Pangeran Sallac baru saja keluar dari kamar mandi. Dia mengeringkan rambut dengan handuk. Sementara bibirnya terus menggerutu. Sebenarnya, Pangeran Sallac masih ingin tidur dengan nyaman sambil memeluk sang istri. Namun, hari itu mereka akan ada pertemuan lagi di ruang rahasia. Dia pun terpaksa mandi lebih pagi. Pangeran Sallac bermaksud membangunkan Lady Neenash usai berpakaian."Tidak! Tidak! Dasar iblis sial*n! Hentikan!"Jeritan Lady Neenash membuat Pangeran Sallac melempar handuk ke sembarang arah. Dia berlari ke tempat tidur secepat mungkin, lalu mendekap erat tubuh Lady Neenash. Namun, Sang istri malah memberontak, mengakibatkan luka cakaran di wajah tampan Pangeran Sallac.Tak ingin keadaan semakin kacau, Pangeran Sallac menepuk pelan pipi Lady Neenash. "Neenash! Neenash!" panggilnya.Lady Neenash tersentak. Dia membuka matanya secara mendadak. Pangeran Sallac hampir melompat karena terlalu kaget. Untunglah, dia bisa cepat mengendalikan emosi dan langsung menatap lembut Lady
"Ini benar-benar gawat, Lady! Kita harus segera bergerak!" ulang Lady Hazel. Lady Neenash menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tingkah ajaib Lady Hazel kali ini sulit untuk dipahami. Sementara itu, Pangeran Sallac sudah kehilangan kesabaran. Dia mendorong Lady Hazel menjauh. "Di mana tata kramamu? Lancang sekali kau masuk kamar orang lain tanpa permisi!" gertak Pangeran Sallac.Lady Hazel tak mengacuhkan sang pangeran. Dia malah dengan percaya diri memegang tangan Lady Neenash lagi. Pangeran Sallac tentu tak terima. Akhirnya, mereka malah saling berebut tangan Lady Neenash."Ekhem!" Satu dehaman Lady Neenash cukup untuk menghentikan perdebatan Pangeran Sallac dan Lady Hazel. "Sallac, kau tidak boleh tiba-tiba mendorong orang lain hanya karena cemburu dan Lady Hazel kamu juga salah karena tidak mengetuk pintu dulu. Bagaimana kalau saat kau membuka pintu Sallac sedang telanj*ng karena berganti pakaian?""Maafkan aku, Lady. Aku benar-benar panik jadi tidak sadar langsung ke sini," ung
Grand Duke Erbish mendengkus. "Ya, ya, kabar apa lagi?" ketusnya. "Rasanya, kita selalu saja mendapat kabar buruk!"Sir Datte sekali memberikan salam penghormatan. Dia mengatur napas sejenak untuk menenangkan perasaan. Suara menggelegar Grand Duke Erbish memang tidak baik untuk jantung."Tersebar rumor di ibukota kalau Tuan Count Blossom merencanakan pemberontakan bersama Anda, Yang Mulia. Katanya, bagian penyelidikan istana sudah mulai didatangkan ke Kediaman Tuan Count," lapor Sir Datte."Sial*n!" geram Grand Duke Erbish.Dia lagi-lagi memukul meja. Sekarang, meja kayu yang malang itu bukan hanya retak, tetapi terbelah dua. Tak ayal patahan kayu terlempar ke segala arah.Pangeran Sallac refleks memeluk Lady Neenash berusaha melindunginya. Sementara itu, Lady Hazel dan Louvi memilih menggunakan perisai. Adapun Sir Datte hanya bisa pasrah ketika wajahnya menjadi salah satu tempat pendaratan patahan kayu."Tenanglah, Erbish. Kenapa kau harus marah-marah? Bukankah rumor itu juga tidak s
"Bukannya masih masa penyelidikan? Kenapa sudah ditetapkan sebagai pemberontak saja?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Suaranya begitu menggelegar membuat para pendeta yang mengantarkan sampai halaman kuil gemetaran. Jangankan pendeta, Sir Datte juga menjadi kikuk dan berkeringat dingin. Dia sampai kehilangan kata-kata dan memerlukan waktu lama untuk bisa kembali berbicara."Itu ....""Jawab yang jelas, Datte!" bentak Grand Duke Erbish membuat Sir Datte terlonjak. Wajah pemuda itu sampai memucat. Bukannya kasihan dan menurunkan nada suaranya, Grand Duke Erbis malah mencengkeram kerah Sir Datte. Sang ajudan sampai tercekik dan kesulitan bernapas.Lady Hazel menepuk pelan bahu Grand Duke Erbish. "Tenang, Erbish. Kau bisa membunuh Sir Datte jika terus seperti ini," tegurnya.Grand Duke Erbish mendengkus, lalu melepaskan cengkeramannya dengan kasar. Tak ayal, Sir Datte oleng dan terjatuh. Louvi yang merasa iba cepat-cepat menolong ajudan malang itu.Belajar dari pengalaman se
