"Argggh! Ampun, Tuan! Ampun!"Jeritan perempuan yang begitu menyayat terdengar berulang. Tak lama kemudian, tawa lepas mengikutinya. Lalu, suara nyaring seperti benda keras yang dipukulkan begitu memekakkan telinga.Lady Neenash dan Pangeran Sallac saling berpandangan. Sementara Louvi dan Lady Hazel juga bersiap dalam posisi siaga. Mereka berempat saling mengangguk, lalu mulai memasuki benteng."Ukh! Bau sekali! Dan suara berisik itu bisa merusak gendang telinga," keluh Lady Hazel. "Sebaiknya, kita pakai topeng dan alat pengatur bunyi."Lady Hazel cepat membagikan alat buatannya. Lady Neenash dan Louvi menerima dengan senang hati dan langsung memakainya. Seperti biasa, Pangeran Sallac malah membuat masalah. Dia tersenyum miring."Aku tidak selemah itu hingga harus memakai alat buatanmu," ejeknya."Sallac, pakai!" perintah Lady Neenash dengan mata melotot.Pangeran Sallac mau tak mau menurut. Lady Hazel susah payah menahan tawa saat melihat pangeran angkuh itu memakai topeng dengan waj
"Sallac kumohon bertahanlah ...."Lady Neenash terus mengerahkan kekuatan sucinya. Namun, kondisi Pangeran Sallac tidak membaik. Kekuatan suci Lady Neenash hanya menahan perburukan, tetapi seolah tidak mampu memurnikan sihir hitam yang mencemari sang suami.Sayangnya, Louvi dan Lady Hazel tak bisa membantu karena energi mereka juga terkuras. Akhirnya, Louvi melakukan komunikasi dengan pihak kuil suci. Mereka memerlukan lebih banyak pendeta untuk membantu memurnikan Pangeran Sallac maupun gadis-gadis yang tadi dicuci otak.Waktu yang berjalan terasa sangat lambat. Lady Neenash terus menggenggam tangan Pangeran Sallac. Namun, kekuatan sucinya perlahan melemah. Dia perlu beristirahat sesegera mungkin. Louvi yang melihat hal itu menghampiri Lady Neenash. "Nyonya Saintess, saya akan menggantikan Anda sebentar. Kekuatan suci saya sudah lumayan pulih. Anda harus segera beristirahat."Lady Neenash menggeleng lemah. "Bagaimana kalau terjadi sesuatu ketika aku beristirahat? Aku sudah kehilanga
"Sallac!"Lady Neenash menggenggam kembali tangan Pangeran Sallac. Proses penghitaman tubuh berhenti. Dia seketika menghela napas lega. Namun, Lady Neenash tahu hal buruk bisa saja terjadi lagi. Rintihan Pangeran Sallac menyayat hatinya. Lady Neenash mengecup tangan dalam genggaman berkali-kali. Ketika kekuatan suci yang mengalir sedikit melemah, dia cepat meminum air suci untuk menambah energi.Lady Neenash benar-benar di ambang keputusasaan saat suara Sang Dewi terasa menggema dalam kepala. "Anakku, apa kau mendengar suaraku?"Rasa malu tiba-tiba merasuki hati. Lady Neenash tahu seharusnya seorang saintess bisa lebih tegar dan mengesampingkan perasaan pribadi. "Dewi ... maafkan hamba karena saat ini bersikap lemah ...," lirihnya sendu."Tak apa, Anakku. Manusia memang tempatnya lemah. Kau sudah banyak kehilangan. Wajar saja jika kau tak ingin kehilangan lagi.""Terima kasih atas kemurahan hati Dewi ...." Lady Neenash menunduk dengan mata basah "Angkatlah wajahmu, Anakku. Aku akan
"Awas, Hazel" seru Grand Duke Erbish.Dia refleks menerjang Lady Hazel. Gadis itu kehilangan keseimbangan. Mereka pun terguling dengan estetik. Sementara Louvi mengeluarkan perisai cahaya untuk melindungi mereka karena tombak yang berjatuhan dari langit-langit kini bukan hanya satu."Lady Hazel, Yang Mulia Grand Duke, bisakah kalian berhenti bermesraan dan membantu saya? Tombaknya terus berjatuhan, lama kelamaan saya tidak akan kuat menahannya," tegur Louvi saat melihat Lady Hazel dan Grand Duke Erbish saling menatap seolah dunia hanya milik berdua.Grand Duke Erbish kontan tersedak. Pipinya seketika merona saat menyadari lengannya masih melingkar di pinggang Lady Hazel. Tak ingin semakin terjebak dalam situasi mendebarkan itu, dia cepat bangkit, juga membantu Lady Hazel berdiri."Ayo kita lari!" seru Louvi yang sudah tak kuat menahan tombak.Awalnya, dia berlari paling depan. Namun, stamina yang tak sebesar Grand Duke Erbish maupun Lady Hazel membuatnya jauh tertinggal. Louvi hampir
