Home / Pernikahan / Cinta Istri Berbuah Luka / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Cinta Istri Berbuah Luka: Chapter 51 - Chapter 60

124 Chapters

Mengajak Dzaki Makan Malam

Malam datang menyapa. Sejak kejadian tadi siang, Aruna merasa lebih canggung terhadap Dzaki. Terkadang saat bertemu, Aruna memilih secepat mungkin menghindar. Bukan karena marah, tetapi bisa dikatakan cukup malu. Padahal Dzaki adalah suaminya.Malam ini hidangan makan malam sudah tersaji. Aruna membantu bi Inah di dapur sambil berbicara banyak hal. Terutama tentang Abizar, anak yang sekarang sangat dirindukannya."Saya ke atas dulu, ya, Bi." Aruna pamit. Berniat menghampiri sang suami di kamar. Berjalan menjauh dari dapur dan menaiki anak tangga untuk sampai ke tujuan.Begitu kedua kaki Aruna berada di ujung tangga lantai atas, ia terdiam. Ragu. "Dia sedang apa, ya? Aku merasa ragu." Aruna bimbang. Namun, harus memberitahu pula. Ah … membingungkan.Bukannya meneruskan perjalanan, Aruna justru masih berdiri dengan otak yang sulit diajak bekerja sama. "Kenapa aku harus ragu? Dia, kan, juga manusia." Aruna menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan. Mencoba untuk lebih tenang dan y
Read more

Kenapa Tidak Bertemu Lebih Dulu?

Seminggu berlalu tanpa bulan madu. Bukan tanpa alasan mengapa Aruna dan Dzaki menunda bulan madu. Dari segi keuangan, jelas Dzaki sangat siap. Namun, berbeda hal dengan jiwa Aruna. Tak masalah, biarkan istrinya menyamankan diri lebih dahulu di sampingnya.Pagi ini Dzaki dan Aruna melakukan aktivitas seperti biasa. Ke kantor dan toko kue."Aku harus meeting jam sebelas siang ini." Dzaki mengenakan kemeja di depan Aruna yang saat ini tengah menutup mata dengan kedua tangan. Jelas sekali lelaki itu sengaja. "Kamu bisa kirimkan kue tidak untuk makan siang selesai meeting?"Aruna hening. Wanita yang sedang duduk di tepi ranjang itu bahkan membalikkan badan, kemudian membuka mata dengan menurunkan kedua tangan.Dzaki melirik sekilas, menyunggingkan senyum kecil. "Sayang, kamu mendengarnya tidak?" Mendadak Aruna merinding. "Mas, kamu kebiasaan!" Wanita itu sedikit kesal, mungkin lebih tepatnya merasa kurang nyaman sekaligus malu.Dzaki tidak peduli. "Habisnya kamu dari tadi cuma diam. Aku t
Read more

Mengantarkan Pesanan Dzaki

Aruna kembali ke toko diantar oleh Dzaki. Kejadian tadi masih terngiang-iang di ingatan. Namun, kehidupan harus tetap berjalan semana mestinya.Berjibaku lagi dengan adonan kue menjadi salah satu healing terbaik untuk Aruna. Selain karena hobi, ini pun sudah menjadi ladang rezekinya.Waktu terus berlalu. Toko semakin siang, semakin ramai. Terlebih setelah beberapa pelanggan tahu tentang pernikahannya dengan Dzaki, banyak kaum Ibu-Ibu yang ingin menemui Aruna untuk sekadar memberikan tips dan trik agar cepat dapat keturunan.Aruna mendengarkan saja. Sesekali terkekeh geli ketika beberapa kaum paling kuat di muka bumi itu membeberkan rahasianya. Namanya manusia, memang butuh hiburan sekali-kali."Kamu harus banyak menjaga diri, Nak." Salah satu pesan yang diterima Aruna siang ini."Iya, Bu. Makasih." Aruna menerima dengan baik.Usai semua tips didapat dan datanglah pukul sebelas siang. Aruna ingat janji. Jangan sampai teledor. Bergegas membungkus pesanan Dzaki dan menutup toko. Dua hari
Read more

