Share

Menunggu Pesan

Penulis: Ciety Ameyzha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-08 11:22:26

Dzaki sendiri baru sampai di kota tujuan sekitar pukul sembilan pagi. Ia kemudian bergegas check in ke hotel dan beristirahat sejenak. Mengecek ponsel sembari berbaring adalah hal yang dilakukan Dzaki saat ini. Belum ada pesan apa pun dari Aruna. Mungkin wanita itu memang sangat sibuk.

"Padahal aku baru saja sampai, tapi rasanya sudah rindu. Wanita ini memang punya daya tarik yang bagus," gumam Dzaki seraya mulai memejamkan mata.

Ada pertemuan dengan seorang penulis sekitar pukul sebelas siang. Sebaiknya Dzaki beristirahat sambil menunggu pesan cinta dari Aruna. Berdebar? Tentu saja. Sebagai pasangan suami istri pastinya sangat menanti momentum ini. Untuk pertama kalinya dipisahkan oleh jarak dan waktu, cukup sulit untuk Dzaki beradaptasi.

Waktu terus berlalu sampai akhirnya Dzaki terbangun di pukul setengah sebelas siang. Lelaki itu bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap. Menurut penuturan timnya yang berada di kota ini, penulis tersebut meyakinkan diri untuk menerbitkan buku di pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Pihak Kepolisian

    Abizar sadar, walaupun mengeluh kepalanya lumayan sakit. Dokter langsung melakukan penangan lebih cepat dan memutuskan untuk Abizar harus dirawat lebih lama. Aruna tak masalah. Bahkan wanita itu menghubungi Bi Mirna untuk menutup toko dan libur beberapa hari. Siang ini setelah salat Dzuhur dan Naufal sendiri masih ada di bersamanya. Padahal Aruna sudah meminta mantan suaminya itu untuk pergi. Bukan tidak butuh teman, tetapi status mereka sudah berubah."Aku di sini untuk Abizar," kata Naufal ketika Aruna meminta pergi.Aruna mengalah. Biarkan saja. Yang terpenting saat ini adalah menemani Abizar. Tak terpikirkan sedikit pun untuk memberitahu Dzaki karena pastinya lelaki itu akan sangat khawatir, sedangkan kedatangan Dzaki ke luar kota untuk tujuan bisnis.Untung saja Cantika datang setelah shift pagi berakhir. Wanita itu menemani Aruna dan tak lupa membawakan makanan kesukaan Abizar."Kenapa ini bisa terjadi, Na?" tanya Cantika setelah memastikan Naufal keluar dari ruangan rawat inap

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Aruna Melawan

    Suasana lantai bawah ramai pengunjung. Semua mata tertuju pada Aruna. Kasihan sekali.Aruna memegang pipi kanan. Sakit sekali. "Maaf, Bu, aku rasa semua orang tua tidak ingin mengharapkan anaknya celaka." Tak ada siapa pun yang bisa dijadikan tameng. Tentu Aruna harus kuat sendiri. "Tentang cucu, aku rasa Ibu tidak berhak berkata begitu."Mata Bu Nani semakin membesar. Berani sekali menantunya ini. "Karena semua yang ada di rumah tangga aku dan Mas Dzaki adalah sesuatu yang hanya bisa kami putuskan berdua. Baik itu tentang memiliki anak atau tidak!" Aruna menegaskan."Pantas saja kamu diceraikan Naufal. Kelakuanmu memang sering membantah," tutur Bu Nani dengan segala kebenciannya."Aku justru bersyukur diceraikan." Aruna tidak ingin kalah. Tangan kanannya mengepal di bawah, menahan ledakan emosi yang bisa saja keluar tanpa diminta. "Anak sulung Ibu itu terlalu egois untuk dijadikan suami. Bagaimana bisa seorang suami menyakiti istrinya dengan menikahi mantan pacar hanya karena alasan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Dzaki Meminta

