All Chapters of Naik Ranjang: Chapter 231 - Chapter 240

263 Chapters

NR - SEASON 5 (231)

POV SENOPATI~Halwa menatapku tak berkedip. Seiring dengan langkah kakiku yang telah berada di samping tempat tidur. Pelan-pelan sekali aku menurunkan Halwa yang sebelumnya berada dalam gendongan. Memindahkan tubuhnya hingga baring di atas kasur.Tubuhku masih membungkuk dengan pandangan mata kami yang masih saling mengunci. Tangan Halwa bahkan masih melingkar di leherku.Jangan dikira aku baik-baik saja. Hatiku kebat-kebit dan lebih dari sekedar tersengat aliran listrik. Seluruh bulu roma di tubuhku rasanya berdiri akibat sedekat ini dengan lawan jenis. Namun tidak perlu khawatir, karena kedekatan ini adalah halal. Seumur hidup hingga usiaku menginjak tiga puluh lima tahun, dan dipaksa untuk segera menikah, baru kali ini aku menyentuh lawan jenis.Jangan dikira juga aku berani sampai merengkuh Halwa seperti tadi. Aku hanya mencoba menghapus jarak yang mungkin tercipta setelah pernikahan ini. Aku tidak mau hubungan yang telah halal ini justru menjadi dingin karena aku mengabaikan pas
Read more

NR - SEASON 5 (232)

"Dek Halwa?" seruku pelan memanggilnya selembut mungkin. Berharap hatinya tergugah dan ia akan kembali memutar posisinya.Namun hening. Tidak ada respon bahkan hanya sebuah sahutan kecil darinya. Aku mengulurkan tangan sampai berhasil menyentuh pundaknya yang tertutup selimut."Jangan melewati batas! Atau aku akan pindah tempat tidur!" Bagai terkena ultimatum, aku dengan cepat menarik tanganku yang memang sudah melewati guling.Akhirnya aku menyimpan tanganku rapat di depan tubuh. Menatap nanar pada kunciran rambut Halwa yang menjadi pemandangan saat ini. Ada kecewa yang menyusup sangat dalam di hati ini.Bagaimana bisa Halwa yang merupakan murid di pondok membiarkanku sebagai suaminya, terhempas dalam harapan seperti ini? Padahal dia pasti tahu, adab dan kewajibannya sebagai seorang istri itu seperti apa. Aku paham jika semua ini terjadi begitu cepat. Aku pun mengerti, bahwa kami tidak lah begitu saling mengenal sebelum ini. Tapi maksudku, kenapa tidak kita sama-sama berjalan pelan-p
Read more

NR - SEASON 5 (233)

"HWAAAAAA! AYAH TOLONG! ADA ORANG ASING!"Halwa berteriak sambil memundurkan tubuhnya dariku. Sontak aku melotot padanya. Memandangnya penuh keheranan. Teriakannya tadi sangatlah kencang. Telingaku bahkan sampai sakit mendengarnya."Mas?" seru Halwa dengan wajah seperti terkejut. Ia melihatku tak kalah melototnya. Pun denganku yang masih melotot padanya.TOK TOK TOK!"Halwa? Kamu kenapa? Nak Seno? Kalian baik-baik aja?"Aku bangkit dan menoleh cepat pada pintu yang diketuk dan suara ayah mertua terdengar di baliknya. Aku hendak turun untuk membuka pintu dan bicara dengan Ayah Mertua, tetapi urung. Aku memilih tetap berdiam dan duduk di tempatku."E—e—kami baik-baik aja, Yah! Kami ... gak papa!" Terpaksa aku berteriak menjawab pertanyaan Ayah Mertua."Ya sudah kalau tidak apa-apa. Ayah kembali ke kamar ayah," sahut Ayah Mertua kemudian.Keadaan seketika hening. Sepertinya Ayah Mertua sudah pergi dari depan kamar ini. Aku masih terduduk di tempatku. Masih kebingungan sampai perlahan aku
Read more

NR - SEASON 5 (234)

