"Sallac kumohon bertahanlah ...."Lady Neenash terus mengerahkan kekuatan sucinya. Namun, kondisi Pangeran Sallac tidak membaik. Kekuatan suci Lady Neenash hanya menahan perburukan, tetapi seolah tidak mampu memurnikan sihir hitam yang mencemari sang suami.Sayangnya, Louvi dan Lady Hazel tak bisa membantu karena energi mereka juga terkuras. Akhirnya, Louvi melakukan komunikasi dengan pihak kuil suci. Mereka memerlukan lebih banyak pendeta untuk membantu memurnikan Pangeran Sallac maupun gadis-gadis yang tadi dicuci otak.Waktu yang berjalan terasa sangat lambat. Lady Neenash terus menggenggam tangan Pangeran Sallac. Namun, kekuatan sucinya perlahan melemah. Dia perlu beristirahat sesegera mungkin. Louvi yang melihat hal itu menghampiri Lady Neenash. "Nyonya Saintess, saya akan menggantikan Anda sebentar. Kekuatan suci saya sudah lumayan pulih. Anda harus segera beristirahat."Lady Neenash menggeleng lemah. "Bagaimana kalau terjadi sesuatu ketika aku beristirahat? Aku sudah kehilanga
"Sallac!"Lady Neenash menggenggam kembali tangan Pangeran Sallac. Proses penghitaman tubuh berhenti. Dia seketika menghela napas lega. Namun, Lady Neenash tahu hal buruk bisa saja terjadi lagi. Rintihan Pangeran Sallac menyayat hatinya. Lady Neenash mengecup tangan dalam genggaman berkali-kali. Ketika kekuatan suci yang mengalir sedikit melemah, dia cepat meminum air suci untuk menambah energi.Lady Neenash benar-benar di ambang keputusasaan saat suara Sang Dewi terasa menggema dalam kepala. "Anakku, apa kau mendengar suaraku?"Rasa malu tiba-tiba merasuki hati. Lady Neenash tahu seharusnya seorang saintess bisa lebih tegar dan mengesampingkan perasaan pribadi. "Dewi ... maafkan hamba karena saat ini bersikap lemah ...," lirihnya sendu."Tak apa, Anakku. Manusia memang tempatnya lemah. Kau sudah banyak kehilangan. Wajar saja jika kau tak ingin kehilangan lagi.""Terima kasih atas kemurahan hati Dewi ...." Lady Neenash menunduk dengan mata basah "Angkatlah wajahmu, Anakku. Aku akan
"Awas, Hazel" seru Grand Duke Erbish.Dia refleks menerjang Lady Hazel. Gadis itu kehilangan keseimbangan. Mereka pun terguling dengan estetik. Sementara Louvi mengeluarkan perisai cahaya untuk melindungi mereka karena tombak yang berjatuhan dari langit-langit kini bukan hanya satu."Lady Hazel, Yang Mulia Grand Duke, bisakah kalian berhenti bermesraan dan membantu saya? Tombaknya terus berjatuhan, lama kelamaan saya tidak akan kuat menahannya," tegur Louvi saat melihat Lady Hazel dan Grand Duke Erbish saling menatap seolah dunia hanya milik berdua.Grand Duke Erbish kontan tersedak. Pipinya seketika merona saat menyadari lengannya masih melingkar di pinggang Lady Hazel. Tak ingin semakin terjebak dalam situasi mendebarkan itu, dia cepat bangkit, juga membantu Lady Hazel berdiri."Ayo kita lari!" seru Louvi yang sudah tak kuat menahan tombak.Awalnya, dia berlari paling depan. Namun, stamina yang tak sebesar Grand Duke Erbish maupun Lady Hazel membuatnya jauh tertinggal. Louvi hampir
Bukannya menjawab, Sir Datte malah membawa lelaki bertubuh kurus ke hadapan Grand Duke Erbish. Sang tuan langsung mengerutkan kening."Siapa dia, Datte?" "Dia Tuan Manno dari Desa Osyran, Yang Mulia. Dia ingin mengadukan masalah di desanya," sahut Datte.Grand Duke Erbish berdeham. "Silakan, apa yang ingin kau sampaikan, Tuan Manno?""Iblis yang mengerikan muncul di desa kami, Yang Mulia. Dia menculik anak-anak. Dua putra saya juga menjadi korban," lapor Manno."Argggh!" Grand Duke Erbish memukul dinding kastil. Dia mengepalkan tangan dengan mata yang melotot. Manno langsung ciut dan terduduk lemas. Sir Datte terpaksa meminta pengawal lain untuk mengamankan lelaki itu.Grand Duke Erbish memijat-mijat kening yang mendadak berdenyut. Sekali lagi, mereka harus menunda rencana pemberontakan. Penculikan anak-anak tak berdosa oleh iblis tentu harus menjadi prioritas.Sementara itu, Lady Neenash menggeram. Dia tiba-tiba menggunakan kekuatan suci untuk pelacakan. Namun, tubuhnya masih tak
