All Chapters of Naik Ranjang: Chapter 251 - Chapter 260

263 Chapters

NR -SEASON 5 (251)

"T—tapi, Mi, kenapa gak Ummi aja yang bantuin Halwa? Kalian kan' sama-sama perempuan."Ummi terdengar mendecak. "Kamu gimana sih, ya kamu lah suaminya yang bantuin, kalau sama Ummi meskipun sama-sama perempuan pasti Halwa malu. Beda kalau kamu yang bantu.""E—tapi, Mi—""Udah ah sana masuk, jangan tapi-tapian aja. Sana cepet, kasian istri kamu pasti udah gak nyaman!"Brukkk!Ummi mendorongku sampai masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya dengan cepat juga keras. Aku melongo menatap daun pintu dari kayu jati solid yang kini telah tertutup rapat. Kedua bahuku terkulai lemas."Hhh ... apalagi ini?" Aku meraup wajah kasar seraya membuang napas.Seharusnya Ummi saja yang membantu Halwa untuk mandi, bukan aku, tapi ... kalau aku memberitahu alasan dan kondisi rumah tanggaku dengan Halwa yang baru seumur jagung ini, aku yakin Ummi pasti akan sangat kecewa. Tidak mungkin aku pun mengungkapkan semuanya pada Ummi. Anak lelaki te
Read more

NR - SEASON 5 (252)

Aku menelan ludah. Hati ini memang terasa mati, tapi penglihatan ini masih berfungsi baik. Aku menunduk mengalihkan pandangan ke lantai.Argh.Seharusnya memang Ummi yang mengurusi Halwa, bukan aku.Aku mengusap tengkuk leher lalu menggaruknya meski tidak gatal. Aku sendiri bingung harus apalagi. Jiwa lelakiku rasanya meronta dengan pemandangan yang disuguhkan pertama kali di depan mataku.Kuhirup napas dalam-dalam, mencoba tenang dan menguasai diri. Aku juga memejamkan mata sampai kata-kata tajam dan menyakitkan dari Halwa padaku tempo hari melintas dan mengingatkanku. Bahwa perempuan berstatus istri sahku itu, sudah menolakku mentah-mentah. Dia tidak menginginkanku sebagai suami. Tapi hari ini, aku dituntut mengurusnya yang sedang sakit demi Ummi dan menutupi keadaan rumah tanggaku yang sebenarnya.Baiklah.Aku membuang napas kasar. Menatap Halwa yang masih berdiri membelakangiku. Punggung serta pundak putihnya nampak mengkilap
Read more

NR - SEASON 5 (253)

"Mas!"Aku tersentak kaget. Sontak mata ini terbuka dan buru-buru melemparkan apa yang saat ini berada di tangan. Berbalik badan dan ternyata Zulfikar ada di ambang pintu penghubung antara dapur dengan laundry room."Lagi apa di sini, Mas?" tanyanya yang masih berdiri di depan sana."E—ini ... mas lagi ngecek pakaian kotor," jawabku sesantai mungkin. Seutas senyum coba kupamerkan agar Zulfikar tidak mengetahui kegugupanku.Duh, rasanya seperti pencuri saja aku ini.Adikku itu nampak manggut-manggut. "Owh, kirain lagi apa.""E ... ada apa, Fik?" tanyaku sambil membawa langkah mendekat ke arahnya."Enggak, Mas. Cuma disuruh Ummi nganterin sambal goreng, tadi katanya Ummi lupa. Itu udah aku simpan di meja makan wadah sambalnya ya, Mas," jelas adikku itu."Ya ampun, makasih tapi padahal gak perlu repot-repot, Fik," jawabku merasa sungkan."Enggak repot, Mas. Cuma nganter sambal aja. Ummi juga titip pesan,"
Read more

NR - SEASON 5 (254)

