Share

Bab 110

"Masa, sih aku salah lihat? Enggak, deh. Aku yakin banget dan masih aku kenali postur tubuh itu."

Sepanjang perjalanan dari kebun ke tempat tadi Papa memarkirkan mobil, aku terus saja bicara sendiri seraya mengingat apa yang tadi aku lihat.

Iya, ini masih tentang pemetik teh yang tadi menyapaku. Eh, tapi bukan. Bukan mereka yang membuatku tidak bisa mengalihkan pikiran. Akan tetapi, satu orang laki-laki yang sepertinya aku kenal.

Dia seperti Mas Rendra. Demi Tuhan aku tidak mengada-ada. Hati kecilku meyakini, itu memang dia.

Namun ... rasa tidak mungkin terus saja aku gumamkan, karena tidak ingin terlalu berharap akan dekatnya dia denganku.

Tidak mungkin. Ya, itu tidak mungkin dia.

"Sudah sarapannya, Tsa?" tanya Papa, ketika aku sampai di gudang teh.

"Sudah, Pah. Sudah habis." Aku menjawab dengan seulas senyum tipis.

Kursi lipat aku yang aku jinjing, aku buka kembali dan kududuki. Sedangkan pikiran, masih pada kejadian singkat yang membuat hatiku bertanya-tanya.

"Mau pulang sek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status