Malam datang menyapa. Aruna masih berada di toko, menunggu Dzaki menjemputnya. Tentu dengan Abizar juga. "Bibi, sebaiknya cepat pulang. Anak Bibi pasti menunggu," kata Aruna melihat Bi Marni masih bekerja pukul delapan malam.Bi Marni tak enak hati. "Jam kerjanya belum selesai, Neng. Insya Allah, anak Bibi pasti paham."Aruna bukan bos kejam yang memilih menahan seorang Ibu tunggal yang sangat dibutuhkan oleh anak-anaknya. "Toko sebentar lagi tutup, Bi. Aku urus sisanya, jadi Bibi bisa langsung pulang saja.""Bibi, malu, Neng. Perjanjiannya bekerja sampai pukul sembilan malam, tapi setiap hari Bibi pulang jam delapan. Gaji yang Neng kasih justru lebih dari perjanjian." Bi Marni menunduk sambil memegang lap.Aruna mendekat, merangkul Bi Mirna. "Aku ini juga seorang Ibu, Bi. Bagaimana mungkin Ibu tega meninggalkan anak kecil terlalu malam, walau itu di sodara. Jangan sungkan."Bi Mirna tersentuh. "Terima kasih, Neng. Semoga kebaikan Neng ini Allah ganti dengan kebahagian sepanjang hidu
Baca selengkapnya