Langit belum terang sempurna. Udara dingin masih dingin dengan kabut menyelimuti. Aku bersama Ayah Mertua baru saja kembali ke rumah setelah melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid komplek."Nak Seno, kita sarapan pagi dulu. Ayok, Nak," ajak Ayah Mertua saat kami baru saja melewati ruangan tengah. Aku bermaksud ke kamar yang semalam aku tempati bersama Halwa."Ajak Halwa juga. Kita sarapan sama-sama," sambung Ayah Mertua kembali.Aku hanya mengangguk seraya tersenyum. Ayah Mertua lantas melanjutkan langkahnya menuju ruangan makan. Sementara aku menuju kamar Halwa. Menekan hendel hingga pintunya terbuka."Astaghfirullah!" Halwa yang sedang duduk di depan cermin rias beristighfar dengan nada kaget. Aku lantas masuk dan menutup pintu kamar. Tidak mengerti kenapa Halwa begitu kaget, seperti aku ini penampakan saja. Tempat tidur yang semalam kami tempati pun sudah rapi.Aku berjalan mendekat ke arah meja rias di mana Halwa terlihat sedan
Read more

NR - SEASON 5 (235)

"Kalau kamu gak mau. Biar mas yang berikan," lanjutku dengan wajah yang nyaris tak berjarak.Dia diam saja dengan bibir yang dirapatkan."Pilihannya hanya dua, kamu yang mencium atau kamu yang dicium!" sambungku yang masih menunggu jawabannya. Namun Halwa belum memberi respon selain gelengan kepala."Kamu menolak? Kamu ingkar janji!" tukasku mengingatkannya.Aku membawa tanganku menyentuh ujung dagu Halwa. Mengangkatnya hingga wajah cantik Halwa yang semula menunduk turut terangkat. Dan membuat kami saling beradu tatap. Satu alisku terangkat menagih jawabannya."Kamu diam, berarti Mas yang mencium kamu!" ucapku cepat. Halwa terlihat panik, mulutnya terbuka dan ia menggeleng berulang kali."Kamu masih mau mengelak kalau video itu editan, hmm? Kamu pikir, Mas kekurangan pekerjaan sampai harus mengedit-edit video seperti itu, iya?" cecarku pada Halwa yang masih hanya diam.Kuhembus napas kasar karena Halwa diam saja, berbeda dengan saat tadi yang terus nyerocos dan merepet. Bahkan menanta
Read more

NR - SEASON 5 (236)

Aku menoleh pada sang pelaku di mana Halwa tengah menatapku sengit. Dia melotot dan keningku mengernyit. Apa yang salah dengan jawabanku? Aku memang membangun satu rumah impian di tanah kosong samping Madrasah Tsanawi. Tingkatan sekolah yang berada di bawah kepemimpinanku sebagai kepala Madrasahnya. Rumah yang memang sudah selesai dibangun dan isinya sudah lengkap."Wah, Alhamdulillah. Ibu ikut senang kalau memang waktunya cepat," tukas Ibu Mertua. "Kalau begitu, kamu harus segera berkemas, Wa."Seketika Halwa memutus tatapannya dan bahunya terkulai lesu. Kakinya pun sudah diangkat dari atas kakiku. "Bu ... Ibu gak senang ya aku tinggal di sini?" Suaranya terdengar merajuk."Karena sekarang kamu sudah menikah, Wa. Kamu sudah memiliki suami yang wajib kamu patuhi dan taati. Kamu sudah menjadi seorang istri, tanggung jawab kami sebagai orang tua, sudah berpindah pada suami kamu. Dan kami tidak berhak lagi menahan kamu. Ayah yakin kamu lebih paham soal ini,"
Read more

NR - SEASON 5 (237)

Hari kembali berganti dan keperjakaanku masih tersegel. Jangankan melepas keperjakaan, mendapatkan morning kiss saja tidak kesampaian. Halwa selalu mencari celah untuk menghindar. Sampai pagi hari ini, ketika jarum pendek pada arloji di tanganku menunjuk di angka enam. Aku sudah bersiap untuk meluncur ke stasiun.Aku memindahkan tas berisi pakaian dan perlengkapan Halwa ke bagasi mobil. Semuanya kulakukan sendiri dan entah ke mana perempuan itu. Beberapa kado masih bisa dibawa, sementara sisa kado yang masih tertinggal kemungkinan akan diangkut menyusul nanti."Ya ampun, dari tadi dicariin tahunya udah duduk duluan di sini," seruku saat mendapati Halwa ternyata sudah mengisi di bangku belakang.Perempuan berstatus istriku itu terdengar hanya mendengkus tanpa menyahut ucapanku. Aku lantas masuk dan turut duduk di sebelah Halwa. Perempuan dengan gamis merah marun dan kerudung pashmina itu membuang muka ke arah kaca mobil yang sudah dibuka.Tak lama
Read more

