Secara tak terduga Litha menerima lamaran dari pria yang pernah hadir satu malam dalam hidupnya. Awalnya Kalandra hanya ingin bertanggungjawab pada Litha yang tak lain adalah ibu dari putrinya. Setelah setahun tinggal bersama, Kalandra mengutarakan perasaannya. Namun, Litha akhirnya mengetahui Kalandra menutupi sesuatu darinya. “Apa kamu masih memikirkan masa lalu?” “Tidak, Litha. Aku sudah melupakan masa lalu jauh sebelum aku menyatakan cintaku padamu.” “Lantas kenapa butuh waktu selama itu buat kamu untuk mengatakan kebenaran sama aku? Kamu bikin aku mikir kalau kamu masih terbayang masa lalu kamu sama Indira.” Benarkah Kalandra mencintainya? Atau pria itu hanya ingin mempermainkan Litha?
Voir plus“Gemini bantu, ya, Ma!” Gadis kecil itu berseru kala melihat ibunya mengeluarkan beras seberat 10kg dari bagasi mobil. Mereka baru saja kembali dari toko kelontong.
“Ini tidak berat, kok, Gem,” sahut Litha dengan senyum terukir di wajahnya. Gem merupakan nama panggilan Gemini yang berarti permata.“Gemini mau bantu,” katanya lagi meletakkan tangannya pada ujung karung beras yang dibawa Litha.Keduanya berhenti di depan pintu, kemudian Litha merogoh kunci di dalam tasnya. Perlahan wanita itu memutar kunci, membuka pintu tersebut dan mendorongnya.“Makasih bantuannya, ya, Sayang. Mama bisa bawa berasnya ke dapur. Kamu tunggu di sofa, nanti Mama bikinin susu.” Litha kembali mengangkat beras setelah mendapatkan anggukan dari Gemini. Gadis kecil itu menutup pintu di belakang Litha. Namun, tak lama kemudian, gadis itu mendatanginya ke dapur.“Andai ada Papa, pasti Mama tidak perlu repot-repot bawa beras ke dapur,” oceh Gemini dengan suara manisnya ketika sampai di dapur.Punggung Litha menegang seketika. Gadis ini lagi-lagi menyerukan topik yang sama setiap kali melihat Litha melakukan pekerjaan rumah sendirian.“Mama sudah bahagia hanya dengan kamu di sisi Mama.” Litha membuka laci, mengambil kotak susu lalu mencomot gelas dari tempatnya.“Jadi, apa Papa bahagia tidak tinggal sama kita, Ma?”Pertanyaan ini membuat Litha berpikir keras memikirkan jawabannya. Ya, tentu saja pria itu sedang menjalani kehidupan bahagia bersama tunangannya. Bagaimana mungkin Litha mengatakan hal itu kepada putrinya. Salah Litha sendiri karena mengatakan ayah Gemini masih hidup. Harusnya dia bilang saja bahwa pria itu sudah di alam baka.Litha tersenyum kikuk, berjalan ke ruang tengah membawa susu dan biskuit. Gemini mengekor di belakang ibunya. Bukan susu dan biskuit yang diinginkan Gemini, melainkan bertemu dengan ayahnya.“Nah, Mama mau masak dulu buat makan malam kita. Gemini mau lauk apa?”“Gemini maunya nasi goreng sama telur mata sapi. Kuning telurnya harus tetap bulat, ya, Ma.” Jika kuning telur itu sampai melebar saat dimasak, Gemini tidak akan mau memakannya lagi.“Oke, sesuai pesanan.”“Ma, sebentar lagi Gemini masuk TK. Di hari pertama nanti, Gemini pengen diantar sama Mama dan Papa. Kapan Gemini bisa ketemu Papa?” Bola mata Gemini berkaca-kaca. Gadis itu kemudian menunduk, membuat Litha terenyuh.Dia ingat pendaftarannya tinggal sebulan lagi. “Kita minta ditemani Om Jeremy—”“Tidak mau,” sela Gemini. “Om Jeremy Adik Mama. Dia bukan Papa aku. Lagian Kakek tidak mungkin mengizinkan Om Jeremy ketemu Mama.”Anak ini rupanya mempunyai ingatan yang kuat. Bahkan, Gemini ingat kalau Litha sudah tidak dianggap sebagai anggota keluarga Guntur Mahardika Prasetya lagi. Ayahnya juga tidak mengizinkan keluarganya menemui Litha.“Begini saja, Mama akan coba hubungi Papa kamu. Tapi, apa pun jawabannya, kamu tidak boleh sedih.”“Iya, Ma. Asal Gemini dengar sendiri jawabannya dari Papa.” Gadis itu tersenyum penuh harap.