Share

Lamaran Tengah Malam

“Fattan, berhentilah mengatakan sesuatu yang mungkin bisa menyakiti kita berdua.” Wajahku membeku.

Aku tahu Fattan tidak pernah tulus tentang apa pun bahkan yang berhubungan dengan anak-anaknya. Pertanyaan yang baru saja dia lontarkan tidak pernah ada dalam perdiksiku. Itu sangat mengejutkan.

Kegelisahanku kian menggenang di dasar perut manakala Fattan justru memilih untuk terus memandangku. Dia berharap belas kasihan dan kelembutan? Aku tidak punya semua itu, khususnya untuk Fattan.

Setelah dia melihat tidak ada peluang, Fattan pun keluar dan berlalu. Aku menghembuskan nafas lega dan segera menutup pintu gerbang. Lalu kembali ke dalam rumah. Semua masih aman. Keculia perasaanku yang berantakan.

Setelah beberapa hari, aku dan Andre sama sekali tidak berkomunikasi. Aku pikir kami berdua butuh waktu untuk melakukan introspeksi tentang apa yang kami inginkan satu sama lain. Dan malam itu, ketika malam menanjak menuju tengah, tiba-tiba ponselku berbunyi.

“Din, kau sudah tidur?” tanya
Ans

Dear Good Reader, terima kasih untuk tetap membersamai perjalanan Adina. Author akan terus menyajikan cerita menarik sampai Adina tiba di tujuan terbaik kisahnya.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fasil R J Muda
apanya yg mnarik, terllu naif ,dan anda trlalu mni ggikan diri anda sndri, crita nya g brmutu, mnarik apanya tor tor
goodnovel comment avatar
Ambar Ekoningsih
ngga ngga ngga adina jangan diterima . lepaskan andre
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status