Share

Foto Yang Dikirim

Penulis: Ciety Ameyzha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-04 13:18:56

Malam datang menyapa. Aruna masih berada di toko, menunggu Dzaki menjemputnya. Tentu dengan Abizar juga.

"Bibi, sebaiknya cepat pulang. Anak Bibi pasti menunggu," kata Aruna melihat Bi Marni masih bekerja pukul delapan malam.

Bi Marni tak enak hati. "Jam kerjanya belum selesai, Neng. Insya Allah, anak Bibi pasti paham."

Aruna bukan bos kejam yang memilih menahan seorang Ibu tunggal yang sangat dibutuhkan oleh anak-anaknya. "Toko sebentar lagi tutup, Bi. Aku urus sisanya, jadi Bibi bisa langsung pulang saja."

"Bibi, malu, Neng. Perjanjiannya bekerja sampai pukul sembilan malam, tapi setiap hari Bibi pulang jam delapan. Gaji yang Neng kasih justru lebih dari perjanjian." Bi Marni menunduk sambil memegang lap.

Aruna mendekat, merangkul Bi Mirna. "Aku ini juga seorang Ibu, Bi. Bagaimana mungkin Ibu tega meninggalkan anak kecil terlalu malam, walau itu di sodara. Jangan sungkan."

Bi Mirna tersentuh. "Terima kasih, Neng. Semoga kebaikan Neng ini Allah ganti dengan kebahagian sepanjang hidu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Menyelamatkan Dzaki

    Dzaki diam sejenak. Merasakan aura sedikit berbeda dari bahasa tubuh istrinya."Apa Mas bertemu seseorang selain yang Mas katakan tadi?" Sekali lagi Aruna bertanya. Kali ini dengan nada yang cukup berani dan serius."Ah, itu, ya." Dzaki tersenyum tipis. "Aku menemui seorang penulis wanita di salah satu mall."Aruna bergeming.Tangan kiri Dzaki mulai membelai pipi kanan istrinya. "Aku tidak tau alasanmu bertanya seperti itu, tapi yang perlu kamu tau kalau aku tidak mungkin berbuat hal gila seperti kakakku." Dzaki mendekatkan wajah ke telinga Aruna, kemudian berbisik, "Kamu paham, Sayang?" Aruna menelan ludah. Terkadang Dzaki seperti seorang lelaki yang begitu menakutkan, tetapi tak jarang pula suaminya itu pun berubah sangat manis dan lembut.Dzaki kembali berdiri tegak. Melepaskan kedua tangannya yang ada di Aruna. "Sebaiknya kita cepat pulang. Abizar kasian di mobil." "Baik, Mas." Aruna merasa lega sekaligus malu. Terlebih jantungnya berdentam tak karuan. Ah … menyebalkan sekali. K

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-05
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Mengantarkan Kepergian Dzaki

    Kehidupan rumah tangga Aruna dan Dzaki cukup menarik. Terkadang Aruna merasa tersipu malu tatkala Dzaki bersikap lembut padanya. Seperti halnya pagi ini, Dzaki mengatakan jika harus pergi ke luar kota mendadak karena urusan pekerjaan. Sebagai seorang istri, tentu Aruna menerima saja. Mendoakan yang terbaik."Kamu bisa menginap di rumah temanmu kalau merasa kesepian," kata Dzaki ketika sedang sarapan.Terdengar seperti anak kecil rasanya jika Aruna harus kabur ketika suami tidak ada di rumah. "Kesepian? Aku rasa tidak, Mas." Aruna menyiapkan tiga piring nasi goreng di meja. Abizar sudah bangun dari pukul lima pagi tadi. Wanita itu pun duduk di samping Abizar yang memang sudah dibiasakan makan sendiri, kecuali meminta disuapi. "Sarapan dulu, ya, Sayang." Memberikan sendok pada Abizar yang langsung anak kecil itu ambil.Dzaki tergiur melihat santapan pagi ini. Pastinya lezat. Dengan cepat mengambil juga sendok. "Takutnya kamu rindu tidur di rumah temanmu itu."Aruna menatap Dzaki. Cukup