☘️☘️☘️Jantung Litha meletup-letup lantaran rasa cemas menggerogotinya. Dia sudah berpikir dengan penuh pertimbangan sebelum menghubungi pria itu tadi malam. Pria yang hadir satu malam dalam hidupnya. Pria yang juga tidak ingin dia temui lagi.Namun, ada keinginan kuat dalam dirinya untuk merampas kebahagiaan lelaki itu. “Mengapa aku harus membiarkannya menikahi wanita yang dia cintai? Dia harus menderita karena dicampakkan.” Litha tersenyum pahit.Saat ini dia tengah menunggu lelaki itu di sebuah kafe. Litha datang lebih awal dan saking gugupnya, ia sudah menghabiskan dua cangkir kopi.Kedatangan lelaki dengan setelan abu-abu mengambil alih fokus Litha. Sosoknya tak pernah dia lupakan sejak hari itu. Wajah Litha berubah datar ketika melambaikan tangan pada lelaki itu.Kalandra mengerutkan kening begitu ingatan tentang Litha singgah dalam pikirannya. “Kamu ....”“Ya, ini aku, Litha.”Kalandra mengembuskan napas gusar, tetapi tetap duduk berseberangan dengan Litha. “Ada perlu apa mengajakku bertemu? Oh, sekarang kamu membutuhkan uang?” Tebak Kalandra dengan ekspresi datar. Beberapa tahun lalu, Litha meminta nomor kontak Kalandra, juga memperingatkannya agar tidak mengganti nomor tersebut.Litha menarik tangannya ke bawah meja. Mengepalkan tinju kuat-kuat sembari mengamati wajah tampan pria di depannya. “Uang? Kamu bisa donasikan uangmu kalau kelebihan. Ada hal serius yang ingin aku katakan, Kalandra. Kuharap kamu siap mendengarnya.”“Oh, ya? Coba katakan.”“Kuharap kamu mau menemui Gemini untuk sekali saja,” tegas Litha.“Siapa Gemini?”“Anak kita.”Untuk beberapa saat Kalandra seperti dihantam sesuatu sehingga kepalanya terasa berdenging. Ia sampai tak bisa berkata-kata.“Anak? Kamu sedang menjebakku, Litha? Bagaimana mungkin ada anak....”Litha menggeleng pelan dengan wajah yang masih terlihat serius. Litha tahu dengan jelas bahwa pria ini tidak akan mempercayai ucapannya.“Ikut aku. Gemini sedang menunggu kita.”☘️☘️☘️Litha mengajak Kalandra ke sebuah pusat permainan dan hiburan—di mana Gemini saat ini berada bersama pengasuhnya.Kalandra mau tak mau mengikuti Litha. Dia juga penasaran bagaimana wanita ini akan membuatnya percaya bahwa dia memiliki seorang anak.“Gemini!” Litha berseru, melambaikan tangan pada Gemini.Mendengar suara ibunya, gadis kecil itu menoleh sembari balas melambaikan tangan. Kedua netra gadis itu menangkap kehadiran seorang pria gagah dan tampan di sebelah ibunya. Ia pun berlari ke arah mereka.“Papa!” seru Gemini lalu merengkuh paha Kalandra. Padahal Litha belum mengatakan siapa lelaki itu. Gemini mendongak untuk melirik Kalandra lalu berpaling pada ibunya. “Ini Papaku, ‘kan, Ma? Aku benar, ‘kan?”Litha berjongkok di samping Gemini. “Iya, Sayang, tebakan kamu benar. Dan Papa juga bilang kalau dia akan mengantar kamu di hari pertama sekolah.”“Yeah! Akhirnya aku ditemani Papa sama Mama.”Kalandra amat terkejut. Kapan dia mengatakan itu? Jelas-jelas Litha sedang berbohong pada anaknya sendiri. Kalandra dengan lembut mendorong Gemini lalu berjongkok untuk mengamati gadis itu. Dia tidak mau percaya! Dia tidak percaya kalau Gemini adalah putrinya. Litha pasti berbohong.“Papa kenapa diam saja, Ma?”“Papa kamu kaget karena ternyata putrinya sangat cantik.”Gemini tersenyum malu-malu. Kemudian gadis itu melingkarkan lengannya di leher Kalandra. “Papa beneran Papanya Gemini, ‘kan?”☘️☘️☘️“Kamu mau aku percaya begitu saja?” Kalandra membentak setelah mereka hanya berdua di ruang tunggu pusat permainan tersebut.“Ini salahku karena tidak memberitahu lebih awal. Gemini hanya ingin tahu siapa ayahnya dan bertemu sesekali itu sudah cukup,” balas Litha.