Kartika terdiam di sudut kota Semarang, dirinya tidak langsung pulang, tapi sejenak melawan perang dalam batinnya. Ia menyewa sebuah hotel, hanya untuk sekedar tidur semalam saja. Seharian wanita yang usianya semakin lanjut itu, hanya duduk dan memikirkan masalah hidupnya juga rencana-rencana baru selanjutnya.Beberapa berkas, sudah dia bawa, termasuk KTP milik Laras, dan semua ijasah sekolah anaknya tersebut, juga semua dokumen tentang dirinya.Kartika bukan wanita bodoh, sejak dirinya mengalami hal terburuk, semua harapannya hancur dan hilang. Kini, dirinya harus memulai dengan yang baru.Keadaan Puspa yang di luar kendalinya, menjadikan wanita itu semakin sedih. Pengusiran kali ini, sangat menggores hatinya, walaupun, Kartika bukan hanya satu kali ini di usir oleh Puspa. Kartika memandangi wajah dalam cermin hotel tersebut. Nampak, ada beberapa keriput di wajahnya terlihat. Dulu, wajah cantiknya selalu menjadi incaran setiap lelaki, dan akhirnya dimenangkan oleh bapak Puspa. Bany
Kartika sudah duduk tenang di sebuah kursi milik lapas Semarang. Dirinya hanya sekedar bertemu dengan lelaki itu. Walaupun ada emosi yang meluap bila teringat atas peristiwa yang menimpa dirinya.Tak lama, masuklah seorang lelaki, berbaju Koko, dan berpeci. Janggutnya ditumbuhi rambut tebal, Kartika sama sekali tak mengenali lelaki di depannya, begitu juga, Baskoro, tampak bingung pada wanita yang ada di depannya. Wanita dengan penutup kerudung, dan sebuah gamis panjang dengan warna senada.Mata mereka saling beradu. Sama-sama heran dan dalam kebingungan."Assallamu'allaikum. apa aku mengenal Anda?"Kartika terdiam, mendengar suara berat dari lelaki di depannya, masih teringat jelas suara itu adalah milik Baskoro, karena Kartika terus mengingat warna suaranya 20 tahun yang lalu.Kartika belum juga menjawab salam dari pria di depannya, ditariknya napas sedalam-dalamnya, rasanya dadanya begitu sesak. lalu,"Wallaikumsalam," balasnya lirih. Kini, gantian Baskoro yang kaget mendengar sua
Suara letusan tembakan tersebut, ternyata dari senapan milik Hamdan, dirinya mengejar dua orang lelaki yang sudah menarik paksa tubuh Laras, yang sudah pingsan karena obat bius.Namun, Hamdan tak bisa mengejar penculik Laras, Segera Hamdan mencatat nomor plat mobil yang selintas dilihatnya dan segera menghubungi seseorang.Kartika masih juga berjongkok di sudut belakang mobil tumpangannya.Hamdan tak menyadari kalau itu adalah mamanya Laras, karena penampilan Kartika yang mengenakan baju muslimah.Hamdan kembali ke rumah tersebut."Hamdan!! apa yang terjadi!!" teriak Kartika."Bu Kartika?" Hamdan setengah kaget melihat arah dirinya. Tanpa basa-basi lagi, lelaki itu langsung membawa tas dan bawaan Kartika dan sedikit mengandeng wanita itu untuk segera masuk ke dalam rumah kontrakan."Gawat Bu, gawat! Mba Laras diculik!""APA!!" "Aku tak tahu ada penyusup yang masuk dengan tiba-tiba, di saat Mba Laras menunggu kepulangan Ibu, padahal baru saja duduk di teras , dan mataku terus mengawas