Bukannya menjawab, Sir Datte malah membawa lelaki bertubuh kurus ke hadapan Grand Duke Erbish. Sang tuan langsung mengerutkan kening."Siapa dia, Datte?" "Dia Tuan Manno dari Desa Osyran, Yang Mulia. Dia ingin mengadukan masalah di desanya," sahut Datte.Grand Duke Erbish berdeham. "Silakan, apa yang ingin kau sampaikan, Tuan Manno?""Iblis yang mengerikan muncul di desa kami, Yang Mulia. Dia menculik anak-anak. Dua putra saya juga menjadi korban," lapor Manno."Argggh!" Grand Duke Erbish memukul dinding kastil. Dia mengepalkan tangan dengan mata yang melotot. Manno langsung ciut dan terduduk lemas. Sir Datte terpaksa meminta pengawal lain untuk mengamankan lelaki itu.Grand Duke Erbish memijat-mijat kening yang mendadak berdenyut. Sekali lagi, mereka harus menunda rencana pemberontakan. Penculikan anak-anak tak berdosa oleh iblis tentu harus menjadi prioritas.Sementara itu, Lady Neenash menggeram. Dia tiba-tiba menggunakan kekuatan suci untuk pelacakan. Namun, tubuhnya masih tak
Lady Neenash dan Lady Hazel telah selesai memeriksa bagian mereka. Keduanya segera kembali ke penginapan untuk menunggu Louvi. Namun, pendeta muda itu tak jua kembali meskipun waktu makan siang sudah sangat terlewat."Kenapa Tuan Louvi tidak juga kembali? Bukankah kita berjanji akan berkumpul lagi saat waktu makan siang?" celetuk Lady Neenash."Mungkin masih ada bagian yang belum selesai diperiksa," sahut Lady Hazel mencoba berpikir positif.Lady Neenash menghela napas berat. "Tapi, ini sudah terlalu lama. Dan juga ... entah kenapa perasaanku tak nyaman.""Kau benar juga, Lady. Apa sebaiknya kita coba susul dia ke bagian belakang desa?" "Ya, kupikir lebih baik begitu."Lady Neenash bangkit dari kasur. Dia keluar kamar lebih dulu. Lady Hazel sedikit terlambat karena harus memeriksa beberapa peralatan di tas serbaguna. Selanjutnya, mereka pergi menuju sungai di belakang desa yang berbatasan langsung dengan hutan perawan."Lady, ini jejak sepatu Louvi! Dia mengarah ke hutan itu!" seru L
"Aku akan menerima syarat darimu," jawab Lady Neenash mantap."Lady! Apa yang kau lakukan? "protes Lady Hazel.Dia menggeleng sembari memegangi lengan Lady Neenash. Lady Hazel tak mungkin sampai hati melihat pengorbanan sang kawan. Dia tak akan membiarkannya. Gadis itu juga berpikir Louvi yang begitu taat pasti tidak ingin seorang saintess sampai berkorban untuknya."Tenanglah, Lady. Aku akan baik-baik saja," bisik Lady Neenash. "Lady ....""Percayalah padaku."Iblis berdeham. Lady Neenash dan Lady Hazel kompak menoleh. Iblis itu mengepalkan tangan. Akibatnya, Louvi dan anak-anak merintih karena tercekik sulur-sulur kabut hitam. Lady Neenash mendelik. "Hei, apa yang kau lakukan!""Semakin lama kau membuat keputusan, nyawa mereka akan semakin terancam.""Bukankah sudah kubilang aku akan menerima syarat darimu!""Kalau begitu, kenapa kau malah asyik berbicara di sana? Apakah kalian sedang merencanakan sesuatu untuk menyerangku? Bukankah aku harus waspada?"Iblis itu kembali mengepalka
Sesuai perintah tuannya, Satty segera pergi ke wilayah utara. Dia menghubungi rekan mereka yang telah menjadi mata-mata di kastil utara begitu tiba di depan perisai raksasa buatan Lady Hazel dan para oreon. Satty memang tak bisa melewatinya karena ada penghalang dengan kekuatan suci. Waktu berlalu seperti merangkak, hingga sosok berjubah hitam melesat keluar dari kastil. Dia menghampiri salah seorang kesatria yang bertugas sebagai penjaga pengendali perisai. Sosok itu mengalirkan kabut hitam. Tatapan sang kesatria berubah menjadi hampa. Boneka manusia telah didapatkannya."Pergilah ke pusat kontrol perisai pelindung kota dan matikan sistemnya!" titahnya. Kesatria penjaga mengangguk. Masih dengan tatapan kosong, dia melangkah cepat menuju pusat pengendalian perisai raksasa. Sosok berjubah hitam mengekori sambil terus mengalirkan sihir hitamnya. Ketika mereka telah tiba di pusat pengendalian perisai, sosok berjubah hitam segera mengalirkan sihir hitam penidur. Semua penjaga lain tert
Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel
Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende
"Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men
Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha
Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.
Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa
"Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram
Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch
"Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand