Saat itu juga Laras dan Kartika langsung naik angkutan umum, menuju kota, dengan patokan katerangan dari Heri, Laras segera mencari rumah untuk tinggal sementara. Mereka tak kesulitan karena Baskoro memberikan uang yang cukup besar untuk mereka bertahan hidup."Mah, kita harus bisa menjaga rahasia. Sementara ini hanya ada KTP aku saja yang selalu ada dalam saku celanaku. Eh tunggu!"Laras teringat sesuatu dan mengambil benda itu dan menunjukkan pada mamanya."Hus! Kau dapat dari mana itu?""Dari salah satu laci di rumah besar itu. Dan ada Mbak Puspa di sana, aku mau cerita ini, takut sekali, Mah." Kartika segera merebut benda yang ditunjukkan Laras, masukkan ke dalam sela belahan dadanya."Mama, sembunyikan , benda laknat ini yang membuat kita kesulitan.""Jangan pernah dipakai, Mah." "Ih amit-amit, mama bukan tipe orang yang suka coba-coba.""Kita harus cari kontrakan dulu, Mah.""Iya, maafkan, Mama ya, Laras."Kartika memeluk anaknya erat. Terlebih Laras. Dirinya merasa nyaman bil
Malam itu, Ardi langsung meninggalkan Puspa dalam kepiluan, dirinya sudah melakukan yang benar. Sudah sejak dulu ingin segera mengakhiri drama rumah tangganya. Hanya karena tidak tega, tapi Puspa malah terlalu jauh melangkah dalam kebodohannya sendiri. Ardi sudah menghubungi Heri, dan sudah tahu kalau Baskoro sudah menyerahkan diri. Beberapa pihak kepolisian sedang mempersiapkan sidang untuk lelaki gaek itu, yang nampaknya kehadiran Laras betul-betul menggugah perasaannya.Begitu juga Heri dan rekan-rekannya, saat ini mereka hidup dalam kehidupan yang sewajarnya, menanggalkan dahulu atribut sebagai pengawal Baskoro. Ardi terus melajukan motor besarnya, ada harapan besar pada diri Ardi untuk meraih masa depannya bersama Laras. Masalah Kartika yang memang tidak setuju atas hubungan Ardi dan Laras, sepertinya kini tak ada masalah lagi. Semoga saja begitu.Dari ibu kota, Jakarta menuju kota Semarang ditempuh dengan menggunakan motor. Malam ini, jalanan tak begitu ramai, jalur tol Pantur
Kartika masih mempertimbangkan keinginan Ardi. bagaimanapun Kartika tetap menginginkan seseorang yang bisa mengangkat derajat Laras dan bisa membawa anaknya dalam kebahagiaan yang hakiki.Ardi terdiam, mendengar semua petuah dan nasehat Kartika. Apalagi Kartika bercerita dengan disertai Isak tangisnya."Apa kau mampu membawa Laras seperti yang aku inginkan?" tanya Kartika seraya mengusap air matanya."Insya Allah, Mah. "mendengar Ardi mengucapkan dengan sungguh-sungguh, semakin terisak lah dirinya memandang lelaki yang sudah dianggapnya sebagai anak lelakinya itu."Kau sudah aku anggap anakku sendiri, Ardi. semua serba minta bantuan padamu. apalah artinya diriku ini? selalu dalam kemalangan, untuk bertonggak pada kehidupanku saja aku, tak mampu." Kartika semakin terisak. lelaki bertampang sangar bak preman itu, pelan memeluk Kartika. "Mama, sudah aku anggap pengganti orang tuaku. Tahu sendiri bukan? aku sudah tak punya siapa-siapa lagi. bahkan ibu tiriku saja meninggalkanku," jelas
Terjalin sebuah keakraban antara Tito dan Baskoro, keduanya seakan menemukan sesuatu yang sama. Baskoro sudah memulai hidup baru yang lebih baik lagi. Apa lagi hatinya begitu bahagia saat anak yang jelas itu anak kandungnya benar-benar hadir dalam kehidupannya, walaupun dengan cara yang tidak baik.Dalam diri Tito pun mempunyai masa lalu yang kelam pula, hidup dalam ekonomi yang sulit, Bahkan terlahir sebagai anak seorang pemabuk.Perbedaan umur yang sangat mencolok, mungkin beda umur hingga 10 tahun, antara mereka, tapi hal itu tak terlihat , bahkan sepintas mereka hampir seumuran. Apalagi penampilan Tito yang berkepala gundul.Dalam perbincangan ringan, Akhirnya, Tito bisa berkunjung ke lapas langsung. Beberapa pihak dari petugas kepolisian Semarang, memberikan ijin tersendiri.Dan indentitas Tito tersamar, yang tahu hanya Baskoro saja.Sebuah perbincangan serius terjadi, inilah yang Tito butuhkan bertahun-tahun.Siang ini, terlihat, Heri dan beberapa rekan kerjanya, membersihkan v
Mata Kartika membulat kaget atas laporan tentang Puspa dari Ci Amoy.[Ini, benarkan, Ci?][Gue nggak pernah bohong sama Lu, Kartika. entahlah dengan siapa anak lu bergaul. sampai bisa segitunya]Kartika terdiam dan menutup ponselnya."Laras, Mama mau ngomong. ini masalah Puspa, Bagaimanapun dia tetap anakku."Laras mendekati mamanya, malam ini Laras mencoba lebih memakai hati , saat tahu semua sepak terjang kakaknya yang sudah terlalu jauh."Mama harus pulang dulu.""Mah, apakah tak berbahaya?""Mama tak bersalah, mengapa harus takut, iya kan? Hamdan ...." Panggil Kartika pada Lelaki yang sedang bersantai menonton televisi."Iya, Bu, ada apa?""Aku ingin pulang, aku mau tengok anakku, apakah diijinkan?""Sebaiknya .....""Ah, pasti kau tak mengijinkan kan? aku naik kereta api saja. nanti dari stasiun kota biar di jemput sama Ci Amoy.'Laras memandang Hamdan."Bagaimana kak? mama udah serius begini ?""Besok malam saya antar ke stasiun , Bu.""Akhirnya, Hamdan memberikan ijin pada Kart
Kartika masih menangis tersedu-sedu, Ci Amoy sahabatnya, terus memeluk dan memberikan semangatnya."Sudahlah, gue tak menyalahkan elu, saat mendidik Puspa. memang sudah terjadi, ya terjadilah.""Aku sangat menyesal atas sikap dia." Kartika masih terisak. "Sungguh beda dengan Laras." Banding Kartika. Padahal dirinya sama sekali tak membedakan antara keduanya. Malah justru Kartika merasakan sikap yang terlalu memaksa pada Laras. Anak keduanya itu, selalu menuruti setiap kata dan nasehatnya, beda dengan Puspa, yang selalu saja menentangnya."Tunggu aku belum telepon Laras," "Apa! kau bilang Laras bersamamu?!" "Eh, bukan begitu, ah,aku jadi serba salah ...." Kartika serba salah atas semua ini.Ci Amoy memandang Kartika dengan heran."Ada yang elu sembunyikan dari gue, Kartika." kata Ci Amoy sambil terus menatap mata Kartika dalam-dalam.Wanita kurus itu pun mengembuskan napasnya."Baiklah, aku ceritakan semuanya, asal kau mau menjaga rahasia ini, dan jangan sampai bocor, apapun yang ter
"Aku mau, semuanya hancur! mereka tak peduli lagi padaku, aku cuma dijadikan budak uang mereka saja! tahu begini, aku tak perlu susah cari duit buat mereka!" Puspa masih uring-uringan, semua makian ditujukan pada Mama dan adiknya."Sungguh menyesal aku punya mereka! ahh!!" Wanita itu sudah mengebrak meja di depannya.Budi hanya melihat Puspa yang sedang dalam keadaan marah besar. Deni yang ada di depannya, mulai merespon."Lalu kau maunya apa, sayang?"Puspa terdiam, napasnya masih terlihat ngos-ngosan, "Aku