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Kenalan Dzaki

    Setelah mengantarkan suaminya ke bandara, Aruna bergegas menuju toko bersama Abizar. Selama di perjalanan, Abizar tampak duduk tenang menggunakan sabuk pengaman. "Bu, aku mau kue coklat," pinta Abizar.Aruna melirik sekilas. "Boleh, Sayang. Nanti sampai toko langsung Ibu buatkan."Abizar senang. Anak itu bertepuk tangan. Reaksi wajar seorang anak ketika mendapatkan kebahagiaan.Jalanan tidak lagi macet sehingga mobil Aruna bisa sampai ke depan toko sekitar delapan menit. Wanita itu langsung masuk dengan menuntun Abizar. Melihat Bi Mirna yang sudah berada di dapur. Kunci toko ini memang tidak hanya dipegang oleh Aruna saja. Bi Mirna pun memegang. Itu semua agar memudahkan keduanya bisa bekerja sama tentang siapa yang lebih dahulu sampai."Assalamualaikum, Bi." Aruna menyapa Bi Mirna."Wa'alaikum salam, Neng," jawab Bi Mirna.Aruna cukup bersyukur karena mendapatkan pegawai yang begitu telaten dan rajin. Setidaknya sekarang Aruna tidak terlalu lelah. "Hari ini kita ada pesanan snack

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-07
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Menyalahkan Aruna

    Ketiganya sampai di rumah sakit. Aruna langsung keluar mobil sambil membopong Abizar, sedangkan Naufal harus memastikan mobil aman lebih dahulu.Aruna berlarian ke arah unit gawat darurat. Kemudian, salah seorang perawat wanita menghampirinya. "Anaknya kenapa, Bu?" tanyanya. Melihat wajah Aruna yang bimbang saja sudah bisa tertebak jika itu gambaran wajah seorang ibu yang cemas akan keadaan sang anak."Tolong anak saya, Suster. Dia baru saja tertabrak," jawab Aruna."Cepat bawa ke sini, Bu." Perawat perempuan itu mengajak Aruna ke arah ranjang kosong. Lalu, ia pun memanggil dokter agar bisa secepat mungkin menangani Abizar.Naufal masuk ruangan. Menghampiri Aruna yang disuruh untuk berdiri di belakang para dokter dan suster. "Bagaimana Abizar?" tanya Naufal. Sebenci apa pun Naufal pada ibu Abizar, ia masih memiliki potongan hati kecil untuk menerima anaknya. Sedikit saja, tidak banyak memang. Aruna diam. Tetesan air mata kemalangan terus saja mengalir. Ini menyakitkan. Naufal meliri

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Menunggu Pesan

    Dzaki sendiri baru sampai di kota tujuan sekitar pukul sembilan pagi. Ia kemudian bergegas check in ke hotel dan beristirahat sejenak. Mengecek ponsel sembari berbaring adalah hal yang dilakukan Dzaki saat ini. Belum ada pesan apa pun dari Aruna. Mungkin wanita itu memang sangat sibuk."Padahal aku baru saja sampai, tapi rasanya sudah rindu. Wanita ini memang punya daya tarik yang bagus," gumam Dzaki seraya mulai memejamkan mata.Ada pertemuan dengan seorang penulis sekitar pukul sebelas siang. Sebaiknya Dzaki beristirahat sambil menunggu pesan cinta dari Aruna. Berdebar? Tentu saja. Sebagai pasangan suami istri pastinya sangat menanti momentum ini. Untuk pertama kalinya dipisahkan oleh jarak dan waktu, cukup sulit untuk Dzaki beradaptasi.Waktu terus berlalu sampai akhirnya Dzaki terbangun di pukul setengah sebelas siang. Lelaki itu bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap. Menurut penuturan timnya yang berada di kota ini, penulis tersebut meyakinkan diri untuk menerbitkan buku di pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Pihak Kepolisian