Menempuh Jalur Hukum

"Ada apa ini?" Dzaki mendadak datang dari arah koridor kanan. Rupanya meeting sudah selesai dan tanpa sengaja melihat Aruna dengan kakaknya. Tiga orang yang bersama Dzaki pun ikut penasaran. Namun, mereka memilih pamit karena ini urusan pribadi.Aruna kaget, tetapi Naufal begitu tenang. Dzaki menghampiri keduanya, menarik lembut lengan Aruna dan mengubah posisi perempuan itu menjadi di samping dirinya. "Apa ada masalah, Sayang?" tanya Dzaki.Naufal kesal. Wajahnya terlihat marah.Aruna sendiri bergeming sebentar, kemudian berkata, "Tidak ada, Mas." Menggelengkan kepala cepat.Naufal sempat kaget dengan panggilan Aruna untuk Dzaki. Mereka sudah semakin dekat dengan ikatan pernikahan ini. Kian besar pula kemarahannya terhadap sang adik. "Kakak ada perlu denganmu. Kita bisa bicara sebentar?" Naufal berusaha mengalihkan pembicaraan agar Dzaki tak lagi penasaran.Dzaki beralih menatap Naufal. "Tentang apa, Kak?" "Kita bicara di dalam saja," jawab Naufal.Dzaki setuju. Jemari kanannya lang
Read more

Bentuk Terima kasih

Naufal terdesak. Akhirnya menyerahkan Abizar sepenuhnya pada Dzaki dan Aruna. Setelah itu pergi dengan kecemburuan luar biasa."Mas, terima kasih." Mata Aruna berkaca-kaca. Bersyukur atas perjuangan suaminya.Dzaki melirik Aruna dengan tangan yang masih menggenggam. "Aku tidak menerima ucapan terima kasih saja, tapi harus dalam bentuk tindakan juga." Dzaki mengedipkan mata kanan.Aruna mengerutkan kening. "Dalam bentuk tindakan?" Wanita itu bertanya balik."Iya," kata Dzaki. Menunggu reaksi Aruna lagi.Kening Aruna semakin berkerut kencang, berpikir keras. Mencoba memahami arti dari kalimat suaminya sekaligus menebak.Dzaki mulai kesal. "Kamu tidak paham?" Padahal lelaki itu sudah memberikan kode yang baik dengan kedipan mata juga. "Tidak." Aruna langsung menjawab.Dzaki menghela napas kasar. Harus lebih bersabar, mungkin. "Baiklah, lupakan soal rasa terima kasih dalam bentuk tindakan. Aku lapar." Dzaki melepaskan genggaman tangannya. Meraih salah satu plastik dan membuka santapan
Read more

Membawa Abizar

Sesuai kesepakatan di awal dan persetujuan Naufal juga Pak Arya dan Bu Nani, akhirnya Abizar berada di tangan Aruna juga. Sejak menjemput Abizar, wajah Aruna tambah bercahaya. Sedari tadi perempuan itu tidak selesai memberikan kasih sayang pada Abizar dalam bentuk hujanan kecupan juga pelukan erat."Ibu, aku mau makan," kata Abizar yang sudah sangat pintar berbicara. Posisi mereka duduk di bangku belakang, sedangkan Dzaki sendiri berada di depan. Menyetir dengan baik."Boleh. Ibu, juga lapar," jawab Aruna.Sesekali Dzaki melirik istri dan keponakannya tersebut. Senang rasanya.Abizar yang saat pertama mereka temui di rumah tadi terlihat murung, begitu masuk mobil langsung berubah ceria. Ternyata benar, seorang ibu asuh pun akan mendatangkan kenyamanan bagi anak asuhnya jika didasari oleh cinta yang tulus.Setelah disepakati, mereka akhirnya makan di sebuah kedai ayam goreng yang menjadi langganan Dzaki juga Abizar. Ketiganya duduk bersama layaknya sebuah keluarga cemara. Bahkan, beber
Read more

Aku Ingin Seperti Ibu

Dua bulan berlalu, pernikahan Aruna dan Dzaki baik-baik saja. Abizar pun begitu senang. Selama itu, Aruna tidak pernah merasakan kehadiran mertuanya ke rumah. Selain karena kedua orang tua Dzaki memang menentang dari awal, Dzaki pun tidak ingin membuat Aruna menderita karena sikap orang tuanya.Setiap pagi Aruna mempersiapkan semua kebutuhan Dzaki, kemudian pergi ke toko kue bersama Abizar. Salah satu aktivitas yang cukup menyenangkan."Sayang, nanti jam makan siang aku bawakan makanan untuk kamu sama Abizar, ya. Kita makan di toko," kata Dzaki setelah mengantarkan istri dan keponakannya ke toko."Baik, Mas." Aruna menyambut bahagia.Dzaki kembali ke kantor, sedangkan Aruna dan Abizar masuk toko. Abizar cukup bahagia selama di bawa ke toko. Sekarang ada satu karyawan perempuan, Bu Marni namanya. Ibu paruh baya yang bekerja membantu Aruna."Assalamualaikum." Aruna mendorong pintu kaca, Bu Marni sedang membersihkan etalase. Langsung menoleh ke arahnya."Wa'alaikum salam, Neng," jawab Bu
Read more