ingin adikku celaka, dan mamaku jadi terluka, aku ingin mereka hilang dari hadapanku." Deni memandang Puspa sambil tersenyum miring."Kau belum tahu, siapa adikmu yang sebenarnya. dia akan menjadi sasaran dari bodyguard Papa."Perkataan, Deni membuat Puspa menatapnya tajam."Siapa dia sebenarnya?" tanya Puspa, dirinya teringat kata-kata Mamanya tentang adiknya ini, bahkan mencegahnya untuk berurusan dengan Laras. Deni, tak menjawab, "Kau akan tahu sendiri. Sekarang lakukan tugas
Kartika terdiam di sudut kota Semarang, dirinya tidak langsung pulang, tapi sejenak melawan perang dalam batinnya. Ia menyewa sebuah hotel, hanya untuk sekedar tidur semalam saja. Seharian wanita yang usianya semakin lanjut itu, hanya duduk dan memikirkan masalah hidupnya juga rencana-rencana baru selanjutnya.Beberapa berkas, sudah dia bawa, termasuk KTP milik Laras, dan semua ijasah sekolah anaknya tersebut, juga semua dokumen tentang dirinya.Kartika bukan wanita bodoh, sejak dirinya mengalami hal terburuk, semua harapannya hancur dan hilang. Kini, dirinya harus memulai dengan yang baru.Keadaan Puspa yang di luar kendalinya, menjadikan wanita itu semakin sedih. Pengusiran kali ini, sangat menggores hatinya, walaupun, Kartika bukan hanya satu kali ini di usir oleh Puspa. Kartika memandangi wajah dalam cermin hotel tersebut. Nampak, ada beberapa keriput di wajahnya terlihat. Dulu, wajah cantiknya selalu menjadi incaran setiap lelaki, dan akhirnya dimenangkan oleh bapak Puspa. Bany
Kali ini, cecunguk dari preman pasar itu membuat rencana yang sungguh buruk."Kita harus balas perbuatan ini, Sialan! aku dihinanya tanpa ampun!!""Benar , bos. mengapa kita nggak balas saja. lama-lama bikin enek tuh orang!"Bardi memukul meja di depannya. "Bawa perlengkapan, malam ini kita harus dapat apa yang kita mau! sepertinya banyak harta yang dia sembunyikan!""Siap bos!"Di malam itu, beberapa orang suruhan. Bardi termasuk dirinya masuk menyelinap ke dalam rumah Baskoro. Rumah yang tanpa penjaga itu, begitu gampang disantroni oleh kelompok Bardi yang kali ini membawa anak buahnya yang cukup banyak."Kau jaga bagian Utara, aku mau masuk dan mencari seseorang," bisik Bardi pelan pada anak buahnya. Mereka mengangguk pelan.Bardi mendekati kamar yang paling luas, di sana ada Kartika yang sedang tertidur pulas, tak menyadari kalau rumah besarnya sudah dalam kepungan kawanan perampok. Pelan Bardi masuk dan dengan insting malingnya sudah bisa menggasak beberapa uang dalam lemari.Sa
Deni menatap seorang wanita yang sedang berjalan menuju sebuah tempat, dia kenal betul dengan wanita itu, walaupun kini hanya berpakaian seadanya, tanpa ada riasan mikap yang tebal, pelan, Deni mengikuti wanita itu.Terus hingga pada ujung sebuah gang, wanita itu masuk ke dalamnya, rumah yang sangat sederhana, bahkan jauh dari kata sederhana tersebut.Saat wanita itu hendak membuka pintu reotnya, Deni memanggilnya."Mah .... mamah?!"Lastri mendengar suara itu, dan langsung berbalik badan, dilihatnya Deni dengan mata terbelalak. Penampilan Deni yang hampir saja ibunya tak mengenalinya."Siapa kamu?!' Lastri waspada."Mah, aku Deni mah." "Deni?! kau ..." Lastri terbengong melihat penampilan anaknya sekarang.Deni segera mendekati ibunya, dan memeluknya erat.Lastri sungguh shock menghadapi hal ini, mengapa disaat seperti ini dipertemukan lagi dengan anaknya, karena ulah Deni lah yang membuat dirinya dan suami harus kocar-kacir. "Kau ... bagaimana aku harus bersikap, aku membencimu ju