    Aruna tak berkedip tatkala diperlihatkan hasil jepretan Naufal, dengan posisi Aruna dan Naufal memeluk Aruna dari belakang. "Astagfirullah, Mas. Ini tidak benar." Jelas saja Aruna membantah. Padahal kondisinya tidak seperti itu.Dzaki diam.Aruna menatap Dzaki dalam. "Mas, keadaanya bukan seperti itu." Aruna perlahan menceritakan kronologi kejadian yang sesungguhnya. Tentu tujuannya agar tidak ada kesalahpahaman satu sama lain.Dzaki menyimpan ponsel lagi di saku celana. Menarik tubuh Aruna dan memeluknya. "Maafkan aku, Sayang." Lelaki itu menghirup aroma manis dari tubuh sang istri. "Aku terlalu takut kehilanganmu. Maaf."Aruna memeluk balik. Sakit atas tamparan beberapa menit lalu tidak ada bandingannya dengan rasa cinta Dzaki padanya. Luar biasa sekali lelaki itu. "Maafkan aku juga, Mas."Mereka saling merangkul satu sama lain tanpa tahu ada dua mata yang memandang dari belakang. ***Naufal berada di ruangan rawat inap bersama kedua orang tuanya. Abizar masih belum bangun, tentu a

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Menabrak Mobil

    "Ibu kecewa denganmu!" Bu Nani langsung membalikkan badan dan pergi.Dzaki diam, sedangkan Aruna sendiri belum bisa berkata apa pun.Pak Arya sekilas melirik Dzaki dan berkata, "Jaga keponakanmu itu." Tanpa ingin menatap Dzaki lebih dalam dan pergi.Naufal ikut pergi juga, sementara Cantika cukup terkejut. Rupanya Dzaki memiliki keluarga yang terlalu egois.Aruna mengangkat kepala, menatap Dzaki dari samping dan meraih tangan kanan suaminya sambil berkata, "Mas, baik-baik saja?"Dzaki bergeming sebentar, kemudian membalas tatapan Aruna. "Aku selalu baik saat di sampingmu, Aruna."Cantika ikut hanyut dalam suasana mengharu biru. Bagaimana tidak, sebagai seorang suami, Dzaki begitu berdiri kuat untuk mempertahankan pernikahannya dengan Aruna. Berusaha memperlihatkan pada keluarga bahwa keputusannya itu tidak salah."Maafkan aku, Mas." Tak ada yang bisa Aruna lakukan. Sorot mata Dzaki seolah mengisyaratkan luka itu naik ke permukaan. Sekarang terlihat jelas."Kamu tidak perlu minta maaf."

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Tanggung Jawab

    "Mobil saya menabrak belakang mobil Anda." Dzaki menjelaskan tanpa takut. Wanita itu terkejut. "Maaf, tadi saya tidak sengaja melakukan. Itu karena mobil Anda menyalip, lalu berhenti mendadak."Wanita muda itu diam. Benar juga. Ia akhirnya turun, melihat langsung seberapa parah. Berdiri memperhatikan lecet di mobilnya, lalu berkata, "Ini sepertinya lumayan lecet."Dzaki menghampiri. Memang benar. Namun, bukan sepenuhnya kesalahannya. Hanya saja, bagaimanapun Dzaki perlu bertanggung jawab. Lelaki itu melirik arloji di tangan kanan, waktu sudah sangat dekat menuju jam masuk kantor. Oleh sebab itu, Dzaki mengeluarkan kartu nama dari saku jas. Kemudian, memberikannya pada perempuan itu. "Anda bisa datang ke alamat ini untuk ganti rugi. Maaf, saya terburu-buru."Awalnya si wanita diam, memperhatikan Dzaki yang sejak tadi menghindari pertemuan mata dengannya. Aneh sekali. Namun, pada akhirnya wanita itu pun mengambil juga. "Baiklah. Saya akan datang siang nanti."Dzaki tak masalah. "Baik. Ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Undangan Makan Malam

