Share

Bab 108

"Hamil?" ujar Bang Ben dengan kening yang mengkerut.

Aku mengangguk dengan menggigit bibir menahan isak tangis.

Seketika suasana menjadi hening, baik aku maupun Bang Ben tidak sama sekali mengeluarkan suara. Entah apa juga yang ada di dalam pikiran kakakku, hingga bibirnya menjadi tertutup sangat rapat.

Tidak senangkah dia mereka dengan berita ini?

Sudah aku duga. Kehamilanku tidak akan mendapatkan sambutan baik oleh keluargaku.

"Alhamdulillah .... Aku senang mendengar kabar ini, Tsa." Kak Anna nyeletuk setelah beberapa saat terdiam.

"Ya, Alhamdulillah. Akhirnya kamu pun akan jadi seorang ibu, Tsa," timpal Bang Aldi, kemudian memelukku lagi.

Hambar. Ucapan syukur yang keluar dari bibir kakakku tidak seantusias seperti saat mereka tahu Kak Anna tengah mengandung.

Ah, kenapa juga aku harus berharap mendapatkan sambutan yang meriah? Bukannya, memang kehamilan ini datang di tengah-tengah masalah yang belum ada ujungnya?

Pantas saja terdengar biasa saja. Karena mungkin saja, kehadi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status