All Chapters of Naik Ranjang: Chapter 221 - Chapter 230

263 Chapters

NR - SEASON 5 (221)

POV HALWA "Apa?! Menikahiku?" Aku terkejut saat namaku tiba-tiba saja disebut. Usai acara tahlil tujuh hari meninggalnya Kak Hafsa, ruangan depan dari rumah besar ayah sudah ditinggalkan para tamu yang tadinya memenuhi. Kini hanya tertinggal keluarga dari calon besan Ayah, yakni keluarganya Mas Senopati. Ia adalah anak tertua dari Pak Rasyid dan Bu Dhiza. Di mana Pak Rasyid sendiri merupakan anak kedua dari pemilik yayasan tempatku mondok. Artinya, beliau adalah anggota dari dewan yayasan."Iya, Nak Halwa. Kami ingin kamu menikah dengan Seno. Agar rencana pernikahan yang sudah kami semua siapkan tidak batal begitu saja," papar Bu Dhiza membuat jantung ini rasanya melompat-lompat.Aku membeku di tempat hingga membiarkan Keanu bermain puzzle-nya sendirian di hadapanku. Konsentrasiku mendadak hilang."Bagaimana mungkin, Pak? Senopati menjalani ta'aruf dengan almarhumah Hafsa. Bagaimana bisa yang menikah justru Halwa?" Terdengar Bang Arsa memprotes."Begini, Nak Arsa. Kami sudah sangat i
Read more

NR - SEASON 5 (222)

"Coba kamu istikharah, Nak. Kamu minta petunjuk sama Allah atas jawaban apa yang harus kamu ambil," timpal Ayah memberi saran.Aku terdiam dengan kepala tenggelam di dada Ibu. Merasakan dekapan hangatnya tanpa bersuara."Yah, Bu. Seharusnya ayah dan Ibu menolak permintaan ini. Aku gak setuju kalau Halwa yang harus melanjutkan pernikahan ini. Keluarga Senopati, mereka gak bisa seenaknya dengan memaksakan kemauan mereka. Jangan karena Halwa menjadi salah satu murid dan sekarang jadi pengajar di sana, mereka bisa seenaknya mengatur masa depan Halwa. Aku gak setuju kalau Seno menikahi Halwa. Aku gak setuju!" Bang Arsa dengan lantangnya bersuara."Mas, kamu harus tenang. Ini kan yang diminta untuk menikah Halwa, kamu jangan emosi begini." Mba Mai nampak menenangkan suaminya yang terlihat menggebu-gebu."Tapi Halwa ini adikku, Mai. Dia adik perempuanku. Secara gak langsung, dia dan Seno akan melakukan tradisi naik ranjang yang pernah aku lakukan juga. Aku gak mau, Halwa merasakan lika-liku
Read more

NR - SEASON 5 (223)

Tiga hari berlalu."Bagaimana, Wa? Sudah kamu melakukan istikharah?" tanya Ayah setelah selesai sarapan pagi. Aku sarapan bersama Ayah dan Ibu di ruangan makan. Bang Arsa Dan Mba Mai sudah pulang ke rumahnya. Sehingga rumah ini terasa sepi tanpa suara tangis Keanu juga Arsyila.Usai sarapan, belum ada yang beranjak dari meja makan. Sehingga Ayah membuka pembicaraan dengan satu pertanyaan.Aku menunduk lalu mengangguk. "Sudah, Yah. Aku sudah istikharah seperti yang Ayah anjurkan.""Lalu bagaimana, Nak? Apa jawaban kamu?" Kali ini Ibu yang duduk di hadapanku yang bertanya.Kutarik napas dalam-dalam sebelum mengembusnya perlahan. "Abu-abu, Bu," jawabku sambil tertunduk lesu. Dan seketika terdengar helaan napas berat dari Ayah. "Kenapa kamu tidak yakin, Nak? Kenapa kamu tidak berserah saat melaksanakannya? Kamu sendiri ragu dengan ibadahmu, padahal Allah itu Maha Pemberi Petunjuk, Nak. Dia Maha Tahu, kenapa kamu ragu?" cecar Ayah seakan mengetahui apa yang telah aku lakukan.Kuhembus nap
Read more

NR - SEASON 5 (224)