    Dzaki mengangkat kepala. Kali ini melirik wanita muda yang masih berpakaian sama seperti tadi pagi. Sepertinya wanita itu bekerja di bidang yang mengharuskan berpenampilan menarik. "Ada hal yang tidak seharusnya ditanyakan pada seseorang yang baru saja dikenal. Saya yakin Anda sangat paham itu."Suasana terasa menegangkan bagi si wanita, tetapi berusaha untuk tenang. Sementara Dzaki begitu santai.Dzaki kembali menunduk. "Jadi, berapa yang harus saya bayar untuk menggantikan kerugian mobil Anda?" Sekali lagi bertanya agar urusan ini cepat selesai.Wanita muda itu diam. Melirik Dzaki, benar-benar tidak berubah. Dengan elegantnya mengangkat kaki kanan ke kaki kiri, memperlihatkan paha mulus yang pastinya sangat menggoda iman para lelaki."Saya rasa, kita harus memulai percakapan ini dengan berkenalan." Wanita itu mengulurkan tangan ke arah Dzaki. "Perkenalkan, saya Vanesha. Seorang model dari sebuah brand ternama."Dzaki menyunggingkan senyum. Menyimpan tangan kanan di dada sambil menga

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-19
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Abizar Datang

    Dzaki menjauhkan Vanesha darinya. Kejadian yang sama sekali tidak diinginkan. "Wa'alaikum salam, Sayang." Dzaki langsung berdiri tanpa memperdulikan keberadaan Vanesha.Aruna berusaha tenang. Barangkali itu hanya sebuah kecelakaan. Ya … jangan sampai keadaan ini membuahkan pikiran negatif terhadap seorang suami.Vanesha menoleh ke arah pintu. Menatap Aruna lekat dan tersenyum manis. "Ah, maaf, saya tadi tidak sengaja." Wajahnya dibuat sama manisnya seperti senyum wanita itu.Aruna melangkahkan kedua kaki, menghampiri mereka. Sejenak diam, mengamati Vanesha. Dari sekian banyak karyawan di perusahaan ini, Aruna tidak mengenali Vanesha. Mungkinkah seorang penulis? Bisa jadi. "Tidak masalah, Mbak." Aruna membalas senyum. Mengalihkan pandangan pada sang suami. "Maaf, Mas, aku sedikit telat."Dzaki memperhatikan bahasa tubuh Aruna. Ada sedikit perbedaan, tetapi tidak terlalu menonjol. "Tidak masalah. Kamu pasti lelah. Mari, kita nikmati makan siangnya bersama.""Kalau seperti itu, saya pami

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Saling Sayang

    "Ibumu memang cantik. Siapa pun pasti berkata seperti itu, Sayang," ujar Dzaki.Aruna diam.Abizar beralih pandangan pada Dzaki. "Om, juga sayang sama Ibu, ya?" Pertanyaan yang bagi Dzaki adalah momentum untuk memperlihatkan bagaimana kekuatan cintanya. Lengan kanan Dzaki merangkul pundak Aruna sembari berkata, "Om dan ibumu saling sayang, Nak. Sama seperti Om dan ibumu sayang Abizar."Abizar senang. Memeluk Dzaki layaknya pada seorang ayah, sementara Naufal diam dengan sorot mata menakutkan. Lengan kanannya pun mengepal. Ada amarah yang bisa saja sebentar lagi akan meledak. Di balik keharmonisan rumah tangga Aruna, ada Naufal yang merasa panas. Entah mengapa naluri untuk memiliki Aruna menggebu-gebu. Memang benar, sesuatu yang sudah bilang dari genggaman akan terlihat lebih menarik dibandingkan sesuatu yang masih di tangan."Bagaimana kalau kita makan siang dulu. Kamu lapar bukan, Sayang?" Aruna memilih berbicara dengan Abizar agar bisa terhindar dari suasana kurang menyenangkan. D

