Semua Bab Iparku Mantan Mafia Jalanan: Bab 41 - Bab 50

69 Bab

Bab 41. Cinta Semu

Puspa hanya bisa terdiam, kini dirinya merasa tertindas oleh rasa cinta semu. Lelaki di sebelahnya masih terap menatap ke depan tanpa ekspresi. Sebuah perjalanan yang jauh."Kau bisa tidur dulu, perjalanan ini sampai enam jam, paham? Kau tak bisa lagi pergi dariku." Deni berkata tanpa menatap Puspa.Enam jam? Puspa tak merespon semua kata-kata Deni.Kembali pada keadaan Laras, gadis itu kini berpindah posisi dalam sembunyi, banyaknya ruangan dalam rumah besar ini, membuat Laras, harus jeli dan waspada. Saat ini dirinya berada di sebuah ruangan yang cukup luas, Laras mengintai ruangan yang sepi, hanya ada beberapa meja dan unit komputer yang nampaknya tak terpakai. Lantainya pun terasa berdebu, Laras mendekati sebuah lemari, berisi banyak dokumen, Laras meraih kertas itu dan membaca sambil mengernyitkan dahinya. Karena berisi daftar nama saja. Laras meletakkan kembali kertas tadi, membuka pelan sebuah laci, dirinya mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk senjata. Tiba-tiba matanya m
Baca selengkapnya

Bab 42. Kartika

Kartika terlihat mondar-mandir saja di depan pintu, sementara, Ardi menantunya dari tadi dihubungi belum juga tersambung."Ini, pasti ada apa-apanua. tidak biasanya Puspa pergi dengan baju begitu glamor."Pasalnya Kartika melihat dengan matanya sendiri, Puspa menunggu jemputan taksi, dan penampilannya bak toko berjalan. semua emas nampak dipakainya. bajunya begitu gemerlap. Tapi nyatanya hingga malam belum juga kembali.Kartika menghubungi ci Amoy."Ci, tolong aku, kamu di mana?" Tak lama terlihat Ci Amoy datang, dengan tergopoh-gopoh mendatangi rumah Kartika."Ada apa? mengapa kau menangis segitunya?!" cecarnya heboh.Kartika mengusap air matanya. "Ayo, kita cari Laras?""Hah, gila kau! mau cari kemana? heh. sabar lah apa ada kabar dari kepolisian?""Tak ada kabar, aku takut, Laras mati ... atau diperkosa atau .... " hik hik hik, kembali Kartika menangis dalam pelukan sahabatnya.kembali pada keadaan Laras. Karena dirasakan sudah tak ada lagi suara ribut-ribut, Laras melongok melih
Baca selengkapnya

Bab 43. Laras bertemu Baskoro

Laras langsung membeku tubuhnya, napasnya langsung terhenti. Suara parau itu membuat dirinya mati kutu. Dirinya segera melirik pada pemilik senapannya yang menodongnya tiba-tiba itu.Saat Laras menengok ke samping, lelaki itupun kaget, "Kau! Bukankah kau yang mendonorkan darahmu untuk Baskoro." bisik lirih orang itu.Laras hanya mengangguk, pria muda berbadan sedang itu, segera membekap mulut Laras, dan menariknya cepat ke sebuah tembok, mereka berjongkok dan bersembunyi saat sebuah mobil memasuki area parkir. Laras pun menurut saja, matanya terus mengawasi mobil yang baru saja datang. Keluarlah beberapa penumpang dan segera masuk ke dalam. Namun, bersamaan itu, Heri dan beberapa orang sudah keluar dari rumah inti, mereka terlihat ada yang membawa ransel besar di punggung mereka.Heri kaget saat ada Laras, berada di dekat salah satu rekannya."Nona?mengapa ada di sini?" belum sempat Laras menjawab, sebuah tembakan mengagetkan mereka. Laras langsung menunduk. Akhirnya Laras ikut bers
Baca selengkapnya

