"Nak, kamu di sini?" Ibu Hilma nampak beranjak dari sisi Ayah dan melihat ke arahku. Sementara Ayah, hanya memalingkan wajahnya hingga dapat melihatku saat ini."Ada apa, Nak? Apa yang kamu jatuhkan ke lantai?" Ibu Hilma sudah berada di dekatku dan memunguti kresek yang terlepas dari tangan."B-bu ... i-itu ... berita kecelakaan?" ucapku tersendat."Iya, Nak. Kasihan sekali, korbannya perempuan sama anak bayi," sahut Ibu Hilma diikuti gelengan kepala tak percaya."I-itu ... perempuan itu ... korban kecelakaan itu, M-Maira, Bu!" ucapku tersendat.Tubuhku gemetar. Ayah yang sedari tadi masih duduk pun nampak berdiri setelah mendengar ucapanku."Apa? Kamu bilang apa?" Ayah nyaris berteriak. Kini dia sudah ada di hadapanku. Pun dengan Ibu Hilma."Iya, kamu bilang apa, Nak? Mana mungkin itu Maira?" bantah Ibu Hilma tak percaya.Aku mengangguk lemas. "Baju tadi, Bu, Yah. Baju di balik koran penutupnya. Sama persis dengan kain baju yang dipakai Maira tadi pagi," jelasku gemetaran."Jangan m
Read more