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-24

Bab terbaru

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Kelahiran bayi(Tamat)

    "Cepat! Bus harus segera berangkat," jawab si sopir.Aruna segera berbalik badan dan mengambil tempat duduk, sedangkan pria itu juga ikut naik. Entah mengapa perasaan Aruna sedikit tak karuan melihat sosok lelaki yang terakhir naik, seperti sebuah gerbang sedang terbuka untuk menuju satu jalan. "Astagfirullah, aku harus fokus ke diri sendiri." Aruna meluruskan pandangan ke depan dan memantapkan hati untuk tidak terlalu mengikuti hati.***Waktu berjalan begitu cepat dan tak terasa Dzaki sudah ada di depan sebuah ruangan operasi menunggu sang istri melahirkan.Ya, Aruna harus melakukan operasi sesar karena ketuban lebih cepat dahulu pecah dan si bayi belum ada tanda-tanda siap keluar karena baru berusia tiga puluh tujuh minggu. Sebuah keputusan terbaik diambil untuk keselamatan keduanya.Bu Nani dan Pak Arya pun berada di sana, menenangkan Dzaki dengan terus mengingatkan anak bungsunya untuk pasrah pada Yang Maha Kuasa."Istigfar, Nak. Insya Allah, Istri dan anakmu baik-baik saja," ka

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Mengunjungi Toko

    Amira pergi ke toko kue dengan diantar sopir. Ia menyuruh lelaki paruh baya yang sudah lama bekerja di rumahnya tersebut untuk pulang lebih dahulu. Sebab, Aruna berniat seharian berada di sini.Bi Mirna senang bisa melihat Aruna lagi. "Alhamdulillah, Neng sudah membaik," katanya dengan penuh rasa bahagia. Aruna sendiri merasa disambut oleh seorang Ibu. Hangat dan penuh rasa cinta."Maaf, ya, Bi, aku sudah lama tidak datang," imbuh Aruna.Bi Mirna mengelus perut Aruna pelan. "Tidak apa-apa, Neng. Jangan khawatirkan soal toko karena Bibi akan selalu berusaha menjaganya.""Terima kasih, Bi." Aruna memperhatikan sekitar. Semuanya masih sama seperti empat bulan yang lalu. Namun, sekarang ditambah dengan dua karyawan baru yang membantu. Menurut penuturan Bi Mirna, penjualan meningkat drastis di empat bulan terakhir. Aruna yang menerima laporan itu pun cukup senang. Selama ini Bi Mirna hanya melaporkan hasil keuangan ke kantor Dzaki karena tidak berani datang ke rumah Aruna."Bi, aku rindu s

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Bagaimana Abizar?

    "Makanlah." Dzaki tampak lelah karena berkeliling mencari ramen di tengah malam. Namun, perasaan itu seketika hilang dengan melihat istrinya tersenyum bahagia.Aruna duduk di kursi makan yang berhadapan dengan Dzaki. Menelan ludah ketika melihat kentalnya kuah ramen yang bercampur dengan rasa pedas. "Masya Allah, pasti enak." Mengangkat kepala dan menatap Dzaki. "Terima kasih, Mas."Dzaki ikut tersenyum sambil mengulurkan tangan ke depan dan mengelus pucuk kepala istrinya. "Jangan ragu untuk katakan apa pun keinginanmu selama aku bisa. Ingat, kamu adalah istriku."Aruna mengangguk pelan. Benar-benar definisi diratukan oleh satu raja itu luar biasa bahagianya. "Tapi aku merasa bersalah karena Mas harus keliling untuk dapatkan ini."Tangan Dzaki masih berada di pucuk kepala Aruna. "Apa kamu tidak menganggapku suami?" Kedua pupil mata sontak membesar, lalu diikuti dengan gelengan kepala. "Kalau memang masih menganggap, biarkan aku membahagiakanmu dengan banyak cara. Kamu ratu di sini."H

