Home / Romansa / Balas Dendam Lady Neenash / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Balas Dendam Lady Neenash: Chapter 111 - Chapter 120

146 Chapters

Bagian 110

Lady Neenash membuka mata perlahan. Aroma familiar membuatnya mendapat firasat buruk. Benar saja, wajah penuh obsesi Pangeran Seandock tertangkap pandangan. Dia refleks hendak melakukan serangan. Namun, tubuhnya tak bisa digerakkan. Pangeran Seandock menyeringai. Pemuda itu mengangkat tangan sambil memutar-mutar cincin berpendar biru di jari manis sebelah kanan. "Cincin Kebijaksanaan sial*n!" umpat Lady Neenash dalam hati. "Melepaskan pengaruh cincin sial*n itu adalah hal pertama yang harus kulakukan jika sudah mendapatkan kekuatan saintess sepenuhnya."Lady Neenash mengamati sekeliling. Dia mencoba mencari celah. Jika Pangeran Seandock lengah, Lady Neenash bermaksud menggunakan kekuatan suci dan kabur secepatnya dari kamar beraroma aneh tersebut. Pangeran Seandock duduk di tepian tempat tidur. Dia mengusap rambut Lady Neenash dengan lembut. Begitu Sang putra mahkota mencondongkan badan hendak mendaratkan kecupan di bibirnya, Lady Neenash berguling dengan cepat. Pangeran Seandock h
last updateLast Updated : 2023-06-15
Read more

Bagian 111

WushhhPanah api Pangeran Sallac langsung padam tertelan kabut hitam. Lady Cherrie palsu telah muncul. Dia memegangi tangan Pangeran Seandock, lalu menghilang bersama dengan embusan angin kencang dan kabut hitam yang pekat."Sial*n!" umpat Pangeran Sallac.Sebenarnya, dia hendak memeriksa ke luar jendela. Namun, Lady Neenash masih gemetaran dalam pelukannya. Akhirnya, Pangeran Sallac terpaksa membiarkan Pangeran Seandock dan Lady Cherrie palsu lolos."Neenash ... aku ada di sini .... Aku sudah datang untukmu," bisik Pangeran Sallac lembut.Tangannya tak henti mengusap rambut sang istri. Lady Neenash membenamkan wajah semakin dalam di dada bidang Pangeran Sallac. Dia masih gemetaran. Pangeran Sallac susah payah menahan gejolak amarah dalam dada. Kondisi terpuruk Lady Neenash benar-benar mengiris hati. Rasa ingin menjadikan adiknya manusia panggang terasa meluap-luap."Aku ... jijik sekali, Sallac. Aku jijik jika mengingat tangannya telah menyentuh wajahku."Lady Neenash menggemeletukk
last updateLast Updated : 2023-06-15
Read more

Bagian 112

"Tuan Louvi ingat sewaktu kita hendak memurnikan kabut hitam di pondok waktu itu ada yang memukul kita hingga pingsan bukan?" Bukannya menjawab, Lady Hazel malah bertanya kepada Louvi.Louvi mengangguk ragu. Dia tidak terlalu yakin karena langsung pingsan. Namun, tengkuknya memang masih terasa sakit seperti habis dipukul."Sepertinya begitu. Tapi, saya tidak begitu yakin. Jika memang ada mata-mata, bukankah saat itu hanya ada kita, Nona Pheriana, dan Sir Dulcais?" Louvi mengelus dagu. "Ataukah ada kesatria yang membuntuti kita dan menyergap saat kita lengah?" tebaknya asal.Lady Hazel menggeleng. "Pelakunya ada di antara kita saat itu. Jika memang ada yang membuntuti, alat pendeteksi gerakan mencurigakan yang kubawa pasti bereaksi," jelasnya."Lalu, kau mencurigai, Pheriana dan Dulcais?" cecar Pangeran Sallac. Dia mendelik tajam. "Mereka sudah mengabdi sejak lama. Justru kamu yang lebih mencurigakan," tuduhnya."Hei, saya juga pingsan saat itu!""Bisa saja kau hanya pura-pura. Seoran
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Bagian 113