“Sudah kuduga kamu menjebakku.” Kalandra mendaratkan tatapan dingin.Litha menghela napas pelan sebelum berucap, “Aku tidak punya niat untuk menjebakmu. Aku menjadi ibu tunggal sejak melahirkan Gemini. Dia semakin besar dan bulan depan dia masuk TK. Kamu dengar sendiri, dia ingin diantar Mama dan Papanya.”Ia mempelajari ekspresi Kalandra yang terlihat panik, tapi laki-laki itu berusaha keras untuk menahan ekspresinya.“Litha, aku tidak yakin Gemini adalah anakku. Aku akan melakukan tes DNA.”“Baik, lakukan saja.” Hati Litha seperti ditusuk jarum es begitu Kalandra tidak mau mempercayai kenyataan.Hari itu juga mereka melakukan tes DNA di rumah sakit ternama. Hasil tes memerlukan waktu beberapa hari untuk sampai di tangan Kalandra.Dia membaca kertas itu dengan saksama. Tidak ada rekayasa karena Kalandra yang menentukan rumah sakit tempat mereka melakukan tes DNA. Dia memasukkan lagi hasil tes tersebut ke dalam amplop. Pikirannya langsung kacau. Di satu sisi dia memiliki seorang putri dari wanita yang hanya ia temui sekali. Satu sisi lainnya, ada tunangannya yang siap dia nikahi.Setelah berpikir matang-matang, Kalandra akhirnya bertamu ke rumah Litha. Dia harus menyelesaikan masalah ini secepatnya.“Karena kamu sendiri yang membongkar rahasia ini, maka kamu jelas sudah tahu risikonya, ‘kan?”“Risiko apa yang kamu maksud?” Seketika bahu Litha bergetar.“Aku menginginkan hak asuh Gemini atau ...,” kata Kalandra yang terdiam sejenak.“Hah? Hak asuh Gemini?” Litha membola tak percaya. “Saat kamu tahu memiliki seorang putri, kamu begitu saja ingin memisahkan kami? Kamu tidak tahu diri, Kalandra!”Litha bangkit dari duduknya, sedikit mendongakkan wajah karena pelupuknya basah saat ini.“Aku belum selesai bicara, Litha. Untuk menyelesaikan masalah ini, hanya ada satu pilihan,” sahut Kalandra. Dia bangkit dari sofa, netranya menatap dengan keseriusan. “Aku ingin menikahimu.”Seusai makan siang, Arvin dan Devita memilih pergi ke aquarium sebagai destinasi libur akhir pekan. Tak terasa sudah beberapa bulan ini mereka berkirim pesan singkat, dan kadang-kadang makan malam dan pergi ke tempat-tempat romantis. Layaknya pasangan kekasih pada umumnya.Namun, yang berbeda adalah status mereka masih tetap teman. Devita selalu menganggap jalan-jalan bersama Arvin adalah hal yang istimewa. Hal tersebut mengusik pikiran Devita sepanjang waktu.Apa yang telah dia lakukan selama beberapa bulan ini?Apakah Arvin memang hanya menganggapnya sebagai teman?Pria itu tak pernah mengutarakan perasaannya.“Pak Arvin, aku agak lelah. Aku mau pulang duluan.” Devita menarik langkah meninggalkan Arvin, yang saat itu sedang mengambil foto sebuah karang.Arvin segera menyusul dan mengikuti Devita. Perempuan itu berkata sedang lelah, tetapi masih kuat jalan kaki. Arvin pun mengira bahwa ia mungkin melakukan sesuatu yang tak disukai Devita.“Dev, mau saya pesankan taksi?”Sejak tadi Dev
Seharian penuh Rosella tinggal di rumah Kalandra. Dan sekarang dia ditemani oleh Kinasih. Sementara Gemini dan Kirana dijaga oleh Mbak Tina di kediaman utama. Sepulang kerja, Genta yang akan mengantar Gemini pulang nanti.Sebenarnya Kinasih agak enggan menemani Rosella, mengingat dia melontarkan kekesalan pada ibu mertuanya itu.“Semalam aku sangat emosional, Ma. Jangan menaruh kebencian Mama sama aku, ya?” Kinasih menggigit bibirnya ke dalam seraya memindai raut muka Rosella. Meskipun Kinasih kerap mencebik Litha, sebetulnya hati Kinasih cukup rapuh bila ditekan amarah Rosella.“Hm, jangan ulangi lagi.” Rosella seperti tak mempermasalahkan karena sebetulnya, dia belum ada tenaga berurusan dengan Kinasih.Kinasih mengembuskan napas lega. “Apa Litha beneran bakal pulang, Ma? Kenapa sampai sekarang dia belum pulang juga?”“Jangan cerewet. Mending kamu pijat kepala Mama.”“Oke, Ma.” Kinasih dengan segera mengambil posisi berdiri di belakang Rosella. Jari-jarinya menari di pelipis Rosella