Dzaki Kesal

Dzaki sudah tak sabar ingin bertemu istri dan keponakannya. Ia bergegas pergi setelah menemui salah satu editor untuk membicarakan sebuah novel yang digarap oleh seorang penulis wanita ternama di kota tersebut.Sesuai kesepakatan di pagi hari. Dzaki akan membawakan makan siang untuk Aruna dan Abizar. Maka dari itu, ia pun mampir lebih dahulu ke sebuah outline ayam goreng yang cukup enak dan terkenal di berbagai negara. Memang panjang antriannya, tetapi sebanding dengan rasa yang mereka tawarkan.Ayam goreng di tangan. Dzaki senang. Segera mengemudi mobil kembali menuju toko Aruna. Lelaki itu sesekali bernyanyi riang pertanda hatinya sedang sangat baik-baik saja."Aku seharusnya membawa mereka jalan-jalan," kata Dzaki memikirkan tentang liburan keluarga. Dilihat dari arah mana pun, Dzaki dengan Aruna juga Abizar terlihat seperti keluarga cemara. Tak apa, orang lain memang hanya menilai dari luar saja.Dzaki terus melajukan kendaraan ke arah toko yang semakin dekat. Begitu masuk ke jaja
Read more

Kedatangan Bu Nani

Naufal berdiri tanpa menunggu kedatangan Aruna lagi. Menatap dalam Dzaki dan berkata, "Kita ini Adik Kakak. Tidak baik kalau terus menerus dalam situasi kurang menyenangkan."Dzaki mengangkat kepala. "Lalu?" "Kakak menerima pernikahan kalian. Jangan terlalu khawatir," jawab Naufal.Aruna kembali setelah melayani pelanggan. Kali ini dirinya memilih duduk di samping Dzaki. Naufal melihat itu. "Kakak ada perlu. Abizar, jangan nakal, ya. Assalamualaikum." Naufal langsung berbalik badan dan pergi dari toko."Wa'alaikum salam." Aruna dan Dzaki menjawab bersamaan, sedangkan Abizar hanya mengangguk pelan tanpa berniat menyahuti perkataan ayahnya.Aruna masih merasa bersalah. Mengingat Dzaki pasti berpikiran sedikit negatif. "Kak Naufal datang mengantarkan makanan kesukaan Abizar, Mas." Sebelum ditanya dan menjadi salah paham semata, Aruna lebih baik menjelaskan.Dzaki duduk lagi. Menghela napas lelah dan berkata, "Aku lapar. Kita langsung makan saja, ya." Lelaki itu membuka satu kotak beris
Read more

Permintaan Bu Nani

Dzaki sampai di kantor dengan Abizar. Satpam kantor sudah memberitahu tentang kedatangan ibunya. Lelaki itu tenang. Dengan menuntun Abizar, Dzaki naik lift menuju lantai atas. "Nenek ada di ruangan Om. Kamu main saja, ya sama Tante Riri." Dzaki memiliki firasat kurang baik. Maka dari itu, ada baiknya menitipkan Abizar pada sekretaris.Abizar mengangguk cepat. "Iya, Om." Entah karena takut atau memang begitu penurut, Abizar seolah tidak ingin bertemu neneknya sendiri. Sesampainya mereka di lantai atas, Abizar langsung diserahkan pada Riri. "Tolong ajak anak saya bermain dulu sebentar."Riri tak masalah. Abizar anak baik. "Baik, Pak." Dengan lembut Riri menggenggam jari jemari Abizar. Membawa anak itu ke lantai bawah. Mengelilingi ruangan kantor sambil mencari makanan ringan, itu mungkin salah satu hal yang bisa dilakukan.Dzaki membenarkan jas hitam sambil berdiri di depan pintu ruangan. Menyiapkan diri bertemu sang ibu yang sepertinya datang dengan maksud tertentu. Lelaki itu mendor
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status