"Mas!"Aku tersentak kaget. Sontak mata ini terbuka dan buru-buru melemparkan apa yang saat ini berada di tangan. Berbalik badan dan ternyata Zulfikar ada di ambang pintu penghubung antara dapur dengan laundry room."Lagi apa di sini, Mas?" tanyanya yang masih berdiri di depan sana."E—ini ... mas lagi ngecek pakaian kotor," jawabku sesantai mungkin. Seutas senyum coba kupamerkan agar Zulfikar tidak mengetahui kegugupanku.Duh, rasanya seperti pencuri saja aku ini.Adikku itu nampak manggut-manggut. "Owh, kirain lagi apa.""E ... ada apa, Fik?" tanyaku sambil membawa langkah mendekat ke arahnya."Enggak, Mas. Cuma disuruh Ummi nganterin sambal goreng, tadi katanya Ummi lupa. Itu udah aku simpan di meja makan wadah sambalnya ya, Mas," jelas adikku itu."Ya ampun, makasih tapi padahal gak perlu repot-repot, Fik," jawabku merasa sungkan."Enggak repot, Mas. Cuma nganter sambal aja. Ummi juga titip pesan,"
Read more