“Kita berdua sama-sama tidak punya jawaban, kan?” Aku dan Andre tenggelam dalam diam. Sungguh tidak ada yang bisa dipastikan dalam hubungan ini. Kami tidak ingin mundur, tapi juga tidak bisa maju. Setelah pertemuan dengan Andre di café, hubungan kami semakin hilang arah. Meski begitu, aku dan Andre masih belum menyerah. Kesabaranku sampai di batas ketika aku baru saja hendak mengistirahatkan badan di sofa. Mbak Pia tergopoh datang dari pintu luar. “Nyonya, ada tuan Fattan di depan gerbang. Boleh masuk?” “Fattan?” punggungku yang nyaris menyentuh empuknya sofa kembali menegak. “Kenapa dia datang lagi?” tanyaku entah pada siapa, karena suara yang keluar lebih mirip dengan gumaman. Wajah Mbak Pia terlihat tegang. “Katanya ingin ketemu anak-anak.” Anak-anak? Apakah Fattan akan terus menjadikan anak-anak alasan untuk datang ke rumahku. Walau tidak ada yang tahu maksud hati Fattan sebenarnya, tapi aku mengenal Fattan dengan baik. Dia bukanlah ayah yang akan senang hati meluangkan waktu
Terakhir Diperbarui : 2023-08-28 Baca selengkapnya