Ada kaku yang menyelimuti. Hening yang terbentuk serta jarak yang tercipta. Di balik beton pembatas balkon teras mall saat ini. Aku berdiri dengan seorang lelaki. Menghadap jalanan raya yang mulai dipadati kendaraan di bawah sana. Sekitar lima puluh sentimeter, kami bertemu setelah semalam aku memintanya."Ada apa?" tanyanya dengan suara terdengar sangat lembut. Saat aku hendak menyusulnya, aku melihatnya berpakaian begitu rapi dengan kemeja kotak-kotak hitam panjang dan sarung. Padahal ini mall, entah bagaimana reaksi orang-orang melihatnya bepergian dengan mengenakan sarung begitu.Aku tak menoleh. Pandanganku lurus ke depan sejak tadi. Melihat keramaian lalu lintas yang menjadi pemandangan utama di teras mall ini."Kamu tahu 'kan kalau kakakku meninggal karena kecelakaan?" tanyaku dengan memberanikan diri menoleh padanya.Ah, tak sanggup.Untungnya dia menatap lurus ke depan. Sehingga kau bisa cepat-cepat memalingkan wajahku kembali. Selalu ada getaran dalam hati ini saat harus mel
Read more

NR - SEASON 5 (225)

Aku menangis sendirian. Wajahku tenggelam di kedua lutut yang rapat. Kuabaikan kedua kaki yang sudah kesemutan karena berjongkok sejak tadi. Tidak ada yang ingin aku lakukan sekian menangis. Menumpahkan kesakitan dalam hati karena Abidzar tidak ingin memperjuangkan hubungan kami.Dia justru dengan mudahnya melepaskan aku untuk dinikahi Mas Seno. Tanpa ada perjuangan sedikit saja dairnha terhadapku.Rasanya sulit diungkapkan.Terlalu sakit. Aku tidak menyangka Abi aja menyakitiku sedalam ini.Aku sudah mengenalnya sejak duduk di bangku sekolah madrasah Aliyah yang setara SMA negeri. Hanya mengenal sekilas dan tidak begitu dekat. Tetapi saat aku melanjutkan pendidikan untuk kuliah di perguruan tinggi yang juga berada di bawah naungan yayasan. Kami menjadi lebih saling mengenal.Terlebih ketika ada acara-acara besar di yayasan. Kami pasti akan terlibat sebagai panitia atau penyelenggara.Aku pun masih ingat, ketika tujuh tahun yang lalu, hubungan kami yang semula hanya teman mulai diwarn
Read more

NR - SEASON 5 (226)

"Kamu jahat!""Kamu tega, Bi!"Suaraku tidak lagi sekencang tadi. Hanya teriakan lirih lalu diikuti bahuku yang berguncang. Sampai kemudian aku kembali terduduk di samping Abangku.Seketika Bang Arsa merangkulku. Membawa Kepalaku mendekap di dadanya. Bang Arsa mendekapku erat. Menepuk-nepuk pundak ini dan aku tidak bisa lagi menyembunyikan rasa sakit ini.Aku gagal berpura-pura baik-baik saja di depannya. Tangisku pecah dan aku tergugu dalam dekapan Bang Arsa.Aku mengeluarkan tangis. Segala sesak yang menghimpit dalam hati aku uraikan melalui tangisan. Bang Arsa tidak berucap apapun. Tidak berusaha menghentikan tangisku melainkan mengusap lembut punggung ini. Menepuk-nepuk bahu dan mengelus lembut kepalaku. Seakan ia mengerti, bahwa yang aku butuhkan saat ini hanyalah menangis.Meski tidak pernah ada kebersamaan kami secara intim. Tapi kilasan bayangan pertemuan kami saat-saat acara besar di yayasan, berkelebat memenuhi ingatan. Mengundang gelenyar indah itu timbul dan justru terasa
Read more

NR - SEASON 5 (227)

"Kamu punya pacar?" celetuk Bang Arsa membuyarkan lamunan. Aku tergeragap karenanya. Kuusap dahi menyembunyikan kekagetan."Kamu pacaran? Kan gak boleh, kenapa malah pacaran?" Bang Arsa kembali melontarkan pertanyaan.Aku memainkan bibir. Belum tahu harus menjawab bagaimana. Dan satu hal, apa hubunganku dengan Abidzar memang layak disebut berpacaran? Entah.Aku lantas menoleh pada Bang Arsa di sebelahku. "Emm, kalau Abang pernah pacaran gak?" tanyaku yang sengaja mengalihkan pembahasan.Abangku itu memalingkan wajahnya dariku. Nampak dari samping, Bang Arsa menarik bibir bawahnya dan mengatup rapat, lantas menggelengkan kepala. "Gak pernah. Abang gak pernah pacaran selama hidup abang," jawabnya tanpa memandangku.Keningku mengernyit. "Pernah suka sama perempuan?"Terdengar decihan dari Bang Arsa yang kemudian menggeleng lagi. "Biasa aja. Gak ada perempuan yang bisa bikin abang terpesona."Kali ini aku membeliak. "Jadi ... bisa dibilang kalau Mba Mai itu cinta pertamanya Abang? Abang j
Read more