Budi terdiam, duduk di sebuah kursi, wajahnya sudah babak belur, kali ini ada bagian yang menginterogasi dirinya. Begitu juga, Puspa, Angel sudah siapkan banyak pertanyaan untuk wanita ini, yang membuatnya sewot, Puspa selalu menjawab pertanyaan dengan kebodohannya. entah ini di sengaja atau memang Puspa yang bodoh.Tommy melihat CCtv mereka, lelaki itu tahu banyak tentang Puspa. Makanya setiap pertanyaan Tommy yang merancangnya. Dari dia lah, informasi tentang protitusi sindikat Vidio xxxx terungkap."Untung kau, sudah bercerai dengan dia?" ucap Tommy pada panggilan ponselnya.Ardi terdiam, lalu menceritakan tentang Laras yang saat ini di culik lagi, dan alibi Ardi ada hubungan dengan Deni.Semua di ceritakan pada Tommy, lelaki gagah itu segera melacak sesuai dengan keterangan dari Ardi.***Dalam ruangan yang sedikit gelap, Laras tersadar dari pingsan panjangnya. Pergelangannya terasa ngilu, karena selama lima jam lebih tergantung pada rantai pengikatnya.Pelan matanya terbuka, ada
Kedua tangan Laras sudah terbebas dari ikatan rantai itu. Laras menatap lelaki yang barusan membuka kunci tersebut, wajah tirusnya membuat gadis itu menilai ada garis kejam pada matanya.Saat kakinya hendak melangkah, ternyata panjang rantai yang mengikat kaki Laras tak terlalu panjang, jadi gerakannya tak begitu bebas."Duduk dan makanlah makananmu!"Gadis itu pun duduk bersila, memandang kantong kresek yang jauh dari jangkauan ya. Tiba-tiba kaki orang itu sudah menendang kresek itu dan meluncur ke arah kaki Laras."Makan!"Mata Laras terpejam sesaat, meraih makanan itu, dan membukanya pelan, sebungkus nasi dan sepotong rendang, tapi Laras tak memakan makanan itu, dia berpikir, pasti ada sesuatu dalam makanan tersebut. Dengan sekuat tenaga, Laras melempar makanan itu ke arah pintu. Nadi dan lauk pun tersebar. Terdengar pintu beradu dengan botol minuman mineral, mengakibatkan suara keras. Mengharap akan ada orang yang akan masuk karena ulahnya.Benar saja, dua orang algojo ini, masuk
Baskoro mendengarkan saran dari Heri, karena bila Baskoro dan Kartika menikah, maka Laras jelas menjadi anak Baskoro di mata hukum dan Agama.Baskoro mengembuskan napasnya pelan."Aku tak sanggup lagi berpikir sampai ke sana, Heri. pendapatmu benar.""Saat ini, Laras di culik." pelan Heri memberi kabar tersebut pada Baskoro."Apa!! Cepat hubungi Tito, catat ini nomornya." Dengan lancar Baskoro menyebutkan nomor Tito yang diingatnya dengan mudah."Siapa Tito?""Kau akan tau, setelah kau meneleponnya, seharusnya aku menceritakan tentang dia sejak awal." "Waktu jenguk sudah habis, maaf. Pak Baskoro harus kembali ke dalam sel.""Iya, Pak silakan, kami juga sudah selesai.""Kabari aku terus, Heri."Heri mengangguk dengan pasti.Tak lama, segera dirinya menghubungi seseorang tersebut.***Sementara Laras, masih menuruni tangga pelan, gerakannya memang bak sniper terlatih, Laras hampir tak bersuara melewati ruangan yang memang tanpa ada petugas penjaga. Gadis itu tak tahu ini gedung apa. Sa
Heri membawa Kartika berkunjung ke Baskoro.Wajahnya tertunduk dalam. "Bagaimana?""Aku tunggu Laras selamat dari penculikan ini, aku tidak mau gegabah mengambil keputusan."Heri terdiam,'Dasar wanita ini pintar ternyata. taktiknya tak mempan' batin Heri.Apa sebenarnya rencana Heri pada dua manusia ini? antara Baskoro dan Kartika?"Antarkan aku pulang kembali, Ayo Hamdan."Hamdan segera mengangguk dan mengiringi langkah Kartika. Baskoro mengangkat sebelah tangannya, itu tanda untuk para pengawalnya untuk diam. Heri maupun Hamdan pun terdiam."Lakukan tugasmu Heri, Tito sedang mengusahakan kebebasanku.""Baik tuan, aku pergi.""Pergilah."