Mereka telah tiba di ruang tamu kastil utara. Seorang pemuda yang tadinya duduk langsung berdiri dan memberi salam penghormatan. Grand Duke Erbish mengibaskan tangan dan memintanya duduk kembali."Jadi, apakah ada pesan lagi dari Count Blossom? Kenapa dia tidak menggunakan alat sihir komunikasi? Atau jangan-jangan kau adalah mata-mata yang dikirim wanita iblis itu dengan mengaku-ngaku utusan Count Blossom?" cecar Grand Duke Erbish hampir tanpa jeda.Lady Neenash seketika menghela napas berat. Mereka memang baru saja mendapati kenyataan pahit dengan pengkhianatan Sir Dulcais. Namun, tidak seharusnya Grand Duke Erbish asal mengamuk kepada utusan orang lain."Tenanglah, Kak. Jangan menuduh tanpa bukti. Kita memang harus berhati-hati, tetapi bukan berarti menuding semua orang," bisik Lady Neenash.Nyatanya, Grand Duke Erbish tak peduli. Dia tiba-tiba berdiri dan menghunus pedang dan meletakkannya di leher si utusan. Pemuda malang itu hanya bisa gemetaran dibuatnya.Utusan yang dikirim ole
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Bagian 114

Lady Neenash masih kebingungan. Sementara ketiga wanita berwujud Dewi Asteriella terus memanggil, membuat perasaan menjadi semakin resah saja. Dia berpikir keras mencari solusi, hingga teringat dengan ketujuh artefak yang melekat di tubuhnya."Jika upacara kebangkitan baru akan bisa dilakukan setelah mencari tujuh benda suci ini, berarti aku harus menggunakan kekuatan benda-benda suci untuk melewati ujian kali ini," gumam Lady Neenash.Dia mulai memejamkan mata. Pikiran dan manna dipusatkan agar terhubung dengan ketujuh benda suci. Perlahan, rasa hangat menjalari tubuh bersamaan dengan cahaya yang keluar dari artefak secara bersamaan, berpilin indah."Anakku, apa yang kau lakukan? Cepat kemarilah dan terima berkat dariku." Suara Dewi kembali terdengar sedikit mengusik konsentrasi Lady Neenash. Akibatnya, artefak yang telah beresonansi kembali ke tahap awal. Lady mengepalkan tangan, kembali memusatkan pikiran.Suara-suara yang terngiang kini lenyap tak bersisa. Ketujuh benda suci teru
last updateLast Updated : 2023-06-17
Read more

Bagian 115

Akhirnya, Pangeran Seandock dan Lady Cherrie tiba di pinggiran kota. Keadaan sudah kacau balau. Anak-anak jalanan yang dimaksud tengah menghamburkan barang dagangan para pedagang, juga merusak toko-toko. Sayuran dan daging berserakan di jalan."Anak-anak malang," gumam Lady Cherrie dengan mata berkaca-kaca.Dia langsung menangkupkan tangan di depan dada. Mata birunya terpejam. Lantunan syair mengalun indah dari bibir mungil kemerahan."Tidurlah, Anak-anak," bisiknya lembut setelah menyelesaikan lagu.Cahaya menyilaukan keluar dari tubuh Lady Cherrie. Semua orang yang ada di lokasi refleks memejamkan mata. Saat itulah, Lady Cherrie mengeluarkan kekuatan sihir hitam dan membuat anak-anak tertidur. Hal itu sangat mudah karena penyebab mengamuknya mereka juga ulah Lady Cherrie.Begitu anak-anak malang itu sudah terlelap semua, barulah Lady Cherrie menyerap kembali cahaya ke dalam tubuh. Orang-orang pun kompak membuka mata. Mereka seketika terpukau, lalu merasa lega."Hidup, Saintess!""Sa
last updateLast Updated : 2023-06-17
Read more

Bagian 116

Srat!Darah tersembur ke udara. Pendeta muda yang malang ambruk dengan perut tertusuk. Duke Thalennant membersihkan pedangnya, lalu menyarungkannya lagi di pinggang."Berani sekali kau menuduh saintess padahal hanya pendeta tingkat rendah! Kau harusnya malu telah berbuat kurang ajar," maki Duke Thalennant pada mayat pendeta muda yang tengah melotot itu.Sementara itu, kabut hitam yang tadi hendak menyerang si pendeta perlahan memudar, hingga hilang seolah terbawa angin. Tak lama kemudian, Lady Cherrie keluar dari semak-semak. Namun, gerakannya begitu halus dan hati-hati,. sehingga tampak benar-benar baru datang dari arah paviliun. Setelah berada cukup dekat dengan Duke Thalennant dan mayat pendeta, Lady Cherrie langsung bersandiwara. Dia terduduk lemas. Kedua tangan menutup mulut dengan mata terbelalak sempurna. Tak memerlukan waktu lama hingga air mata meluncur di pipinya. "Tuan Duke, ini ... kenapa Anda ....."Lady Cherrie tak meneruskan ucapannya karena terisak. Dia tampak begitu
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more

