Kartika masih menangis tersedu-sedu, Ci Amoy sahabatnya, terus memeluk dan memberikan semangatnya."Sudahlah, gue tak menyalahkan elu, saat mendidik Puspa. memang sudah terjadi, ya terjadilah.""Aku sangat menyesal atas sikap dia." Kartika masih terisak. "Sungguh beda dengan Laras." Banding Kartika. Padahal dirinya sama sekali tak membedakan antara keduanya. Malah justru Kartika merasakan sikap yang terlalu memaksa pada Laras. Anak keduanya itu, selalu menuruti setiap kata dan nasehatnya, beda dengan Puspa, yang selalu saja menentangnya."Tunggu aku belum telepon Laras," "Apa! kau bilang Laras bersamamu?!" "Eh, bukan begitu, ah,aku jadi serba salah ...." Kartika serba salah atas semua ini.Ci Amoy memandang Kartika dengan heran."Ada yang elu sembunyikan dari gue, Kartika." kata Ci Amoy sambil terus menatap mata Kartika dalam-dalam.Wanita kurus itu pun mengembuskan napasnya."Baiklah, aku ceritakan semuanya, asal kau mau menjaga rahasia ini, dan jangan sampai bocor, apapun yang ter
Baca selengkapnya