Pagi-pagi sekali Kalandra bersiap berangkat ke rumah orang tua Litha. Dia bahkan melewatkan sarapan agar segera bisa bertemu istri dan anaknya. Padahal mereka hanya berpisah satu malam.“Aku berangkat, Ma.”“Mama tunggu kalian pulang.”Kalandra tiba-tiba saja menghentikan langkah karena menebak isi pikiran sang ibu. “Ma, aku sarankan Mama pulang saja kalau Mama menunggu Litha hanya untuk memarahi dia. Aku tak akan membiarkan Mama berkata kasar lagi di depan Litha.”Rosella berdecak serta mendelik tajam. Apa hanya itu yang mampu Kalandra pikirkan tentang dirinya. “Pokoknya kamu bawa saja dia pulang.”Kalandra tak berucap lagi dan segera melangkah menuju mobil. Dewa menunggu dengan mobil yang sudah siap berangkat.“Tunggu aku. Aku dalam perjalanan.” Begitulah isi pesan obrolan yang dikirim Kalandra pada Litha. Lelaki itu berlama-lama menatap layar ponsel—menunggu balasan dari Litha—yang tak kunjung muncul di layarnya.“Berapa menit lagi kita sampai?”“Sekitar 50 menit lagi, Pak.”“Lama
“Jer, tolong temani Gemini sebentar. Aku mau bicara sama Papa,” ucap Litha pada Jeremy. Mata dalam Litha menunjukkan kilatan keseriusan.Wajah Jeremy biasanya dihiasi keceriaan melihat sang kakak dan keponakan kecil yang lucu. Namun, melihat wajah serius dan guratan kegelisahan di wajah Litha, Hati Jeremy merasa ditusuk. Pria itu tahu kedatangan Litha pasti karena perusahaan Kalandra yang sedang dalam masalah.“Kakak ke atas aja. Gemini aman sama aku.” Jeremy dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya kala menoleh pada Gemini. “Gemini suka main apa? Kasih tahu Om, dong.”“Gemini suka main puzzle sama bersepeda.”“Kebetulan Om punya puzzle.”“Oh ya? Gemini mau main puzzle, Om.”“Om suruh Bibi bawain ke ruang keluarga.”Sementara itu, Litha membawa langkahnya menapaki anak tangga ke lantai dua. Ia sudah menyangka kalau sang ibu pasti sudah menunggu dan ingin mendahului berbicara dengannya.Elvira menarik Litha ke suatu sudut. “Apa yang ingin kamu katakan pada Papamu? Kamu bisa bicarakan du
“Bukannya Pak Kalandra adalah menantu beliau?”“Iya, itu memang benar.”“Tapi, kenapa mereka bertindak begini?”“Belum ada kepastian apakah Mahardhika Cita Multiusaha Group yang ada di belakang semua ini.”“Pagi ini mereka datang mengusulkan akusisi. Masih bilang tidak ada hubungannya dengan mereka? Hmph!”Setelah berdebat sejak siang hari, mereka menunggu Kalandra membuat keputusan. Setelah berdiskusi dan berpikir matang-matang Kalandra berkata, “Perusahaan ini akan berjalan dengan semestinya. Kita akan mendapatkan investor baru. Dan saya menyerahkan tugas ini pada Arvin.”“Saya tidak akan mengecewakan Bapak.”“Kita harus secepatnya mendapatkan investor Pak. Kalau tidak, produksi film kita akan terhenti.”Semua orang di ruang rapat tampak cemas memikirkan nasib perusahaan. Diskusi kembali berlanjut soal bagaimana mereka akan mendapatkan calon investor bagi perusahaan.Rapat itu usai mendekati waktu makan malam. Kalandra langsung pergi ke ruangannya, bahkan melewatkan makan malam. Ia
