"Hm, sabar, tinggal menghitung hari," celetuk ibu membuat kami seketika menjauh. Aku dan Mas Pram bergeser karena malu.Perasaan ini pernah aku rasakan sewaktu Mas Dimas dulu melamar. Aku pikir dia begitu tulus mencintai, tapi kenyataannya, Mas Dimas hanya menganggap diriku ini sebagai pembantu yang harus melayaninya sewaktu dia meminta. Di hadapan orang, dia menganggapku hina seperti sampah, bahkan mungkin tidak menganggapku sama sekali.Namun, Tuhan memutar roda itu setelah lima tahun perjalanan pernikahan kami, dengan adanya kejadian kecelakaan yang menimpa bapakku, akhirnya dikirimkan lah sosok pengganti yang merupakan penolong keluarnya aku dari genggaman Mas Dimas."Kok jadi pada bengong?" Ibu bertanya sambil menghampiri kami."Maaf, Bu Anis, saya___" Mas Pram mengusap leher belakangnya."Nggak apa-apa, saya paham kok, namanya naluri, tapi tetap harus jaga ya, sampai ada ikatan pernikahan," pesan ibu."Baik, Bu. Insyaallah saya bisa jaga," jawab Mas Pram malu. Kemudian, dia agak
Last Updated : 2023-04-15 Read more