***Kembali pada keadaan Laras, kamar itu lagi-lagi tak ada jendela sama sekali, tangan dan kakinya tak terikat, namun suhu udara yang panas ini sangat menyiksanya, bibir Laras menjadi kering. Tak lama masuklah Puspa, membawakan sebotol air, meletakkan botol itu di lantai.Kali ini, Laras berdiri, bagaimana bisa bikin Puspa berang ya? apa tentang Ar
kedua tubuh langsung meluncur deras masuk ke dalam lautan. seiring dengan suara letusan tembakan tepat mengarah pada Laras!Semua perhatian terpecah, Tommy berlari mengejar dan mencoba menembak baling-baling heli, tapi meleset.Angel, menodongkan senjatanya pada, Puspa dan Deni, sementara anggota yang lainya sudah meringkus dua algojo, pilot dan dua sniper yang salah satunya sudah tertembak pada kakinya.Begitu juga Puspa, sebuah peluru menyerempet bahu kirinya.Tommy memandang ke bawah, matanya dengan teliti memeriksa setiap permukaan laut, Semoga Ardi dan Laras baik-baik saja.Sementara dalam lautan, Laras terus menyelam dengan lincah! ternyata dia tidak tertembak, Laras jago dalam menyelam, sementara di belakangnya Ardi terus membuntuti Laras.Setelah, agak menjauh dari Mercu suar, Laras, menepi membuang pelongsong peluru dalam mulutnya.Di ikuti Ardi, "Bagaimana bisa kau lakukan itu?" tanyanya masih terengah-engah."Hamdan yang mengajariku." Laras masih terombang-ambing di atas ai
Kali ini, cecunguk dari preman pasar itu membuat rencana yang sungguh buruk."Kita harus balas perbuatan ini, Sialan! aku dihinanya tanpa ampun!!""Benar , bos. mengapa kita nggak balas saja. lama-lama bikin enek tuh orang!"Bardi memukul meja di depannya. "Bawa perlengkapan, malam ini kita harus dapat apa yang kita mau! sepertinya banyak harta yang dia sembunyikan!""Siap bos!"Di malam itu, beberapa orang suruhan. Bardi termasuk dirinya masuk menyelinap ke dalam rumah Baskoro. Rumah yang tanpa penjaga itu, begitu gampang disantroni oleh kelompok Bardi yang kali ini membawa anak buahnya yang cukup banyak."Kau jaga bagian Utara, aku mau masuk dan mencari seseorang," bisik Bardi pelan pada anak buahnya. Mereka mengangguk pelan.Bardi mendekati kamar yang paling luas, di sana ada Kartika yang sedang tertidur pulas, tak menyadari kalau rumah besarnya sudah dalam kepungan kawanan perampok. Pelan Bardi masuk dan dengan insting malingnya sudah bisa menggasak beberapa uang dalam lemari.Sa
Deni menatap seorang wanita yang sedang berjalan menuju sebuah tempat, dia kenal betul dengan wanita itu, walaupun kini hanya berpakaian seadanya, tanpa ada riasan mikap yang tebal, pelan, Deni mengikuti wanita itu.Terus hingga pada ujung sebuah gang, wanita itu masuk ke dalamnya, rumah yang sangat sederhana, bahkan jauh dari kata sederhana tersebut.Saat wanita itu hendak membuka pintu reotnya, Deni memanggilnya."Mah .... mamah?!"Lastri mendengar suara itu, dan langsung berbalik badan, dilihatnya Deni dengan mata terbelalak. Penampilan Deni yang hampir saja ibunya tak mengenalinya."Siapa kamu?!' Lastri waspada."Mah, aku Deni mah." "Deni?! kau ..." Lastri terbengong melihat penampilan anaknya sekarang.Deni segera mendekati ibunya, dan memeluknya erat.Lastri sungguh shock menghadapi hal ini, mengapa disaat seperti ini dipertemukan lagi dengan anaknya, karena ulah Deni lah yang membuat dirinya dan suami harus kocar-kacir. "Kau ... bagaimana aku harus bersikap, aku membencimu ju