Lidah Sir Datte mendadak kelu. Bagaimana tidak? Wajah gusar Grand Duke Erbish yang tengah memegangi gagang pedang sangat menyeramkan. Pemuda itu sekali lagi menelan ludah untuk mengembalikan kemampuan bicaranya sebelum sang tuan mengamuk lagi."Kepala Desa Sihkan datang bersama beberapa tetua desa memohon bantuan, Yang Mulia." Sir Datte terdiam sejenak. "Kondisi mereka tampak mengenaskan, Yang Mulia."Amarah Grand Duke Erbish mendadak surut. Gagang pedang yang tadi digenggam sudah dilepas. Kini, wajahnya justru berubah cemas.Desa Sihkan adalah kawasan berpenduduk pertama yang ada di wilayah utara. Ketika dikirim dengan kejam ke utara karena fitnah Ratu Olive, dia hampir saja mati. Cuaca dingin dan serangan monster yang tak kunjung henti, membuat wilayah utara memang tak mungkin sukses kalau hanya dipimpin oleh remaja berusia 13 tahun.Namun, penduduk Desa Sihkan merawat Grand Duke Erbish dengan baik. Dengan bantuan mereka, remaja yang hampir tak ada harapan hidup, tumbuh menjadi pemu
"Ketemu!" seru Lady Neenash begitu merasakan adanya penolakan dari benang cahaya.Penolakan terhadap kekuatan suci menunjukkan keberadaan kekuatan kegelapan. Kemudian, Lady Neenash menggunakan pengendalian esnya untuk membentuk gambaran tempat yang dilihatnya. "Ini reruntuhan benteng negara musuh, sekitar 500 langkah dari desa kami!" seru Kepala Desa."Berarti iblis itu tinggal tak jauh dari desa. Meskipun begitu, lebih baik kita pergi ke Desa Sihkan dulu untuk memurnikan tanah yang tercemar sihir hitam agar penduduk desa tidak kelaparan dan terluka," cetus Louvi.Mereka setuju dengan pendapat Louvi. Setelah melakukan beberapa persiapan, mereka pun meninggalkan kastil utara. Grand Duke Erbish sempat kesal karena tak diajak. Untunglah, Lady Neenash berhasil membujuknya. Grand Duke Erbish memang harus tinggal agar mereka bisa berbagi tugas. Grand Duke Erbish harus membicarakan lebih mendetail rencana pemberontakan bersama Count Calliant. Lagi pula, dia tak punya kekuatan suci untuk me
"Argggh! Ampun, Tuan! Ampun!"Jeritan perempuan yang begitu menyayat terdengar berulang. Tak lama kemudian, tawa lepas mengikutinya. Lalu, suara nyaring seperti benda keras yang dipukulkan begitu memekakkan telinga.Lady Neenash dan Pangeran Sallac saling berpandangan. Sementara Louvi dan Lady Hazel juga bersiap dalam posisi siaga. Mereka berempat saling mengangguk, lalu mulai memasuki benteng."Ukh! Bau sekali! Dan suara berisik itu bisa merusak gendang telinga," keluh Lady Hazel. "Sebaiknya, kita pakai topeng dan alat pengatur bunyi."Lady Hazel cepat membagikan alat buatannya. Lady Neenash dan Louvi menerima dengan senang hati dan langsung memakainya. Seperti biasa, Pangeran Sallac malah membuat masalah. Dia tersenyum miring."Aku tidak selemah itu hingga harus memakai alat buatanmu," ejeknya."Sallac, pakai!" perintah Lady Neenash dengan mata melotot.Pangeran Sallac mau tak mau menurut. Lady Hazel susah payah menahan tawa saat melihat pangeran angkuh itu memakai topeng dengan waj
"Sallac kumohon bertahanlah ...."Lady Neenash terus mengerahkan kekuatan sucinya. Namun, kondisi Pangeran Sallac tidak membaik. Kekuatan suci Lady Neenash hanya menahan perburukan, tetapi seolah tidak mampu memurnikan sihir hitam yang mencemari sang suami.Sayangnya, Louvi dan Lady Hazel tak bisa membantu karena energi mereka juga terkuras. Akhirnya, Louvi melakukan komunikasi dengan pihak kuil suci. Mereka memerlukan lebih banyak pendeta untuk membantu memurnikan Pangeran Sallac maupun gadis-gadis yang tadi dicuci otak.Waktu yang berjalan terasa sangat lambat. Lady Neenash terus menggenggam tangan Pangeran Sallac. Namun, kekuatan sucinya perlahan melemah. Dia perlu beristirahat sesegera mungkin. Louvi yang melihat hal itu menghampiri Lady Neenash. "Nyonya Saintess, saya akan menggantikan Anda sebentar. Kekuatan suci saya sudah lumayan pulih. Anda harus segera beristirahat."Lady Neenash menggeleng lemah. "Bagaimana kalau terjadi sesuatu ketika aku beristirahat? Aku sudah kehilanga