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Ramen

    "Sakitnya seorang Ibu itu nikmat, Sayang. Karena rasa bahagia ada adik bayi lebih besar dibandingkan rasa sakit," jawab Amira. Ia belum sanggup mengungkapkan identitas Abizar. Mungkin menunggu anak itu beranjak remaja saja.Pak Arya dan Bu Nani tidak berkat apa pun. Semua keputusan ada pada diri menantunya. Biarkan saja dahulu, Abizar pun belum tentu bisa memahami.Aruna berada di rumah sakit sekitar tiga hari. Setelah itu, ia kembali ke rumahnya sendiri dengan dibantu oleh asisten rumah tangga untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Aruna pun belum pergi ke toko. Mempercayakan semuanya pada Bi Marni.***Hari-hari berlalu dan akhirnya kehamilan Aruna menginjak usia enam belas Minggu. Rasa mual dan muntah berangsur membaik dan hanya dirasakan sesekali saja. Begitu pun dengan sakit kepala. Perut Aruna memang belum terlihat buncit karena usia kandungan masih kecil.Setiap harinya selalu ada saja yang diinginkan Aruna. Entah itu makanan ataupun sekadar ingin pergi ke suatu tempat. Selama itu

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Masuk Rumah Sakit

    Aruna menjaga sekali kehamilannya. Tidak peduli rasa mual dan muntah itu semakin menyerang diri, ia terus berusaha untuk melakukan yang terbaik. Seminggu setelah vonis hamil dinyatakan, Aruna sama sekali tidak bisa bangun. Ia bahkan dilarikan ke rumah sakit karena terus menerus muntah yang mengharuskannya mendapatkan perawatan medis. Dzaki setia di samping. Bahkan saat Aruna merasakan mual di pagi hari, lelaki itu sigap untuk membawa sang istri ke kamar mandi."Aku ambilkan minum hangat, ya." Dzaki mendudukan Aruna di kasur. Mereka baru saja keluar dari kamar mandi hampir delapan kali. Wajah Aruna mulai terlihat pucat. Makanan dan minuman yang masuk akan kembali lagi. Lemas rasanya. "Iya, Mas." Aruna pasrah. Sakit ini akan berlalu dan digantikan kebahagiaan bertemu sang buah hati tercinta. Menginjak enam minggu memang masa-masa kritis, sekali pun ada ibu hamil yang memang baru merasakan mual di usia delapan minggu. Namun, ada sebagian lagi juga yang tidak merasakan morning sicknes

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Selamat, Pak.

    "Selamat, Pak. Anda akan segera menjadi ayah." Dokter lelaki menyalami Dzaki. Pemeriksaan dilakukan sekitar dua puluh menit dan hasilnya Aruna positif hamil sekitar empat minggu. "Mungkin setelah ini gejala sakit kepala, mual dan muntahnya bisa saja bertambah parah. Tapi Ibu dan Bapak tidak perlu cemas karena itu hal biasa. Selalu pastikan Ibu mencukupi gizi si janin dan terus minum vitamin yang akan saya resepkan."Dzaki masih belum bergerak sama sekali, sedangkan Aruna terharu dengan mengucap kata syukur."Pak Dzaki baik-baik saja?" Dokter lelaki itu kembali bertanya.Dzaki sadar, kemudian berkata, "Apa benar Dok, kalau istri saya hamil?" Bertanya lagi untuk memastikan."Semuanya akurat dan ini hasilnya." Dokter memberikan isyarat mata pada suster untuk menyimpan hasil tespek di meja. "Garis yang satu memang masih samar, tapi ini sudah bisa membuktikan jika istri Anda hamil. Saya minta kerjasamanya untuk menjaga kandungan Ibu sampai waktu melahirkan nanti."Dzaki masih memegang tang