Bagian 117

Pangeran Sallac baru saja keluar dari kamar mandi. Dia mengeringkan rambut dengan handuk. Sementara bibirnya terus menggerutu. Sebenarnya, Pangeran Sallac masih ingin tidur dengan nyaman sambil memeluk sang istri. Namun, hari itu mereka akan ada pertemuan lagi di ruang rahasia. Dia pun terpaksa mandi lebih pagi. Pangeran Sallac bermaksud membangunkan Lady Neenash usai berpakaian."Tidak! Tidak! Dasar iblis sial*n! Hentikan!"Jeritan Lady Neenash membuat Pangeran Sallac melempar handuk ke sembarang arah. Dia berlari ke tempat tidur secepat mungkin, lalu mendekap erat tubuh Lady Neenash. Namun, Sang istri malah memberontak, mengakibatkan luka cakaran di wajah tampan Pangeran Sallac.Tak ingin keadaan semakin kacau, Pangeran Sallac menepuk pelan pipi Lady Neenash. "Neenash! Neenash!" panggilnya.Lady Neenash tersentak. Dia membuka matanya secara mendadak. Pangeran Sallac hampir melompat karena terlalu kaget. Untunglah, dia bisa cepat mengendalikan emosi dan langsung menatap lembut Lady
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more

Bagian 118

"Ini benar-benar gawat, Lady! Kita harus segera bergerak!" ulang Lady Hazel. Lady Neenash menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tingkah ajaib Lady Hazel kali ini sulit untuk dipahami. Sementara itu, Pangeran Sallac sudah kehilangan kesabaran. Dia mendorong Lady Hazel menjauh. "Di mana tata kramamu? Lancang sekali kau masuk kamar orang lain tanpa permisi!" gertak Pangeran Sallac.Lady Hazel tak mengacuhkan sang pangeran. Dia malah dengan percaya diri memegang tangan Lady Neenash lagi. Pangeran Sallac tentu tak terima. Akhirnya, mereka malah saling berebut tangan Lady Neenash."Ekhem!" Satu dehaman Lady Neenash cukup untuk menghentikan perdebatan Pangeran Sallac dan Lady Hazel. "Sallac, kau tidak boleh tiba-tiba mendorong orang lain hanya karena cemburu dan Lady Hazel kamu juga salah karena tidak mengetuk pintu dulu. Bagaimana kalau saat kau membuka pintu Sallac sedang telanj*ng karena berganti pakaian?""Maafkan aku, Lady. Aku benar-benar panik jadi tidak sadar langsung ke sini," ung
last updateLast Updated : 2023-06-19
Read more

Bagian 119

Grand Duke Erbish mendengkus. "Ya, ya, kabar apa lagi?" ketusnya. "Rasanya, kita selalu saja mendapat kabar buruk!"Sir Datte sekali memberikan salam penghormatan. Dia mengatur napas sejenak untuk menenangkan perasaan. Suara menggelegar Grand Duke Erbish memang tidak baik untuk jantung."Tersebar rumor di ibukota kalau Tuan Count Blossom merencanakan pemberontakan bersama Anda, Yang Mulia. Katanya, bagian penyelidikan istana sudah mulai didatangkan ke Kediaman Tuan Count," lapor Sir Datte."Sial*n!" geram Grand Duke Erbish.Dia lagi-lagi memukul meja. Sekarang, meja kayu yang malang itu bukan hanya retak, tetapi terbelah dua. Tak ayal patahan kayu terlempar ke segala arah.Pangeran Sallac refleks memeluk Lady Neenash berusaha melindunginya. Sementara itu, Lady Hazel dan Louvi memilih menggunakan perisai. Adapun Sir Datte hanya bisa pasrah ketika wajahnya menjadi salah satu tempat pendaratan patahan kayu."Tenanglah, Erbish. Kenapa kau harus marah-marah? Bukankah rumor itu juga tidak s
last updateLast Updated : 2023-06-19
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status