Deni mengikuti mobil yang membawa Puspa. Dirinya pun kaget dengan perubahan pada diri Puspa kekasihnya. Wajah dan tubuhnya sudah tak secantik dan seseksi dulu. Tapi Pri masih penasaran siapa yang membawa Puspa tersebut. Selama mengenal Puspa, hanya mendengar cerita dari Puspa saja tentang Mamanya yang dulu selalu meminta uang, sama sekali tak pernah bertemu dan mengenal mama dari kekasihnya ini.Pri mengendarai sebuah sepeda motor butut, dirinya berkali-kali kewalahan dalam mengejar laju mobil yang membawa Puspa. Sudah tiga kali Deni alias Pri harus berhenti untuk mengisi bensin, begitu juga motor yang selalu ngadat. Tapi lelaki itu tak menyerah, terus saja menguntit mobil tersebut. Bukan Deni bila hal lacak melacak saja tak bisa, walaupun kini dengan fasilitas seadanya, dia masih bisa mengejar mobil tersebut, walau terseok-seok. Roman-roman rute yang dilaluinya membuat dahinya berkerenyit? apakah ini menuju villa milik bos Baskoro? dugaan Pri tak salah lagi.Motor Pri mulai dat det d
Laras dan Ardi menceritakan keinginannya pada Heri, ajudan pribadi Baskoro yang sangat terpercaya. Dengan dibantiu Hamdan, mereka mempersiapkan semua keperluan pernikahan dari pendaftaran ke KUA, dan segala urusan.Baskoro dan Kartika mengurus rumah ngaji dengan sungguh-sungguh. Kini ijin dari sarana pendidikan ini pun sudah turun, dari RT dan kecamatan setempat, bahkan banyak warga yang tak mampu, menitipkan anaknya untuk menimba ilmu keagamaan di rumah ngaji. Baskoro pun merekrut beberapa guru agama dan beberapa guru dengan ilmu bidang pengetahuan yang lainnya.Kartika semakin memperhatikan keadaan Baskoro, rahasia kesehatan lelaki gaek itu kini menjadi tanggung jawabnya.Sejak kecelakaan yang mengakibatkan dirinya sakit berbulan-bulan, Baskoro di prediksikan oleh dokternya hanya punya kesempatan hidup beberapa bulan saja, klep jantung yang terpasang mulai bermasalah, napasnya gampang sesak, tubuhnya semakin melemah. Namun, keajaiban Tuhan memberikan pada Baskoro hingga dirinya masi
Kinasih mampu merekrut banyak pelanggannya lewat pijet plus-plusnya yang tak disengajanya. Dia kini bisa menghimpun banyak komunitas , banyak kenalan di tempat yang baru, identitasnya yang baru tak dikenal banyak orang. Dirinya kini dikenal dengan nama Lastri, janda tanpa anak yang masih menyiratkan kecantikannya walau dalam usia yang tak muda lagi."Saya ingin tahu, bang, memang villa itu milik siapa? tanya Lastri pura-pura tak tahu menahu tentang kepemilikan dari vila milk Baskoro tersebut."Itu dulu punya orang besar, yang katanya sekarang sudah insaf dan menjadikan villa itu jadi tempat ngaji.""Orang besar? pejabat kang? atau apa?""Kau banyak tanya sih!! yang aku tahu dulu dia punya banyak centeng yang bisa membungkam seluruh warga dengan uangnya paham!""Bungkam? untuk apa?" "Ya, untuk tidak membocorkan adanya vila tersebut. ah sudahlah , ayo pijat punggungku ini, jangan lupa pijat punya ku juga ya." jawil lelaki yang sudah bertelanjang dada itu pada dagu Lastri dengan manja.
