tengah menduduki tubuh Aliya dan melerainya. “Pak Bisma lepaskan bu Aliya!!”Pria lain yang lebih muda ikut mendekati Bisma dan memegangi lengan Bisma. “Lepasin bu Aliya Pak! Istighfar Pak!” serunya tak kalah kencang.Pria paruh baya berbaju koko itu adalah pak RW dan pria yang lebih muda itu adalah pak RT. Mereka berdua akhirnya berhasil menarik Bisma menjauh dari Aliya.Seorang wanita mengenakan bergo lebar pun tampak muncul dan tergopoh menghampiri Aliya yang terduduk dan diam membatu.“Nak Aliya… Tidak apa-apa kah?” tanya wanita itu khawatir. Ia adalah ustadzah yang pernah didatangi Aliya untuk konsultasi mengenai permasalahan rumah tangganya.Ustadzah itu mengelus punggung Aliya, saat melihat tatapan mata Aliya yang tampak kosong. Seketika bulu bulu halus di tangan sang ustadzah terasa berdi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
30
DMCA.com Protection Status