'Allah ...,' lirihku dalam hati ketika melihat garis pada testpack. Aku tersenyum, tapi air mata pun menetes. Aku merasa bahagia, juga kecewa. Entahlah, aku bingung dengan perasaanku sendiri. Yang jelas, sekarang aku kebingungan. "Kamu tidak apa-apa, kan, Tsa?" Papa memegangi kedua pundakku dengan tatapan khawatir ketika aku keluar dari toilet klinik. Aku tersenyum. Menganggukkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan ayahku itu. "Aku ke ruangan dokter lagi, ya, Pah?" ujarku kemudian. "Iya. Kamu sudah ditanyain dari tadi."Aku pun meninggalkan Papa, lalu masuk kembali ke ruangan tempat pemeriksaan tadi. "Bu Tsania baik-baik saja?" Pertanyaan dokter sama seperti pertanyaan Papa. "Baik, Dokter. Maaf, membuat dokter menunggu lama. Tadi, saya malah buang air besar," kataku, karena merasa tak enak telah membuat dokter itu menunggu. "Oh, tidak apa-apa, Bu Tsania. Saya lega kalau Bu Tsania baik-baik saja. Saya kira, Ibu pingsan di kamar mandi. Hasil tesnya?" Wanita yang terlihat b
Read more