Tangan Baskoro pelan mengusap rambut anaknya, Andai waktu bisa diputar pasti Baskoro akan mengambil Laras dari Kartika. Tapi semua sudah menjadi takdir yang kuasa. Juga Laras yang mencintai Ardi, dirinya sudah tak asing dengan lelaki macho itu, bahkan sudah pernah duel, jadi tahu kemampuan mading-masing. Kini Baskoro ingin menata hidupnya sebaik mungkin. Menjalin hubungan antara manusia sebaik mungkin, juga seimbang hubungan dengan sang maha pencipta."Ayah, apa sudah ayah pikirkan menikah dengan mama?"Baskoro mengangguk, "Aku butuh seseorang yang akan menjadi sahabat dan tumpuan anak perempuanku.""Jadi karena aku, bukan karena cinta?"Baskoro, mengangguk lagi," Aku sudah tua, tak butuh cinta di atas ranjang. begitu juga mama kamu, tak memikirkan hal berbau birahi."Laras memandang Ayahnya dengan tatapan syahdu."Mengapa kau tanyakan itu?'"Aku baru pertama mengenal ayah, yang aku tahu ayah adalah ....'"Preman? atau orang yang kejam? aku menyadari segalanya, saat nyawaku tinggal se
Laras langsung memeluk ibunya, derai air mata kesedihan juga kebahagian menjadi satu. Laras menceritakan semua tentang Puspa pada mamanya. Mamanya kaget, tak bisa dipungkiri dirinya tetaplah ibu kandung Puspa. Tak bisa dibendung lagi air matanya pun luruh."Antarkan Mama ke Puspa. Nak Ardi bisa kan?""Tapi Bu, aku-""Mungkin saat ini tak ada yang boleh menengok Bu," sela Hamdan."Memang kenapa?! aku ibunya! aku ingin melihat Puspa."Laras memegang erat tangan Mamanya. Laras tahu, dulu Mamanya paling sayang sekali dengan Puspa. hingga dirinya merasa tersisih dari Puspa .Laras berpindah memandang sang Ayah. lalu mendekat dan menyalaminya, ada rasa canggung pada dirinya karena tak pernah saling berkirim kabar ataupun bersama dalam keadaan seperti ini.Baskoro sebenarnya sangat merindukan anaknya ini, tanpa segan lagi Baskoro berkata, "bolehkah kau memelukmu, Nak?"Laras tersenyum dan langsung menghambur ke dalam pelukan ayah kandungnya tersebut."Ayahmu berubah hanya untuk kamu Laras. d
Kinasih menarik kopernya dan berjalan di belakang Kartika."Kau aku beri kesempatan hanya satu hari, besok kau pergilah dari vila ini." tutur Kartika dengan pelan. Tak bisa dibayangkan bagaimana tadi wajah Baskoro yang penuh amarah karena Kartika mengijinkan wanita ini untuk menginap satu hari saja.Bagaimana kabar Laras?Kali ini Laras terlihat sedang duduk di depan komputer."Lihat kau bisa tekan ini, dan lihat rute yang muncul. bila titik merah ini berjalan artinya kami sedang mendekati target, pantau terus, bisa?""Bisa," jawab Laras sambil mengangguk."Kau akan ditemani Angel di sini."Tommy dan yang lainnya mulai bersiap penggrebekan atas seseorang gembong narkotika.Sementara itu, seorang wanita terbaring dalam keadaan berdarah, siapa lagi kalau bukan Puspa. Dia menjadi korban dari perkelahian antar geng dalam sel wanita.Apakah Puspa sudah meninggal? tangannya terlihat terikat rantai borgol yang tersematkan pada sandaran ranjang tersebut.Puspa amatlah licik. entah disengaja a
Dalam perjalanan menuju kampungnya, Kinasih masih dalam kepiluan. Rasa malunya ini tak tahu bagaimana cara mengatasinya.Tiba-tiba, dirinya langsung minta berhenti pada sang sopir."Aku minta berhenti di sini saja. aku akan ke tempat kenalanku." "Apa benar di sini? ""Iya benar. menepikan. aku akan berjalan saja. nanti juga sampai di villanya."Mobil tersebutpun berhenti di pinggir jalan. Kinasih turun dan sambil menenteng koper dan tasnya, dirinya dengan percaya diri berjalan beberapa meter lagi akan sampai pada sebuah villa milik Baskoro! ada hubungan apa? istri sahabatnya malah mendatangi Baskoro!Kartika masih berada di boncengan motor Baskoro, dirinya diajaknya keliling kampung, padahal setahu Kartika jalanan sekitar villa tampak lengang dan sepi tak terlihat banyak rumah penduduk, tapi ternyata setelah hutan ada sebuah kampung bahkan kini Kartika sudah berhenti di sebuah pasar."Turunlah, kau mau beli apa?""Maksudmu?"Baskoro mengeluarkan beberapa lembar uangnya dan diberikan