Setelah Laras menjauh dari cafe, sikapnya pun kembali seperti biasa lagi.Ridho memandang perubahan pada Laras."Kenapa nggak gandeng tanganku lagi?""Nggak lah, maaf ya, tadi aku bersikap seperti itu." "Oh, jadi cuma di depan mereka? siapa sih ?""Ah, sudahlah." Laras segera menuju parkiran dan hendak pergi."Tunggu, kau mau kemana? aku belum tanya padamu, apa jadi kerja di kantor temanku?" kalau jadi ayo, kita ke sana.""Nanti deh, saat ini aku mau ke rumah sakit dulu, ada pembagian seragam hari ini.""Jadi tawaranku ditolak nih?""Buat cadangan dulu, aku coba kerjaan yang ini dulu, maaf ya , Ridho.""Ya udah, nggak apa-apa sih," ucap lelaki itu sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal."Aku pergi dulu, ya, dah ..." pamit Laras, dan segera melajukan motor metiknya.Ridho, hanya mengangguk saja. Dalam batinnya, bagaimanapun, aku harus bisa taklukkan Laras. 'Gue, jatuh cinta sama lu, Ras' kata-kata itu selalu dalam pikirannya.***Ardi langsung melepaskan kausnya, tampak tubuh keka
Baca selengkapnya