Bab 44. Sebuah Kasus

Laras masih terbaring di sudut ranjang single bad, beberapa orang suruhan dari Baskoro pun segera menjemput ibunda dari Laras yaitu Kartika.Ardi menceritakan semuanya pada Baskoro, lelaki gaek itu terdiam, tak lama tangisnya mulai terdengar dalam kesusahan, suara yang belum pulih benar, membuat siapa saja melihatnya akan trenyuh. Begitu juga Ardi. Walaupun dirinya mendapat tugas dari Tito tapi tak tega rasanya harus menyerahkan Baskoro dalam keadaan seperti ini.Akhirnya duo devil memberikan sebuah rencana pada Baskoro.Beberapa uang dan bukti sudah diambil dari rumah vila tersebut. Ardi menyuruhnya untuk menyimpannya di suatu tempat yang aman, asal jauh dari Baskoro. Menyarankan Baskoro untuk menyerahkan diri pada polisi, bila nanti tidak ada bukti terkait atas kasusnya ada kemudahan untuk membersihkan nama Baskoro.Laras masih terlelap. Mungkin juga tertidur saking shock dan kecapean yang luar biasa. Ditambah kekurangan makanan dan cairan.Anggota pengawal Baskoro tak kesulitan me
Baca selengkapnya

Bab 45. Dendam Puspa

Saat itu juga Laras dan Kartika langsung naik angkutan umum, menuju kota, dengan patokan katerangan dari Heri, Laras segera mencari rumah untuk tinggal sementara. Mereka tak kesulitan karena Baskoro memberikan uang yang cukup besar untuk mereka bertahan hidup."Mah, kita harus bisa menjaga rahasia. Sementara ini hanya ada KTP aku saja yang selalu ada dalam saku celanaku. Eh tunggu!"Laras teringat sesuatu dan mengambil benda itu dan menunjukkan pada mamanya."Hus! Kau dapat dari mana itu?""Dari salah satu laci di rumah besar itu. Dan ada Mbak Puspa di sana, aku mau cerita ini, takut sekali, Mah." Kartika segera merebut benda yang ditunjukkan Laras, masukkan ke dalam sela belahan dadanya."Mama, sembunyikan , benda laknat ini yang membuat kita kesulitan.""Jangan pernah dipakai, Mah." "Ih amit-amit, mama bukan tipe orang yang suka coba-coba.""Kita harus cari kontrakan dulu, Mah.""Iya, maafkan, Mama ya, Laras."Kartika memeluk anaknya erat. Terlebih Laras. Dirinya merasa nyaman bil
Baca selengkapnya

Bab 46. Rindu yang Mengebu

Malam itu, Ardi langsung meninggalkan Puspa dalam kepiluan, dirinya sudah melakukan yang benar. Sudah sejak dulu ingin segera mengakhiri drama rumah tangganya. Hanya karena tidak tega, tapi Puspa malah terlalu jauh melangkah dalam kebodohannya sendiri. Ardi sudah menghubungi Heri, dan sudah tahu kalau Baskoro sudah menyerahkan diri. Beberapa pihak kepolisian sedang mempersiapkan sidang untuk lelaki gaek itu, yang nampaknya kehadiran Laras betul-betul menggugah perasaannya.Begitu juga Heri dan rekan-rekannya, saat ini mereka hidup dalam kehidupan yang sewajarnya, menanggalkan dahulu atribut sebagai pengawal Baskoro. Ardi terus melajukan motor besarnya, ada harapan besar pada diri Ardi untuk meraih masa depannya bersama Laras. Masalah Kartika yang memang tidak setuju atas hubungan Ardi dan Laras, sepertinya kini tak ada masalah lagi. Semoga saja begitu.Dari ibu kota, Jakarta menuju kota Semarang ditempuh dengan menggunakan motor. Malam ini, jalanan tak begitu ramai, jalur tol Pantur
Baca selengkapnya

Bab 47. Keseriusan Ardi.

Kartika masih mempertimbangkan keinginan Ardi. bagaimanapun Kartika tetap menginginkan seseorang yang bisa mengangkat derajat Laras dan bisa membawa anaknya dalam kebahagiaan yang hakiki.Ardi terdiam, mendengar semua petuah dan nasehat Kartika. Apalagi Kartika bercerita dengan disertai Isak tangisnya."Apa kau mampu membawa Laras seperti yang aku inginkan?" tanya Kartika seraya mengusap air matanya."Insya Allah, Mah. "mendengar Ardi mengucapkan dengan sungguh-sungguh, semakin terisak lah dirinya memandang lelaki yang sudah dianggapnya sebagai anak lelakinya itu."Kau sudah aku anggap anakku sendiri, Ardi. semua serba minta bantuan padamu. apalah artinya diriku ini? selalu dalam kemalangan, untuk bertonggak pada kehidupanku saja aku, tak mampu." Kartika semakin terisak. lelaki bertampang sangar bak preman itu, pelan memeluk Kartika. "Mama, sudah aku anggap pengganti orang tuaku. Tahu sendiri bukan? aku sudah tak punya siapa-siapa lagi. bahkan ibu tiriku saja meninggalkanku," jelas
Baca selengkapnya