Deni mengikuti mobil yang membawa Puspa. Dirinya pun kaget dengan perubahan pada diri Puspa kekasihnya. Wajah dan tubuhnya sudah tak secantik dan seseksi dulu. Tapi Pri masih penasaran siapa yang membawa Puspa tersebut. Selama mengenal Puspa, hanya mendengar cerita dari Puspa saja tentang Mamanya yang dulu selalu meminta uang, sama sekali tak pernah bertemu dan mengenal mama dari kekasihnya ini.Pri mengendarai sebuah sepeda motor butut, dirinya berkali-kali kewalahan dalam mengejar laju mobil yang membawa Puspa. Sudah tiga kali Deni alias Pri harus berhenti untuk mengisi bensin, begitu juga motor yang selalu ngadat. Tapi lelaki itu tak menyerah, terus saja menguntit mobil tersebut. Bukan Deni bila hal lacak melacak saja tak bisa, walaupun kini dengan fasilitas seadanya, dia masih bisa mengejar mobil tersebut, walau terseok-seok. Roman-roman rute yang dilaluinya membuat dahinya berkerenyit? apakah ini menuju villa milik bos Baskoro? dugaan Pri tak salah lagi.Motor Pri mulai dat det d
Laras dan Ardi menceritakan keinginannya pada Heri, ajudan pribadi Baskoro yang sangat terpercaya. Dengan dibantiu Hamdan, mereka mempersiapkan semua keperluan pernikahan dari pendaftaran ke KUA, dan segala urusan.Baskoro dan Kartika mengurus rumah ngaji dengan sungguh-sungguh. Kini ijin dari sarana pendidikan ini pun sudah turun, dari RT dan kecamatan setempat, bahkan banyak warga yang tak mampu, menitipkan anaknya untuk menimba ilmu keagamaan di rumah ngaji. Baskoro pun merekrut beberapa guru agama dan beberapa guru dengan ilmu bidang pengetahuan yang lainnya.Kartika semakin memperhatikan keadaan Baskoro, rahasia kesehatan lelaki gaek itu kini menjadi tanggung jawabnya.Sejak kecelakaan yang mengakibatkan dirinya sakit berbulan-bulan, Baskoro di prediksikan oleh dokternya hanya punya kesempatan hidup beberapa bulan saja, klep jantung yang terpasang mulai bermasalah, napasnya gampang sesak, tubuhnya semakin melemah. Namun, keajaiban Tuhan memberikan pada Baskoro hingga dirinya masi
Kinasih mampu merekrut banyak pelanggannya lewat pijet plus-plusnya yang tak disengajanya. Dia kini bisa menghimpun banyak komunitas , banyak kenalan di tempat yang baru, identitasnya yang baru tak dikenal banyak orang. Dirinya kini dikenal dengan nama Lastri, janda tanpa anak yang masih menyiratkan kecantikannya walau dalam usia yang tak muda lagi."Saya ingin tahu, bang, memang villa itu milik siapa? tanya Lastri pura-pura tak tahu menahu tentang kepemilikan dari vila milk Baskoro tersebut."Itu dulu punya orang besar, yang katanya sekarang sudah insaf dan menjadikan villa itu jadi tempat ngaji.""Orang besar? pejabat kang? atau apa?""Kau banyak tanya sih!! yang aku tahu dulu dia punya banyak centeng yang bisa membungkam seluruh warga dengan uangnya paham!""Bungkam? untuk apa?" "Ya, untuk tidak membocorkan adanya vila tersebut. ah sudahlah , ayo pijat punggungku ini, jangan lupa pijat punya ku juga ya." jawil lelaki yang sudah bertelanjang dada itu pada dagu Lastri dengan manja.