    Abizar sadar, walaupun mengeluh kepalanya lumayan sakit. Dokter langsung melakukan penangan lebih cepat dan memutuskan untuk Abizar harus dirawat lebih lama. Aruna tak masalah. Bahkan wanita itu menghubungi Bi Mirna untuk menutup toko dan libur beberapa hari. Siang ini setelah salat Dzuhur dan Naufal sendiri masih ada di bersamanya. Padahal Aruna sudah meminta mantan suaminya itu untuk pergi. Bukan tidak butuh teman, tetapi status mereka sudah berubah."Aku di sini untuk Abizar," kata Naufal ketika Aruna meminta pergi.Aruna mengalah. Biarkan saja. Yang terpenting saat ini adalah menemani Abizar. Tak terpikirkan sedikit pun untuk memberitahu Dzaki karena pastinya lelaki itu akan sangat khawatir, sedangkan kedatangan Dzaki ke luar kota untuk tujuan bisnis.Untung saja Cantika datang setelah shift pagi berakhir. Wanita itu menemani Aruna dan tak lupa membawakan makanan kesukaan Abizar."Kenapa ini bisa terjadi, Na?" tanya Cantika setelah memastikan Naufal keluar dari ruangan rawat inap

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Aruna Melawan

    Suasana lantai bawah ramai pengunjung. Semua mata tertuju pada Aruna. Kasihan sekali.Aruna memegang pipi kanan. Sakit sekali. "Maaf, Bu, aku rasa semua orang tua tidak ingin mengharapkan anaknya celaka." Tak ada siapa pun yang bisa dijadikan tameng. Tentu Aruna harus kuat sendiri. "Tentang cucu, aku rasa Ibu tidak berhak berkata begitu."Mata Bu Nani semakin membesar. Berani sekali menantunya ini. "Karena semua yang ada di rumah tangga aku dan Mas Dzaki adalah sesuatu yang hanya bisa kami putuskan berdua. Baik itu tentang memiliki anak atau tidak!" Aruna menegaskan."Pantas saja kamu diceraikan Naufal. Kelakuanmu memang sering membantah," tutur Bu Nani dengan segala kebenciannya."Aku justru bersyukur diceraikan." Aruna tidak ingin kalah. Tangan kanannya mengepal di bawah, menahan ledakan emosi yang bisa saja keluar tanpa diminta. "Anak sulung Ibu itu terlalu egois untuk dijadikan suami. Bagaimana bisa seorang suami menyakiti istrinya dengan menikahi mantan pacar hanya karena alasan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Cinta Istri Berbuah Luka   Dzaki Meminta

    Aruna tak berkedip tatkala diperlihatkan hasil jepretan Naufal, dengan posisi Aruna dan Naufal memeluk Aruna dari belakang. "Astagfirullah, Mas. Ini tidak benar." Jelas saja Aruna membantah. Padahal kondisinya tidak seperti itu.Dzaki diam.Aruna menatap Dzaki dalam. "Mas, keadaanya bukan seperti itu." Aruna perlahan menceritakan kronologi kejadian yang sesungguhnya. Tentu tujuannya agar tidak ada kesalahpahaman satu sama lain.Dzaki menyimpan ponsel lagi di saku celana. Menarik tubuh Aruna dan memeluknya. "Maafkan aku, Sayang." Lelaki itu menghirup aroma manis dari tubuh sang istri. "Aku terlalu takut kehilanganmu. Maaf."Aruna memeluk balik. Sakit atas tamparan beberapa menit lalu tidak ada bandingannya dengan rasa cinta Dzaki padanya. Luar biasa sekali lelaki itu. "Maafkan aku juga, Mas."Mereka saling merangkul satu sama lain tanpa tahu ada dua mata yang memandang dari belakang. ***Naufal berada di ruangan rawat inap bersama kedua orang tuanya. Abizar masih belum bangun, tentu a

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13

Bab terbaru

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Kelahiran bayi(Tamat)