Lady Neenash dan Lady Hazel telah selesai memeriksa bagian mereka. Keduanya segera kembali ke penginapan untuk menunggu Louvi. Namun, pendeta muda itu tak jua kembali meskipun waktu makan siang sudah sangat terlewat."Kenapa Tuan Louvi tidak juga kembali? Bukankah kita berjanji akan berkumpul lagi saat waktu makan siang?" celetuk Lady Neenash."Mungkin masih ada bagian yang belum selesai diperiksa," sahut Lady Hazel mencoba berpikir positif.Lady Neenash menghela napas berat. "Tapi, ini sudah terlalu lama. Dan juga ... entah kenapa perasaanku tak nyaman.""Kau benar juga, Lady. Apa sebaiknya kita coba susul dia ke bagian belakang desa?" "Ya, kupikir lebih baik begitu."Lady Neenash bangkit dari kasur. Dia keluar kamar lebih dulu. Lady Hazel sedikit terlambat karena harus memeriksa beberapa peralatan di tas serbaguna. Selanjutnya, mereka pergi menuju sungai di belakang desa yang berbatasan langsung dengan hutan perawan."Lady, ini jejak sepatu Louvi! Dia mengarah ke hutan itu!" seru L
"Aku akan menerima syarat darimu," jawab Lady Neenash mantap."Lady! Apa yang kau lakukan? "protes Lady Hazel.Dia menggeleng sembari memegangi lengan Lady Neenash. Lady Hazel tak mungkin sampai hati melihat pengorbanan sang kawan. Dia tak akan membiarkannya. Gadis itu juga berpikir Louvi yang begitu taat pasti tidak ingin seorang saintess sampai berkorban untuknya."Tenanglah, Lady. Aku akan baik-baik saja," bisik Lady Neenash. "Lady ....""Percayalah padaku."Iblis berdeham. Lady Neenash dan Lady Hazel kompak menoleh. Iblis itu mengepalkan tangan. Akibatnya, Louvi dan anak-anak merintih karena tercekik sulur-sulur kabut hitam. Lady Neenash mendelik. "Hei, apa yang kau lakukan!""Semakin lama kau membuat keputusan, nyawa mereka akan semakin terancam.""Bukankah sudah kubilang aku akan menerima syarat darimu!""Kalau begitu, kenapa kau malah asyik berbicara di sana? Apakah kalian sedang merencanakan sesuatu untuk menyerangku? Bukankah aku harus waspada?"Iblis itu kembali mengepalka
Sesuai perintah tuannya, Satty segera pergi ke wilayah utara. Dia menghubungi rekan mereka yang telah menjadi mata-mata di kastil utara begitu tiba di depan perisai raksasa buatan Lady Hazel dan para oreon. Satty memang tak bisa melewatinya karena ada penghalang dengan kekuatan suci. Waktu berlalu seperti merangkak, hingga sosok berjubah hitam melesat keluar dari kastil. Dia menghampiri salah seorang kesatria yang bertugas sebagai penjaga pengendali perisai. Sosok itu mengalirkan kabut hitam. Tatapan sang kesatria berubah menjadi hampa. Boneka manusia telah didapatkannya."Pergilah ke pusat kontrol perisai pelindung kota dan matikan sistemnya!" titahnya. Kesatria penjaga mengangguk. Masih dengan tatapan kosong, dia melangkah cepat menuju pusat pengendalian perisai raksasa. Sosok berjubah hitam mengekori sambil terus mengalirkan sihir hitamnya. Ketika mereka telah tiba di pusat pengendalian perisai, sosok berjubah hitam segera mengalirkan sihir hitam penidur. Semua penjaga lain tert
Duar!Ledakan terjadi saat panah sihir hitam menghantam tameng keabadian. Satty menggeram. Dia tak menyangka ternyata Lady Neenash masih bisa bertahan.Satty memusatkan sihir hitamnya. Kali ini, dia melesatkan panah api yang lebih kuat. Sayangnya, senjata itu juga bukan tandingan tameng keabadian. Terlebih, Lady Neenash sempat meminum air suci sehingga perisainya menjadi jauh lebih stabil. "Sial! Bagiamana ini bisa terjadi?" geram Satty.Dia terus menyerang dengan membabi buta. Tak ayal, energinya sendirilah yang terkuras. Saat Satty sudah di titik terendah. Lady Neenash mengaktifkan sepatunya dan melesat cepat dengan tombak cahaya yang terhunus."Tidaaak!"Teriakan penuh amarah Satty tertelan ledakan akibat tubunya yang tertusuk tombak cahaya. Lady Neenash kembali mendarat di tanah, juga menyimpan tombaknya. Dia tersenyum sinis."Aku memang lebih lemah saat melakukan pemurnian. Tapi, jangan remehkan aku soal kekuatan suci penyerangan, Iblis bodoh!" ejek Lady Neenash pada Satty yang