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Aruna Muntah

    "Aruna di mana, Bu?" Dzaki langsung ke dapur setelah selesai salat dan mengobrol dengan beberapa tetangga.Bu Nani seketika menoleh. "Katanya tadi perutnya sakit, jadi istrimu masuk kamar. Coba lihat dulu, Nak."Dzaki mengerti. "Baik, Bu." Dengan cepat ke luar dari dapur dan berjalan menapaki anak tangga satu per-satu menuju lantai dua. Suasana hening. Dzaki sempat tersentak ketika melihat kamar almarhum kakaknya, tetapi tidak begitu hanyut. Bergegas masuk kamar sendiri sambil berkata, "Assalamualaikum." Pandangan mata lelaki itu langsung tertuju pada sosok Aruna yang sedang terbaring. "Sayang, kamu baik-baik saja?"Aruna tidak menjawab. Secepat mungkin Dzaki semakin masuk ke kamar. Memeriksa keadaan sang istri. "Sayang, kamu kenapa?" Duduk di tepi ranjang bagian kanan. Barulah Aruna membuka mata. "Kata Ibu, kamu sakit perut. Kita ke dokter saja, ya?" Aruna tersenyum paksa. "Tidak perlu, Mas. Perutku kram, mungkin mau datang bulan."Dzaki diam. Tangan kanannya memegang perut Aruna.

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Dua Bulan Kemudian

    Kepergian Naufal tentu menoreh luka hati untuk semua keluarga. Dzaki dan Aruna pun semakin sering mengunjungi rumah Bu Nani dan Pak Arya untuk sekadar menghibur mereka. Hubungan Aruna dengan keluarga suaminya pun semakin membaik. Bahkan Bu Nani sekarang menganggap Aruna seperti anak perempuan sendiri.Dzaki pun tetap meneruskan penuntutan pada Vanesha dan penulis yang bersangkutan, tetapi tidak melihatnya almarhum kakaknya. Bukan karena tidak bersalah, tetapi Naufal sudah tidak seharusnya dihukum ketika wujudnya saja sudah tidak ada di muka bumi.Aruna setia mendampingi Dzaki selama proses hukum. Vanesha sempat mengelak dan menyudutkan Naufal. Namun, penulis itu justru memberikan bukti rekaman suara di mana Vanesha mengaku jika semua rencana disusun tanpa sepengetahuan Naufal. Proses hukum masih berjalan. Sudah tiga kali Dzaki dipanggil ke kantor polisi dan persidangan pun berlangsung baru dua kali. Mereka akan segera mendapatkan hasil setelah satu kali sidang lagi. Dzaki tenang. Sem

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Makam Naufal

    Setelah mendapatkan kabar buruk tersebut, Dzaki sama sekali belum bisa menerima. Tiga hari setelahnya, Dzaki pun dipersilakan pulang oleh dokter. Hanya diwajibkan check up rutin per-dua minggu sekali.Sesuai keinginan Dzaki, setelah keluar dari rumah sakit lelaki itu langsung mengunjungi makam kakaknya dengan ditemani Aruna. Pakaian serba hitam serta kacamata hitam pun menjadi lambang kesedihan pada kedua orang tersebut.Aruna menemani dengan setia. Memayungi Dzaki sejak turun dari mobil sampai berada di depan makam Naufal. Mereka langsung berjongkok. Tak lupa Aruna melipat payung agar tidak memakan tempat.Dzaki menghela napas lelah. Bukan karena harus berjalan untuk sampai sini, melainkan sulit mengontrol diri sedari kemarin. Setelah dirasa sanggup, ia pun mulai berbicara. "Assalamualaikum, Kak. Maaf, baru bisa datang." Aruna melirik Dzaki. Kemudian, mereka membaca doa bersama. Semuanya sudah dilewati, Dzaki pun kembali terdiam. Jelas Aruna juga sama. Suasana pemakaman hening dan s

DMCA.com Protection Status