    "Cepat! Bus harus segera berangkat," jawab si sopir.Aruna segera berbalik badan dan mengambil tempat duduk, sedangkan pria itu juga ikut naik. Entah mengapa perasaan Aruna sedikit tak karuan melihat sosok lelaki yang terakhir naik, seperti sebuah gerbang sedang terbuka untuk menuju satu jalan. "Astagfirullah, aku harus fokus ke diri sendiri." Aruna meluruskan pandangan ke depan dan memantapkan hati untuk tidak terlalu mengikuti hati.***Waktu berjalan begitu cepat dan tak terasa Dzaki sudah ada di depan sebuah ruangan operasi menunggu sang istri melahirkan.Ya, Aruna harus melakukan operasi sesar karena ketuban lebih cepat dahulu pecah dan si bayi belum ada tanda-tanda siap keluar karena baru berusia tiga puluh tujuh minggu. Sebuah keputusan terbaik diambil untuk keselamatan keduanya.Bu Nani dan Pak Arya pun berada di sana, menenangkan Dzaki dengan terus mengingatkan anak bungsunya untuk pasrah pada Yang Maha Kuasa."Istigfar, Nak. Insya Allah, Istri dan anakmu baik-baik saja," ka

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Mengunjungi Toko

    Amira pergi ke toko kue dengan diantar sopir. Ia menyuruh lelaki paruh baya yang sudah lama bekerja di rumahnya tersebut untuk pulang lebih dahulu. Sebab, Aruna berniat seharian berada di sini.Bi Mirna senang bisa melihat Aruna lagi. "Alhamdulillah, Neng sudah membaik," katanya dengan penuh rasa bahagia. Aruna sendiri merasa disambut oleh seorang Ibu. Hangat dan penuh rasa cinta."Maaf, ya, Bi, aku sudah lama tidak datang," imbuh Aruna.Bi Mirna mengelus perut Aruna pelan. "Tidak apa-apa, Neng. Jangan khawatirkan soal toko karena Bibi akan selalu berusaha menjaganya.""Terima kasih, Bi." Aruna memperhatikan sekitar. Semuanya masih sama seperti empat bulan yang lalu. Namun, sekarang ditambah dengan dua karyawan baru yang membantu. Menurut penuturan Bi Mirna, penjualan meningkat drastis di empat bulan terakhir. Aruna yang menerima laporan itu pun cukup senang. Selama ini Bi Mirna hanya melaporkan hasil keuangan ke kantor Dzaki karena tidak berani datang ke rumah Aruna."Bi, aku rindu s

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Bagaimana Abizar?

    "Makanlah." Dzaki tampak lelah karena berkeliling mencari ramen di tengah malam. Namun, perasaan itu seketika hilang dengan melihat istrinya tersenyum bahagia.Aruna duduk di kursi makan yang berhadapan dengan Dzaki. Menelan ludah ketika melihat kentalnya kuah ramen yang bercampur dengan rasa pedas. "Masya Allah, pasti enak." Mengangkat kepala dan menatap Dzaki. "Terima kasih, Mas."Dzaki ikut tersenyum sambil mengulurkan tangan ke depan dan mengelus pucuk kepala istrinya. "Jangan ragu untuk katakan apa pun keinginanmu selama aku bisa. Ingat, kamu adalah istriku."Aruna mengangguk pelan. Benar-benar definisi diratukan oleh satu raja itu luar biasa bahagianya. "Tapi aku merasa bersalah karena Mas harus keliling untuk dapatkan ini."Tangan Dzaki masih berada di pucuk kepala Aruna. "Apa kamu tidak menganggapku suami?" Kedua pupil mata sontak membesar, lalu diikuti dengan gelengan kepala. "Kalau memang masih menganggap, biarkan aku membahagiakanmu dengan banyak cara. Kamu ratu di sini."H

