“Ya, ini tentang kita dan juga bukan tentang kita.” Kata-kataku yang berbelit pasti membuat Andre semakin berpikir. Alih-alih mencari tahu, Andre yang mendengar suaraku yang sedang gelisah, mengakhiri pembicaraan. “Baiklah, Din. Sampai ketemu jam satu siang, ya.” Setelah menutup sambungan telepon. Aku melemparkan ponselku ke sembarang arah di kasur. Tidak pernah terpikirkan bahwa masa lalu bisa kembali menjadi bagian dari masa depan. Serealistis bahwa sebuah cerita hidup tidak bisa dipisahkan dari cerita hidup berikutnya. Sampai sekarang, hubungan kami masih juga sulit untuk dimengerti. Tidak ada keterikata yang pasti menjadi masa depan, namun juga tidak bisa diabaikan. Jika Andre adalah bagian dari masa depan yang kurindukan, penting baginya untuk tahu apa yang akan kami hadapi bersama. “Mbak Pia, saya keluar dulu.” Mataku berkeliling mencari sesuatu saat aku keluar kamar dan berpamitan pada Mbak Pia yang sedang sibuk di dapur. Mbak Pia tersenyum tipis, “Tuan Jafar sedang tidur,
Baca selengkapnya