Tangan Baskoro pelan mengusap rambut anaknya, Andai waktu bisa diputar pasti Baskoro akan mengambil Laras dari Kartika. Tapi semua sudah menjadi takdir yang kuasa. Juga Laras yang mencintai Ardi, dirinya sudah tak asing dengan lelaki macho itu, bahkan sudah pernah duel, jadi tahu kemampuan mading-masing. Kini Baskoro ingin menata hidupnya sebaik mungkin. Menjalin hubungan antara manusia sebaik mungkin, juga seimbang hubungan dengan sang maha pencipta."Ayah, apa sudah ayah pikirkan menikah dengan mama?"Baskoro mengangguk, "Aku butuh seseorang yang akan menjadi sahabat dan tumpuan anak perempuanku.""Jadi karena aku, bukan karena cinta?"Baskoro, mengangguk lagi," Aku sudah tua, tak butuh cinta di atas ranjang. begitu juga mama kamu, tak memikirkan hal berbau birahi."Laras memandang Ayahnya dengan tatapan syahdu."Mengapa kau tanyakan itu?'"Aku baru pertama mengenal ayah, yang aku tahu ayah adalah ....'"Preman? atau orang yang kejam? aku menyadari segalanya, saat nyawaku tinggal se
Laras langsung memeluk ibunya, derai air mata kesedihan juga kebahagian menjadi satu. Laras menceritakan semua tentang Puspa pada mamanya. Mamanya kaget, tak bisa dipungkiri dirinya tetaplah ibu kandung Puspa. Tak bisa dibendung lagi air matanya pun luruh."Antarkan Mama ke Puspa. Nak Ardi bisa kan?""Tapi Bu, aku-""Mungkin saat ini tak ada yang boleh menengok Bu," sela Hamdan."Memang kenapa?! aku ibunya! aku ingin melihat Puspa."Laras memegang erat tangan Mamanya. Laras tahu, dulu Mamanya paling sayang sekali dengan Puspa. hingga dirinya merasa tersisih dari Puspa .Laras berpindah memandang sang Ayah. lalu mendekat dan menyalaminya, ada rasa canggung pada dirinya karena tak pernah saling berkirim kabar ataupun bersama dalam keadaan seperti ini.Baskoro sebenarnya sangat merindukan anaknya ini, tanpa segan lagi Baskoro berkata, "bolehkah kau memelukmu, Nak?"Laras tersenyum dan langsung menghambur ke dalam pelukan ayah kandungnya tersebut."Ayahmu berubah hanya untuk kamu Laras. d
Kinasih menarik kopernya dan berjalan di belakang Kartika."Kau aku beri kesempatan hanya satu hari, besok kau pergilah dari vila ini." tutur Kartika dengan pelan. Tak bisa dibayangkan bagaimana tadi wajah Baskoro yang penuh amarah karena Kartika mengijinkan wanita ini untuk menginap satu hari saja.Bagaimana kabar Laras?Kali ini Laras terlihat sedang duduk di depan komputer."Lihat kau bisa tekan ini, dan lihat rute yang muncul. bila titik merah ini berjalan artinya kami sedang mendekati target, pantau terus, bisa?""Bisa," jawab Laras sambil mengangguk."Kau akan ditemani Angel di sini."Tommy dan yang lainnya mulai bersiap penggrebekan atas seseorang gembong narkotika.Sementara itu, seorang wanita terbaring dalam keadaan berdarah, siapa lagi kalau bukan Puspa. Dia menjadi korban dari perkelahian antar geng dalam sel wanita.Apakah Puspa sudah meninggal? tangannya terlihat terikat rantai borgol yang tersematkan pada sandaran ranjang tersebut.Puspa amatlah licik. entah disengaja a
Dalam perjalanan menuju kampungnya, Kinasih masih dalam kepiluan. Rasa malunya ini tak tahu bagaimana cara mengatasinya.Tiba-tiba, dirinya langsung minta berhenti pada sang sopir."Aku minta berhenti di sini saja. aku akan ke tempat kenalanku." "Apa benar di sini? ""Iya benar. menepikan. aku akan berjalan saja. nanti juga sampai di villanya."Mobil tersebutpun berhenti di pinggir jalan. Kinasih turun dan sambil menenteng koper dan tasnya, dirinya dengan percaya diri berjalan beberapa meter lagi akan sampai pada sebuah villa milik Baskoro! ada hubungan apa? istri sahabatnya malah mendatangi Baskoro!Kartika masih berada di boncengan motor Baskoro, dirinya diajaknya keliling kampung, padahal setahu Kartika jalanan sekitar villa tampak lengang dan sepi tak terlihat banyak rumah penduduk, tapi ternyata setelah hutan ada sebuah kampung bahkan kini Kartika sudah berhenti di sebuah pasar."Turunlah, kau mau beli apa?""Maksudmu?"Baskoro mengeluarkan beberapa lembar uangnya dan diberikan