Bab 48. Baskoro Bersaksi

Terjalin sebuah keakraban antara Tito dan Baskoro, keduanya seakan menemukan sesuatu yang sama. Baskoro sudah memulai hidup baru yang lebih baik lagi. Apa lagi hatinya begitu bahagia saat anak yang jelas itu anak kandungnya benar-benar hadir dalam kehidupannya, walaupun dengan cara yang tidak baik.Dalam diri Tito pun mempunyai masa lalu yang kelam pula, hidup dalam ekonomi yang sulit, Bahkan terlahir sebagai anak seorang pemabuk.Perbedaan umur yang sangat mencolok, mungkin beda umur hingga 10 tahun, antara mereka, tapi hal itu tak terlihat , bahkan sepintas mereka hampir seumuran. Apalagi penampilan Tito yang berkepala gundul.Dalam perbincangan ringan, Akhirnya, Tito bisa berkunjung ke lapas langsung. Beberapa pihak dari petugas kepolisian Semarang, memberikan ijin tersendiri.Dan indentitas Tito tersamar, yang tahu hanya Baskoro saja.Sebuah perbincangan serius terjadi, inilah yang Tito butuhkan bertahun-tahun.Siang ini, terlihat, Heri dan beberapa rekan kerjanya, membersihkan v
Baca selengkapnya

Bab 49. Kartika Nekad

Mata Kartika membulat kaget atas laporan tentang Puspa dari Ci Amoy.[Ini, benarkan, Ci?][Gue nggak pernah bohong sama Lu, Kartika. entahlah dengan siapa anak lu bergaul. sampai bisa segitunya]Kartika terdiam dan menutup ponselnya."Laras, Mama mau ngomong. ini masalah Puspa, Bagaimanapun dia tetap anakku."Laras mendekati mamanya, malam ini Laras mencoba lebih memakai hati , saat tahu semua sepak terjang kakaknya yang sudah terlalu jauh."Mama harus pulang dulu.""Mah, apakah tak berbahaya?""Mama tak bersalah, mengapa harus takut, iya kan? Hamdan ...." Panggil Kartika pada Lelaki yang sedang bersantai menonton televisi."Iya, Bu, ada apa?""Aku ingin pulang, aku mau tengok anakku, apakah diijinkan?""Sebaiknya .....""Ah, pasti kau tak mengijinkan kan? aku naik kereta api saja. nanti dari stasiun kota biar di jemput sama Ci Amoy.'Laras memandang Hamdan."Bagaimana kak? mama udah serius begini ?""Besok malam saya antar ke stasiun , Bu.""Akhirnya, Hamdan memberikan ijin pada Kart
Baca selengkapnya

Bab 50. Sikap Yang Keterlaluan

Kartika masih menangis tersedu-sedu, Ci Amoy sahabatnya, terus memeluk dan memberikan semangatnya."Sudahlah, gue tak menyalahkan elu, saat mendidik Puspa. memang sudah terjadi, ya terjadilah.""Aku sangat menyesal atas sikap dia." Kartika masih terisak. "Sungguh beda dengan Laras." Banding Kartika. Padahal dirinya sama sekali tak membedakan antara keduanya. Malah justru Kartika merasakan sikap yang terlalu memaksa pada Laras. Anak keduanya itu, selalu menuruti setiap kata dan nasehatnya, beda dengan Puspa, yang selalu saja menentangnya."Tunggu aku belum telepon Laras," "Apa! kau bilang Laras bersamamu?!" "Eh, bukan begitu, ah,aku jadi serba salah ...." Kartika serba salah atas semua ini.Ci Amoy memandang Kartika dengan heran."Ada yang elu sembunyikan dari gue, Kartika." kata Ci Amoy sambil terus menatap mata Kartika dalam-dalam.Wanita kurus itu pun mengembuskan napasnya."Baiklah, aku ceritakan semuanya, asal kau mau menjaga rahasia ini, dan jangan sampai bocor, apapun yang ter
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status