Bergerak sedikit lagi saja, maka aku bisa menyentuh bibirnya. Namun aku secepatnya sadar dan memalingkan wajah. Bergerak lebih cepat memasang kancing dari gamis yang sudah dipakai Halwa hingga bagia paling bawah. Lekas aku mundur. Tidak ingin lebih lama terjebak dalam keadaan yang membuatku sakit dan juga bingung.Kuambil handuk yang basah lalu menjemurnya lagi pada besi yang tersedia dalam kamar ini. Halwa terlihat kesusahan melepaskan handuk hanya dengan satu tangan di kepalanya. Tanpa disuruh lagi, aku berdiri di belakangnya dan mengambil alih apa yang sedang Halwa lakukan. Tanganku kami sempat saling menyentuh, hingga akhirnya hanya tanganku yang mengurus handuk di kepalanya ini.Setelah terlepas, aku gunakan handuk kecil ini menggosok pelan rambut Halwa yang masih basah."Duduk di sana, biar aku keringkan dengan hairdryer," titahku menunjuk meja rias bercat putih bercermin oval.Halwa manut. Dia mengangguk kemudian berjalan ke arah meja rias
Read more

NR - SEASON 5 BAB 255

*“Ada remahan makanan di sini, Mas. Sekarang sudah bersih,” ucap Halwa sambil mengusap bawah bibirku. Jari tangannya masih bertengger di wajahku. Refleks wajahku tertarik ke belakang. Tanganku tergerak merraih jari jemarinya itu dan menurunkannya dari wajah ini.“lain kali kamu bisa memberitahu. Aku yang akan membersihkannya sendiri,” sahutku kemudian melangkah melewatinya.Aku melangkah tanpa mempedulikan lagi Halwa yang tertinggal di sana. Kakiku terus melangkah dan berjalan sampai keluar meninggalkan ruangan makan. Di mana akhirnya aku menghempaskan bobotku di sofa ruangan baca. Mengambi sebuah buku novel yang ada pada rak kecil di samping sofa ini. Tugas mengurusi Halwa untuk mandi dan sarapan sudah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan ke madrasah, jadi lebih baik aku menghabiskan waktu di ruangan baca ini saja.Namun baru saja sampai pada lembar halaman ke tiga dari buku novel di tanganku, suara derap langkah menyapa indera pendengaran. Kepalaku terangkat seiring dengan derap y
Read more

NR - SEASON 5 (256)

256.Aku memijat kening dengan kepala agak menunduk. Mengumpulkan segenap kesadaran dalam diri. Meraup wajahku, menyugar rambut samil mengembus napas kasar. Membuka mata lebar-lebar dan ternyata semua ini bukan mimpi. Aku sama sekali tidak sedang bermimpi. Halwa benar-benar mengajakku untuk shalat dhuha berjamaah.“Bisa kamu ulangi?” ucapku hanya ingin memastikanjika ini bukanlah mimpi. Barangkali pendengaranku yang bermasalah.Terdengar helaan napas berat dari Halwa. “Kita berjamaah shalat dhuha di kamar, Mas.”Aku terdiam menatapnya.“Kamu mengigau?” tanyaku cepat,Halwa menggeleng pelan. “Aku gak lagi tidur, Mas. Jadi gak mungkin aku ngigau. Aku sadar. 100 persen!” tukasnya dengan yakin.Lagi-lagi aku melongo dibuatnya.Halwa memandangku samapi aku mengerjap dan memaligkan wajah. “ya sudah, kalau kamu mau kita berjamaah—““Aku tunggu di atas ya, Mas!” Halwa berucap cepat memotong perkataanku.“E—“ Ucapanku menggantung di udara. Halwa telah lebih dulu melangkah. Menjauh dari tempatk
Read more

NR - SEASON 5 (257)

257.Aku membisu.Kupandangi paras cantik perempuan di hadapanku ini. Memandangnya tak mengerti sama sekali. Begitu juga dengannya yang menatapku. Pendar mata itu kini lain. Tidak ada binar keangkuhan di sana. Melainkan tatap sayu dan raut memelas yang kulihat. Tidak ada jejak kesombongan serta kebencian yang sebelumnya selalu tegas ia tunjukkan.Genggamannya di tanganku terasa lebih erat. Membuatku akhirnya tersadar dan aku menarik tanganku hingga terlepas dari pegangannya.“Mas?”Aku menggeleng cepat. “Mau kamu ini sebenarnya apa?” tanyaku sambil menatapnya sengit.“M— mas?”Aku menepis tanganku ketika Halwa mencoba meraihnya lagi. “Di saat aku menaruh harapan besar pada pernikahan kita. Di saat aku mencoba membuka hati dan siap untuk memulai jalannya rumah tangga ini, kamu mematahkan hatiku begitu hebat. Kamu menjatuhkanku tanpa ampun hingga hati ini remuk. Kamu menolakku seakan aku ini adalah lelaki yang buruk dan tidak pantas dicintai. Kamu bukan hanya membuatku kecewa, tapi kam
Read more