NR - SEASON 5 (238)

Aku memegangi pipi karena sentuhan tersebut. Perlahan aku menengok hingga kepala tertoleh ke samping. Halwa terlihat santai, duduk menopang pipinya. Sesaat pandangan kami beradu. Aku menatapnya intens."Kenapa?" tanya Halwa dengan nada ketus.Aku menggeleng pelan. "Kamu yang sudah cium barusan?"Terdengar Halwa menyentak napasnya. "Ada orang lain yang duduk di bangku ini?""Jadi beneran kamu?""Terpaksa!"Aku tersenyum simpul. "Kalau kamu mau mengulang lagi, silahkan. Mas siap!"Halwa mendecih. "Enggaklah! Cukup!" ketusnya menyahut sambil membuang wajah.Aku hanya bisa tersenyum karenanya. Kuarahkan kembali kepala hingga menoleh pada kaca jendela dengan tangan tetap memegangi pipi. Walau hanya sekilas tapi rasanya membuat hati ini dipenuhi kupu-kupu. Karena selain Ummi, aku tidak pernah dicium siapapun lagi. Sehingga rasanya lain dan membekas.Aku kembali menoleh untuk melihat Halwa. Dia terlihat menyan
Read more

NR - SEASON 5 (239)

Halwa bergidik ngeri. Berulangkali ia menggelengkan kepalanya kemudian membuang muka. Ia berjalan pada pintu putih di samping kaca besar transparan itu. Halwa membuka pintunya dan masuk ke sana. Entah apa yang dia cari, karena di balik pintu tersebut hanyalah tempat untuk buang air kecil dan besar. Hanya ada closet dan ruangannya pun tidak terlalu besar. Tidak ada capstok atau perlengkapan mandi. Semua kebutuhan untuk mandi, tersedia di tempat dengan pembatas kaca.Halwa sudah keluar dengan wajah menekuk. Tas slempang yang semula terpasang di pundaknya, kini ia jinjing. Sungguh, wajahnya terlihat lesu dan kesal. Sementara aku, tertawa kecil melihatnya.Halwa menatapku dengan bibirnya yang merengut. Mendelik tajam seperti ingin menerkam. Dia berjalan mendekat ke arah kasur. Aku menyentak napas dan hanya tersenyum miring tertuju padanya."Apa Mas udah gi la?" tanya Halwa dengan penuh penekanan.Aku menggeleng. "Kalau gila, mas gak mungkin bisa menik
Read more

NR - SEASON 5 (240)

Hari hampir sore dan aku masih terkurung di dalam kamar. Sudah sekitar empat jam aku dikurung dan Halwa tak kunjung kembali. Kunci kamar ini dua-duanya dibawa Halwa karena masih berada dalam satu gantungan. Sehingga aku tidak memegang cadangannya. Aku hanya terdiam di ujung tempat tidur saat ini. Waktu sudah ashar, dan aku sudah shalat tadi, khawatir jika Halwa tak kembali cepat-cepat sehingga aku sembahyang di dalam kamar.Kuhembus napas kasar. "Halwa ke mana?" tanyaku sambil bertopang dagu. Aku sudah berbaring. Berguling-guling di atas tempat tidur, tapi Halwa masih belum juga datang.Aku sudah mencoba menghubungi nomornya. Sayangnya, dia tidak membawa ponsel. Karena benda pipihnya itu ada di dalam tas slempangnya, di mana untuk membuka layarnya diperlukan sandi yang sama sekali tidak aku ketahui."Sebentar lagi masuk magrib. Aku masih dikurung di sini? Astaghfirullah ...." Aku mendesah sambil mengusap wajah kasar.Masa' iya aku harus mencongkel
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status