“Kamu sudah selesai bekerja? Aku sengaja ingin mengantarmu pulang.”Wanita itu seolah merasakan getaran yang membuat tubuhnya terpaku. Namun, perlahan dia memutar wajahnya untuk melihat pria tak asing itu begitu dekat. Dia bahkan bisa merasakan embusan napas pria itu seakan meraba wajahnya.“Kamu demam? Wajahmu kelihatan agak merah.” Tanpa diduga Hedy menggenggam wajah Indira dengan kedua telapak tangan besarnya. “Sedikit hangat.”“Lepaskan,” perintah Indira lalu buru-buru menjauhkan diri. Hati Indira belum siap untuk menerima seseorang. Dia takut akan dikecewakan lagi. Dan lagi pula, Hedy memiliki penggemar wanita yang lebih banyak dari Kalandra. Ada berapa banyak perempuan yang ingin menjadi kekasih Hedy?Indira tak mau berharap meski untuk sedetik saja. Meski begitu Indira tak bisa menghindari pria itu karena Hedy akan selalu datang ke lokasi syuting atau menyuruh Indira datang ke apartemen—mencicipi masakan Hedy.Ini membuatnya seakan bisa gila.“Bereskan barangmu. Aku antar pulang
“Apa katamu? Kamu sudah mengandung 6 bulan, Litha?!” Guntur yang gelap mata mendengar pernyataan putri sulungnya, menampar Litha dengan begitu keras sampai-sampai badan Litha terhuyung.Karena Litha ingin mempertahankan bayi itu, dia menyimpan rahasia tersebut selama enam bulan. Semakin besar kandungannya, membuat Litha harus jujur pada orang tuanya.“Anak durhaka. Anak kurang ajar! Anak tidak tahu diri! Tidak bermoral!” Guntur mencaci habis-habisan dan sekali lagi melayangkan tamparan. Tubuh Litha terhuyung, tangannya dengan cepat mencengkram lengan sang ibu. Untung saja Litha tak jatuh ke lantai, jika tidak ia bisa kehilangan bayinya. Elvira membantu Litha lalu berdiri di depannya seperti tameng. Sementara Jeremy merengkuh kaki sang ayah sambil berteriak.“Jangan sakiti Kak Litha, Pa! Jangan!” Jeremy menangis ketakutan. Namun, hanya ada satu orang yang terdiam mematung menyaksikan keadaan itu, seolah-olah tak ada hubungannya dengan dia.“Jangan membela anak kurang ajar ini! Kita mem
Devita sengaja menunggu di tempat parkir perusahaan Kalandra. Sengaja tak memberitahu Arvin supaya terlihat seperti kebetulan. Setiap kali ada karyawan pria yang keluar dari gedung itu, Devita menajamkan penglihatan.“Duh, apa mungkin dia tidak lembur malam ini?” Dia bertanya pada dirinya sendiri. Sebab Devita sudah berdiam di sana selama lebih dari 30 menit. “Ini salahku karena tak mencari tahu dulu. Apa aku tanya Kak Kalandra aja? Aku tanya nomor handphone Arvin gitu?” Devita segera menghilangkan pertanyaan itu dari pikirannya. Apa yang akan dikatakan Kalandra nanti. Devita bisa diejek habis-habisan.“Ow! Mikirin aja buat aku merinding.”Senyum Devita mengembang kala sosok yang ditunggunya keluar dari pintu gedung. Pria yang selalu rapi dengan suit putih membalut tubuh tingginya.Dia segera menyalakan mobil, melaju pelan sampai ke depan gedung. Kemudian membuka jendela mobil.“Hai, Pak Arvin!”“Devita? Ngapain di sini?” Arvin melangkah lebih dekat ke mobil gadis itu seraya sedikit
Senyum Hani lenyap dibarengi dengan mata membelalak begitu tatapannya beradu dengan mata dingin Litha. Bukankah sudah jelas dia meminta Kalandra datang ke kamar ini tanpa sepengetahuan siapa pun. Harusnya lelaki itu tetap di sini.Lantas mengapa Litha bisa ada di kamarnya sekarang dan di mana Litha menyembunyikan Kalandra?“Kenapa syok begitu? Dekorasi kamar kamu cukup, sederhana ya. Ya, namanya juga kamar jarang dipakai. Karena sudah terlalu lama, aku lupa kamarku yang mana, jadi aku masuk ke sini deh,” kata Litha kala meraba buku-buku di dalam rak.Hani menghela napas kesal. “Jangan basa-basi lagi. Gimana kamu tahu kalau suami kamu ada di kamar ini?” Dengan gamblang Hani bertanya. Dia terlalu malas untuk pura-pura tak tahu di depan Litha.Litha tersenyum tipis. Semua berkat pesannya pada Jeremy. Lelaki itu panik saat kembali dari kamar mandi dan menemukan Kalandra tak ada di ruang tamu. Karena takut mengecewakan sang kakak, Jeremy pun pergi ke ruang keamanan guna melihat kamera peng
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires