Semua Bab Naik Ranjang: Bab 241 - Bab 250

263 Bab

NR - SEASON 5 (241)

TOK TOK TOK!"Dek! Buka, Dek. Kamu kenapa? Kamu baik-baik aja 'kan?" tanyaku sungguh khawatir. Apa iya harus aku pecahkan pembatas kaca ini untuk dapat menerobos ke dalamnya? Kan tidak mungkin. Tapi aku juga cemas dengan Halwa di dalam sana yang entah sedang apa dan kenapa."Dek? Jangan buat mas khawatir!"TOK TOK TOK!Aku masih berusaha membujuk dan mengetuk kacanya. Sampai aku mondar-mandir karena bingung serta cemas yang bercampur. Hingga nampak Halwa mematikan kran dari showernya membuat air tidak lagi mengalir membasahi tubuhnya itu.TOK TOK TOK!"Dek! Tolong buka pintu kacanya. Kamu kenapa? Ada apa?" teriakku usai menggedor kacanya cukup keras.Halwa di dalam sana terlihat mengangkat kepalanya yang semula terbenam. Dia menoleh dan aku bisa melihat wajahnya yang pucat dengan sepasang mata kemerahan. Seperti orang lelah dan sudah bepergian jauh.Aku mengetuk kacanya kembali agar Halwa segera membukanya. Dan
Baca selengkapnya

NR - SEASON 5 (242)

Hampir satu jam aku menghabiskan waktu berendam di dalam bath tub. Aku bangkit dan membasuh tubuh dengan air shower sebelum benar-benar keluar dari kamar mandi berpintu kaca ini. Gairah yang sangat menyiksaku, perlahan akhirnya mendingin. Rudal bawahku juga sudah tidak menegang seperti tadi meski hasrat ini belum benar-benar meredup.Berbalut handuk, aku menuju lemari dan memasang pakaian tidurku. Jari jemariku keriput, putih pias seperti tak ada darah yang mengalir karena lamanya aku berendam. Menyisir rambut sebelum kemudian keluar meninggalkan kamar.Menuruni anak tangga dan bergegas ke dapur. Menyeduh kopi untuk menghangatkan tubuhku yang rasanya tidak karuan ini. Kulit tubuhku terasa dingin tapi di dalamnya, aku masih merasakan kegerahan.Cangkir porselen di atas meja bar mengepulkan asap dari kopi yang baru selesai kubuat. Dua telapak tanganku memegangi sisinya yang mengalirkan kehangatan. Setelah dirasa cukup, lantas kutuangkan kopi yang masih panas pada piring kecil yang menja
Baca selengkapnya

NR - SEASON 5 (243)

Akhirnya aku pulang kembali ke rumah. Berbicara dengan Zulfikar hanya menambah rumit pikiranku saja. Apalagi dia selalu mendesak agar aku mau menggunakan obat yang dibelinya itu.Hhh ... yang ada aku dan Halwa malah sama-sama tersiksa nanti. Tak hanya itu, ada hal yang lebih gila dari adik bontotku itu. Dia menyarankan agar aku dan Halwa bersama-sama menonton film yang dapat memancing keinginan s*ksual kami. Tidak habis pikir aku dibuatnya.Setibanya di dalam rumah, aku mengecek kembali kamar yang ditempati Halwa. Istriku itu masih terbaring di sana dengan terbungkus selimut. Sempat ragu, tetapi akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk. Mengunci pintu dan menaruh kedua kuncinya dalam saku celana.Berjalan menuju tempat tidur, lalu mengambil tempat di sisi yang kosong. Beringsut naik dengan pelan agar Halwa tidak terganggu dengan pergerakanku.Pelan-pelan aku membaringkan tubuh. Terbaring miring menghadap Halwa yang tertidur pulas sambil memeluk gulingnya.Aku hanya bisa menatapnya.
Baca selengkapnya

NR - SEASON 5 (244)

Halwa melotot menatapku.Aku tersenyum dan kian mendekatkan kemeja di tanganku padanya. Menatapnya agar segera melakukan perintahku.Halwa mendorong tanganku di depan tubuhnya. "Mas bisa pake sendiri. Gak usah manja!" sahutnya menghardik."Tapi mas meminta kamu yang memakaikannya."Halwa menggeleng. "Gak usah manja deh. Mas bukan anak TK!" sungutnya sambil membuang muka. "Masa' pakai kemeja aja harus nyuruh aku. Yang bener aja!" cicitnya menggerutu.Kuhembus napas pelan. "Ya sudah, mas gak akan pakai," jawabku kemudian berbalik badan. Berjalan menuju tempat tidur dan menaruh kemejanya di atas kasur. Aku naik ke kasur lalu membaringkan tubuh yang hanya berbalut handuk."Mana kunci pintunya, Mas? Aku mau keluar. Mau keliling yayasan sekalian nengok anak-anak Ibtida'." Halwa mengulurkan tangannya.Aku menoleh dan menggeleng. "Mas gak mau buka pintu sebelum kamu memasangkan kemejanya. Lagipula, siapa yang mengizinkan kamu ke
Baca selengkapnya

NR - SEASON 5 (245)

Aku masih merasainya. Merasakan hal yang baru pertama kali aku dapatkan. Meski hanya saling menempel, tapi efeknya luar biasa. Kupu-kupu berterbangan memenuhi hati dan perutku. Menimbulkan gelenyar indah yang baru kali ini kurasakan.Aku bukan pencium handal. Ini saja adalah ciuman pertamaku. Sehingga sekujur tubuh Rasanya membeku dan aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Hingga dorongan kerasa terasa di dada. Seketika mata ini terbuka seiring tubuh yang mundur.Pelukanku di pinggang Halwa terlepas. Namun aku masih berdiri di hadapannya. Napasku berderu tak teratur sedangkan Halwa menatapku nyalang."Mas jangan selalu mencari-cari kesempatan!" hardiknya dengan jari telunjuk mengarah di depanku.Satu alisku terangkat. Kutatap lekat Halwa yang nampak menahan gejolak kemarahan. Aku melangkah maju, mengikis jarak kembali dengannya. Kutepis kasar jari telunjuknya yang berada tepat di depan wajahku itu.Brukkk!Kedua tanganku mendarat p
Baca selengkapnya

NR - SEASON 5 (246)

Matahari sudah meninggi. Bertahta di puncaknya pada siang hari yang cerah ini. Namun sayang, cuaca tidak seindah hatiku.Jam istirahat siang, usai shalat Dhuhur berjamaah. Aku kembali mengisi ruangan khusus sebagai kepala sekolah di tingkatan Tsanawi. Duduk di kursi eksekutif sambil bertopang dagu. Menghadap pada layar laptop yang menyala serta ditemani seporsi siomay untuk mengganjal perut. Harusnya aku pulang ke rumah. Beristirahat sembari makan siang di sana. Tapi rasanya aku tak semangat untuk pulang.TOK TOK TOK!Ketukan pada pintu membuatku mendongak. Zulfikar ada di ambang pintu yang memang dibiarkan terbuka. Adik bontotku itu masuk dan berjalan mendekat ke arah mejaku."Mas, kebetulan mas belum pulang. Ini ada beberapa berkas yang harus ditandatangan. Terus juga ada pengajuan beasiswa dari Abidzar ke Kairo, Mas."Aku manggut-manggut menerima penjelasannya. Mendekatkan beberapa map berisi berkas yang dibawa Zulfikar. Menyiapkan bol
Baca selengkapnya

NR - SEASON 5 (247)

Aku masih memperhatikan Abidzar. Penglihatanku tidak salah. Ia memang sedang menatap pada Halwa yang berada di sebrangnya. Tapi, kenapa?Kenapa Abidzar menatap Halwa sedemikian rupa? Apa yang dia lihat dari perempuan yang berstatus istriku itu, tetapi tidak bisa kusentuh bahkan kumiliki.Aku makin tidak mengerti, ketika bibir tipis Abidzar melengkungkan senyum saat netranya masih menatap pada Halwa.Ada apa ini?Apa diam-diam Abidzar memiliki perasaan pada Halwa?Aku mendecih dalam hati.Mikir apa sih aku ini? Abidzar tidak mungkin untuk selancang itu. Tidak, tidak. Aku tahu anak itu. Kurasa, dia hanya kagum karena malam ini Halwa memang terlihat lebih cantik. Dan aku sebagai suami, hanya bisa merutuk karena tidak meminta Halwa memakai niqob penutup wajahnya. Seharusnya aku mampu meminta Halwa untuk bercadar, tapi aku sudah kalah lebih dulu. Aku menyerahkan apa saja yang ingin Halwa lakukan. Aku ... tidak peduli lagi. Ampuni aku, Ya Allah. Jika ini berdosa, maka mohon ampuni aku. Aku
Baca selengkapnya

NR - SEASON 5 (248)

Akhirnya aku tiba di rumah sakit. Menemui Ummi dan Fikar yang katanya ada di ruang rawat Teratai."Akhirnya Mas Seno dateng juga." Fikar menyambut kedatanganku."Kamu ke mana aja sih? Kok ga ada di rumah? Kenapa Nak Halwa kamu tinggalin sendirian di rumah? Sampai dia jatuh dari tangga dan kamu gak ada!" cecar Ummi yang entah harus seperti apa aku menjawabnya."Tenang dulu, Mi. Mas Seno baru aja dateng udah Ummi cecar begitu. Kasian Mas Seno pasti masih capek. Ayok Mas duduk dulu," tukas Fikar menuntunku hingga akhirnya terduduk di sebuah kursi tunggu.Terdengar hembusan napas berat dari Ummi yang menyusul duduk di sebelahku. Pun dengan Fikar. Hingga posisiku kini berada di tengah-tengah mereka."Sekarang bilang sama ummi, kamu dari mana aja?" tanya Ummi lagi."Aku ... ada urusan sebentar di luar, Mi," jawabku kemudian."Urusan apa sih? Kata adikmu, kamu ada di pacuan kuda? Kamu berkuda malam-malam begini? Terus istrimu k
Baca selengkapnya

NR - SEASON 5 (249)

"Awwwhh!"Aku mendongak. Terlihat Halwa seperti menyesap ujung jarinya setelah sebelumnya aku dengar ia meringis. Akhirnya aku melangkah, hingga berdiri cukup dekat di belakangnya. Benar saja, kulihat jari tangan itu terluka."Aghh," ringis Halwa lagi sambil mengibaskan tangannya. Kemudian ia ulurkan kembali tangannya ke arah pecahan piring yang masih berantakan itu."Stop!" seruku dan berhasil menghentikan gerakan tangan Halwa.Perempuan itu memutar kepalanya hingga menoleh dan mendongak padaku yang menjulang berdiri di belakangnya. Sejenak pandangan kami bertemu sebelum dengan cepat aku membuang muka."Biar aku yang bereskan. Kamu obati saja jari yang terluka!" titahku tanpa melihatnya."Gak papa. Aku bisa kok, cuma agak lambat aja," sahutnya."Bangun! Aku gak peduli kok jari kamu itu luka. Aku cuma gak suka, ruang makanku berantakan seperti ini. Aku gak yakin kamu bisa bereskan ini semua. Sekarang mending kamu ke luar dari sini. Aku mau bereskan semua ini!" tegasku yang masih meman
Baca selengkapnya

NR - SEASON 5 (250)

Setelah berada di dapur, lekas aku mencuci piring serta gelas yang tadi digunakan. Sehingga tidak ada perabot kotor yang mengisi bak wastafel. Usai mengeringkan tangan, aku bergegas ke luar dari dapur. Terdengar derap langkah di anak tangga, dan ternyata Halwa yang tengah naik ke lantai atas.Aku meneruskan langkah, hingga tiba di kamar lalu masuk. Menutup pintunya dan kubawa tubuh ini berbaring di atas kasur. Berbaring terlentang dengan pandangan menatap langit-langit kamar. Tiba-tiba pikiranku teringat akan kejadian barusan.Di mana aku menyuapi Halwa makan malam. Aku mengingatnya, tapi semua terasa hambar. Sebelumnya, hanya bisa dekat lalu menyentuh Halwa saja, aku sudah merasa sangat bahagia. Kini, rasa itu seakan menguap dan lenyap begitu saja. Mungkin, terlalu pahit penolakannya terhadapku, terlalu hebat ia mematahkan harapanku.Kuhembus napas kasar lalu mencoba memejamkan mata untuk beralih ke alam mimpi.🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Usai shalat Subuh, aku sudah mengisi meja makan dan hanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status