Kartika terlihat mondar-mandir saja di depan pintu, sementara, Ardi menantunya dari tadi dihubungi belum juga tersambung."Ini, pasti ada apa-apanua. tidak biasanya Puspa pergi dengan baju begitu glamor."Pasalnya Kartika melihat dengan matanya sendiri, Puspa menunggu jemputan taksi, dan penampilannya bak toko berjalan. semua emas nampak dipakainya. bajunya begitu gemerlap. Tapi nyatanya hingga malam belum juga kembali.Kartika menghubungi ci Amoy."Ci, tolong aku, kamu di mana?" Tak lama terlihat Ci Amoy datang, dengan tergopoh-gopoh mendatangi rumah Kartika."Ada apa? mengapa kau menangis segitunya?!" cecarnya heboh.Kartika mengusap air matanya. "Ayo, kita cari Laras?""Hah, gila kau! mau cari kemana? heh. sabar lah apa ada kabar dari kepolisian?""Tak ada kabar, aku takut, Laras mati ... atau diperkosa atau .... " hik hik hik, kembali Kartika menangis dalam pelukan sahabatnya.kembali pada keadaan Laras. Karena dirasakan sudah tak ada lagi suara ribut-ribut, Laras melongok melih
Laras langsung membeku tubuhnya, napasnya langsung terhenti. Suara parau itu membuat dirinya mati kutu. Dirinya segera melirik pada pemilik senapannya yang menodongnya tiba-tiba itu.Saat Laras menengok ke samping, lelaki itupun kaget, "Kau! Bukankah kau yang mendonorkan darahmu untuk Baskoro." bisik lirih orang itu.Laras hanya mengangguk, pria muda berbadan sedang itu, segera membekap mulut Laras, dan menariknya cepat ke sebuah tembok, mereka berjongkok dan bersembunyi saat sebuah mobil memasuki area parkir. Laras pun menurut saja, matanya terus mengawasi mobil yang baru saja datang. Keluarlah beberapa penumpang dan segera masuk ke dalam. Namun, bersamaan itu, Heri dan beberapa orang sudah keluar dari rumah inti, mereka terlihat ada yang membawa ransel besar di punggung mereka.Heri kaget saat ada Laras, berada di dekat salah satu rekannya."Nona?mengapa ada di sini?" belum sempat Laras menjawab, sebuah tembakan mengagetkan mereka. Laras langsung menunduk. Akhirnya Laras ikut bers
Laras masih terbaring di sudut ranjang single bad, beberapa orang suruhan dari Baskoro pun segera menjemput ibunda dari Laras yaitu Kartika.Ardi menceritakan semuanya pada Baskoro, lelaki gaek itu terdiam, tak lama tangisnya mulai terdengar dalam kesusahan, suara yang belum pulih benar, membuat siapa saja melihatnya akan trenyuh. Begitu juga Ardi. Walaupun dirinya mendapat tugas dari Tito tapi tak tega rasanya harus menyerahkan Baskoro dalam keadaan seperti ini.Akhirnya duo devil memberikan sebuah rencana pada Baskoro.Beberapa uang dan bukti sudah diambil dari rumah vila tersebut. Ardi menyuruhnya untuk menyimpannya di suatu tempat yang aman, asal jauh dari Baskoro. Menyarankan Baskoro untuk menyerahkan diri pada polisi, bila nanti tidak ada bukti terkait atas kasusnya ada kemudahan untuk membersihkan nama Baskoro.Laras masih terlelap. Mungkin juga tertidur saking shock dan kecapean yang luar biasa. Ditambah kekurangan makanan dan cairan.Anggota pengawal Baskoro tak kesulitan me
Saat itu juga Laras dan Kartika langsung naik angkutan umum, menuju kota, dengan patokan katerangan dari Heri, Laras segera mencari rumah untuk tinggal sementara. Mereka tak kesulitan karena Baskoro memberikan uang yang cukup besar untuk mereka bertahan hidup."Mah, kita harus bisa menjaga rahasia. Sementara ini hanya ada KTP aku saja yang selalu ada dalam saku celanaku. Eh tunggu!"Laras teringat sesuatu dan mengambil benda itu dan menunjukkan pada mamanya."Hus! Kau dapat dari mana itu?""Dari salah satu laci di rumah besar itu. Dan ada Mbak Puspa di sana, aku mau cerita ini, takut sekali, Mah." Kartika segera merebut benda yang ditunjukkan Laras, masukkan ke dalam sela belahan dadanya."Mama, sembunyikan , benda laknat ini yang membuat kita kesulitan.""Jangan pernah dipakai, Mah." "Ih amit-amit, mama bukan tipe orang yang suka coba-coba.""Kita harus cari kontrakan dulu, Mah.""Iya, maafkan, Mama ya, Laras."Kartika memeluk anaknya erat. Terlebih Laras. Dirinya merasa nyaman bil