NR - SEASON 5 (228)

Pukul dua siang hari.Semua orang sudah berkumpul di ruangan depan rumah Ayah. Masing-masing sofa sudah terisi. Aku duduk diapit Ibu dan juga Ayah. Sebelah kanan, ada Bang Arsa. Mba Mai tidak ikut berkumpul, karena menjaga Keanu di halaman belakang yang ingin bermain. Sementara di depanku dan terhalang meja kaca, tentunya ada Mas Seno bersama Pak Rasyid. Bu Dhiza mengisi sofa single di sebelah kiri. Jamuan terbaik dari Ayah dan Ibu, sudah dihidangkan di atas meja."Ehm. Agar tidak mengulur waktu dan makin memperlambat. Kami ingin langsung saja pada inti pertemuan siang hari ini," ujar Pak Rasyid membuka pembicaraan. "Apa Nak Halwa sudah mempunyai jawaban atas permintaan kami tempo hari?"Aku menunduk. Menatap pada kuku jari jemariku. Tidak ada keberanian menatap para tamu yang mengisi ruangan depan saat ini.Ayah yang berada di sampingku terdengar berdehem. Tangannya terulur meraih tanganku dan menggenggamnya, membuatku menoleh dan akhirnya menatap pada Ayah yang tengah memandang pada
Read more

NR - SEASON 5 (229)

"Saya terima nikah dan kawinnya Halwa Himalaya Nayunda binti Batara Yuda dengan mas kawin dua puluh lima gram perhiasan emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!""Bagaimana para saksi?""SAHH!""Alhamdulillah.""Alhamdulilah ... Barakallahu laka ...."Aku menunduk. Akad pernikahan yang langsung diwalikan oleh Ayah terdengar lantang diucapkan Mas Seno meski aku berada di ruangan yang berbeda. Hingga doa selepas ijab qobul selesai dibacakan, barulah aku diminta keluar dari ruang make up.Aku diapit oleh Ibu dan asisten MUA yang menjadi make up artist di pernikahanku. Aku dituntun keluar dari ruang make up sampai berada satu meja dengan Mas Seno yang mengenakan tuxedo hitamnya.Ibu menuntunku sampai duduk di sampingnya. Aku hanya menunduk. Merasa kaku dan canggung.Bayangkan saja, pernikahan ini terjadi begitu cepat. Semua persiapan adalah untuk Kak Hafsa, tapi karena ia telah berpulang, jadilah aku yang menggantikan. Aku pun tidak kuasa untuk menolak. Sehingga keputusan ini yang
Read more

NR - SEASON 5 (230)

Setelah resepsi yang hampir seharian kini acara itu selesai sudah. Hari telah berganti menjadi malam. Aku sudah meninggalkan gedung pernikahan dan berada di dalam kamar pribadi di rumah Ayah. Pakaian pengantin serta heels yang membuat kaki pegal, sudah berganti dengan piyama tidur dan sandal teplek. Riasan di wajahku juga sudah bersih. Aku sudah tidak lagi menyandang gelar ratu sehari.Di dalam kamar, aku duduk termenung di kursi meja rias. Di depanku, kotak mahar pernikahan ini tersimpan. Satu set perhiasan emas dua puluh empat karat seberat dua puluh lima gram masih terbungkus rapi dalam box bening. Aku memandanginya dengan perasaan tak menentu."Kak Hafsa, seharusnya mahar ini untuk kakak. Seharusnya kakak yang menjalani malam ini. Bukan aku," gumamku dalam hati. Kugigit bibir menahan perasaan sakit mengingat kepergian saudara kembarku itu.Mahar ini memang permintaan Kak Hafsa. Total dari berat emas tersebut adalah simbol dari umur kami. Aku tidak kepikiran untuk mengganti mahar y
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
27
DMCA.com Protection Status