NR - SEASON 5 (258)

258.Detik dari jarum jam duduk di atas nakas terus terdengar. Menemani malamku yang berlalu tanpa bisa tidur. Sejak masuk kamar dan memutuskan untuk membawa tubuh ini rebah di atas kasur, aku sama sekali belum dapat tidur. Entah sudah berapa kali aku berguling ke kana juga kiri. Tengkurap lalu terlentang lagi. Menutup wajah dengan bnatal. Membaca wirid tapi tetap sama. Aku tak dapat tidur. Aku masih terjaga. Entah kenapa, tapi satu yang terasa mengganggu malamku ialah Halwa dan pembicaraan kami tadi. Wajah cantik yang tak lagi dipenuhi keangkuhan itu tertus membayang di pelupuk mata. Juga pelukannya yang tiba-tiba ia lakukan padaku. Semua terasaa membekas dan menari-nari dalam ingatan.“Fiuhh …’’ Aku mendesah seraya memutar badan hingga terlentang. Menatap langit-lagit kamar dengan perasaan entah.Terdiam sesaat sebelum kemudian tangan ini terulur meraih jam di atas nakas. “Jam dua malam, tapi aku masih gak ngantuk,” gumamku lirih. Kuhembus napas kasar dan akhirnya menyibak selimut.
Read more

NR - SEASON 5 (259)

259.Zulfikar mendengkus. “Mas Seno kenapa kayak kaget gitu, sih? Masa’ istrinya pergi ke rumah orang tuanya Mas gak tahu?”Aku menggeleng menanggapi keheranan dari adikku itu, “Mas gak tahu, Fik.”“Emangnya Mas ke mana? Mas gak tidur di rumah? Mas biarin Mba Halwa sendirian di rumah?”Aku menggeleng pelan. “Gak gitu, Mas Cuma ketiduran di masjid.”“Ya ampun … Mas. Bisa-bisanya malah ketiduran di masjid dan gak tahu istrinya pulang ke rumah orang tuanya.”Aku merasa gusar. Benar-benar tidak menyangka jika Halwa akan pergi ke rumah orang tuanya. Hatiku mendadak tidak enak. “Tolong sekarang kamu telfon Abi atau Ummi, Fik,” pintaku pada adik bontotku tersebut.“Mau ngapain, Mas?”“Ya bilang sama Abi, kalau Mas mau ikut.“Mas tinggal nyusul aja nanti. Mas belum siap-siap juga!”Aku mendesah. Aku lantas menjelaskan pada Fikar apa yang sednag terjadi.
Read more

NR - SEASON 5 (260)

260#Aku membawa kepala Halwa tenggelam di dada. Tidak peduli di jalanan umum, aku masih tetap mendekapnya erat. Kubelai lembut kepalanya yang tertutup kerudung instan. Wajahku tenggelam, menciumi puncak kepalanya. Entah keberanian darimana, entah bagaimana bisa aku melakukan semua, mendekapnya erat dan tanpa ragu seperti saat ini.“Jangan pergi …,” ucapku lirih tanpa berhenti mengecup puncak kepalanya. Terasa dekapan tangan Halwa kian erat di pinggang.“Aku sudah mengecewakan kamu, Mas. Aku bukan perempuan yang baik. Aku rasanya tidak pantas menjadi pendamping pria setulus dan sebaik kamu,” sahutnya membuatku menggeleng.“Gak ada yang bilang seperti itu. Abi dan Ummi tidak akan membiarkanku menikahi perempuan yang salah,” jawabku tanpa melepaskan dekapan.“Ehhem, ehhem. Jadi gimana nih? Mau peluk-pelukan terus di sini gitu?” Suara Abi membuat Halwa menarik diri dari dekapanku. Sementara aku membalik badan hingga berhadapan deng
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status