Malam itu, Ardi langsung meninggalkan Puspa dalam kepiluan, dirinya sudah melakukan yang benar. Sudah sejak dulu ingin segera mengakhiri drama rumah tangganya. Hanya karena tidak tega, tapi Puspa malah terlalu jauh melangkah dalam kebodohannya sendiri. Ardi sudah menghubungi Heri, dan sudah tahu kalau Baskoro sudah menyerahkan diri. Beberapa pihak kepolisian sedang mempersiapkan sidang untuk lelaki gaek itu, yang nampaknya kehadiran Laras betul-betul menggugah perasaannya.Begitu juga Heri dan rekan-rekannya, saat ini mereka hidup dalam kehidupan yang sewajarnya, menanggalkan dahulu atribut sebagai pengawal Baskoro. Ardi terus melajukan motor besarnya, ada harapan besar pada diri Ardi untuk meraih masa depannya bersama Laras. Masalah Kartika yang memang tidak setuju atas hubungan Ardi dan Laras, sepertinya kini tak ada masalah lagi. Semoga saja begitu.Dari ibu kota, Jakarta menuju kota Semarang ditempuh dengan menggunakan motor. Malam ini, jalanan tak begitu ramai, jalur tol Pantur
Kartika masih mempertimbangkan keinginan Ardi. bagaimanapun Kartika tetap menginginkan seseorang yang bisa mengangkat derajat Laras dan bisa membawa anaknya dalam kebahagiaan yang hakiki.Ardi terdiam, mendengar semua petuah dan nasehat Kartika. Apalagi Kartika bercerita dengan disertai Isak tangisnya."Apa kau mampu membawa Laras seperti yang aku inginkan?" tanya Kartika seraya mengusap air matanya."Insya Allah, Mah. "mendengar Ardi mengucapkan dengan sungguh-sungguh, semakin terisak lah dirinya memandang lelaki yang sudah dianggapnya sebagai anak lelakinya itu."Kau sudah aku anggap anakku sendiri, Ardi. semua serba minta bantuan padamu. apalah artinya diriku ini? selalu dalam kemalangan, untuk bertonggak pada kehidupanku saja aku, tak mampu." Kartika semakin terisak. lelaki bertampang sangar bak preman itu, pelan memeluk Kartika. "Mama, sudah aku anggap pengganti orang tuaku. Tahu sendiri bukan? aku sudah tak punya siapa-siapa lagi. bahkan ibu tiriku saja meninggalkanku," jelas
Terjalin sebuah keakraban antara Tito dan Baskoro, keduanya seakan menemukan sesuatu yang sama. Baskoro sudah memulai hidup baru yang lebih baik lagi. Apa lagi hatinya begitu bahagia saat anak yang jelas itu anak kandungnya benar-benar hadir dalam kehidupannya, walaupun dengan cara yang tidak baik.Dalam diri Tito pun mempunyai masa lalu yang kelam pula, hidup dalam ekonomi yang sulit, Bahkan terlahir sebagai anak seorang pemabuk.Perbedaan umur yang sangat mencolok, mungkin beda umur hingga 10 tahun, antara mereka, tapi hal itu tak terlihat , bahkan sepintas mereka hampir seumuran. Apalagi penampilan Tito yang berkepala gundul.Dalam perbincangan ringan, Akhirnya, Tito bisa berkunjung ke lapas langsung. Beberapa pihak dari petugas kepolisian Semarang, memberikan ijin tersendiri.Dan indentitas Tito tersamar, yang tahu hanya Baskoro saja.Sebuah perbincangan serius terjadi, inilah yang Tito butuhkan bertahun-tahun.Siang ini, terlihat, Heri dan beberapa rekan kerjanya, membersihkan v
Mata Kartika membulat kaget atas laporan tentang Puspa dari Ci Amoy.[Ini, benarkan, Ci?][Gue nggak pernah bohong sama Lu, Kartika. entahlah dengan siapa anak lu bergaul. sampai bisa segitunya]Kartika terdiam dan menutup ponselnya."Laras, Mama mau ngomong. ini masalah Puspa, Bagaimanapun dia tetap anakku."Laras mendekati mamanya, malam ini Laras mencoba lebih memakai hati , saat tahu semua sepak terjang kakaknya yang sudah terlalu jauh."Mama harus pulang dulu.""Mah, apakah tak berbahaya?""Mama tak bersalah, mengapa harus takut, iya kan? Hamdan ...." Panggil Kartika pada Lelaki yang sedang bersantai menonton televisi."Iya, Bu, ada apa?""Aku ingin pulang, aku mau tengok anakku, apakah diijinkan?""Sebaiknya .....""Ah, pasti kau tak mengijinkan kan? aku naik kereta api saja. nanti dari stasiun kota biar di jemput sama Ci Amoy.'Laras memandang Hamdan."Bagaimana kak? mama udah serius begini ?""Besok malam saya antar ke stasiun , Bu.""Akhirnya, Hamdan memberikan ijin pada Kart