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Ramen

    "Sakitnya seorang Ibu itu nikmat, Sayang. Karena rasa bahagia ada adik bayi lebih besar dibandingkan rasa sakit," jawab Amira. Ia belum sanggup mengungkapkan identitas Abizar. Mungkin menunggu anak itu beranjak remaja saja.Pak Arya dan Bu Nani tidak berkat apa pun. Semua keputusan ada pada diri menantunya. Biarkan saja dahulu, Abizar pun belum tentu bisa memahami.Aruna berada di rumah sakit sekitar tiga hari. Setelah itu, ia kembali ke rumahnya sendiri dengan dibantu oleh asisten rumah tangga untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Aruna pun belum pergi ke toko. Mempercayakan semuanya pada Bi Marni.***Hari-hari berlalu dan akhirnya kehamilan Aruna menginjak usia enam belas Minggu. Rasa mual dan muntah berangsur membaik dan hanya dirasakan sesekali saja. Begitu pun dengan sakit kepala. Perut Aruna memang belum terlihat buncit karena usia kandungan masih kecil.Setiap harinya selalu ada saja yang diinginkan Aruna. Entah itu makanan ataupun sekadar ingin pergi ke suatu tempat. Selama itu

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Masuk Rumah Sakit

    Aruna menjaga sekali kehamilannya. Tidak peduli rasa mual dan muntah itu semakin menyerang diri, ia terus berusaha untuk melakukan yang terbaik. Seminggu setelah vonis hamil dinyatakan, Aruna sama sekali tidak bisa bangun. Ia bahkan dilarikan ke rumah sakit karena terus menerus muntah yang mengharuskannya mendapatkan perawatan medis. Dzaki setia di samping. Bahkan saat Aruna merasakan mual di pagi hari, lelaki itu sigap untuk membawa sang istri ke kamar mandi."Aku ambilkan minum hangat, ya." Dzaki mendudukan Aruna di kasur. Mereka baru saja keluar dari kamar mandi hampir delapan kali. Wajah Aruna mulai terlihat pucat. Makanan dan minuman yang masuk akan kembali lagi. Lemas rasanya. "Iya, Mas." Aruna pasrah. Sakit ini akan berlalu dan digantikan kebahagiaan bertemu sang buah hati tercinta. Menginjak enam minggu memang masa-masa kritis, sekali pun ada ibu hamil yang memang baru merasakan mual di usia delapan minggu. Namun, ada sebagian lagi juga yang tidak merasakan morning sicknes

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Selamat, Pak.

    "Selamat, Pak. Anda akan segera menjadi ayah." Dokter lelaki menyalami Dzaki. Pemeriksaan dilakukan sekitar dua puluh menit dan hasilnya Aruna positif hamil sekitar empat minggu. "Mungkin setelah ini gejala sakit kepala, mual dan muntahnya bisa saja bertambah parah. Tapi Ibu dan Bapak tidak perlu cemas karena itu hal biasa. Selalu pastikan Ibu mencukupi gizi si janin dan terus minum vitamin yang akan saya resepkan."Dzaki masih belum bergerak sama sekali, sedangkan Aruna terharu dengan mengucap kata syukur."Pak Dzaki baik-baik saja?" Dokter lelaki itu kembali bertanya.Dzaki sadar, kemudian berkata, "Apa benar Dok, kalau istri saya hamil?" Bertanya lagi untuk memastikan."Semuanya akurat dan ini hasilnya." Dokter memberikan isyarat mata pada suster untuk menyimpan hasil tespek di meja. "Garis yang satu memang masih samar, tapi ini sudah bisa membuktikan jika istri Anda hamil. Saya minta kerjasamanya untuk menjaga kandungan Ibu sampai waktu melahirkan nanti."Dzaki masih memegang tang

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Aruna Muntah

    "Aruna di mana, Bu?" Dzaki langsung ke dapur setelah selesai salat dan mengobrol dengan beberapa tetangga.Bu Nani seketika menoleh. "Katanya tadi perutnya sakit, jadi istrimu masuk kamar. Coba lihat dulu, Nak."Dzaki mengerti. "Baik, Bu." Dengan cepat ke luar dari dapur dan berjalan menapaki anak tangga satu per-satu menuju lantai dua. Suasana hening. Dzaki sempat tersentak ketika melihat kamar almarhum kakaknya, tetapi tidak begitu hanyut. Bergegas masuk kamar sendiri sambil berkata, "Assalamualaikum." Pandangan mata lelaki itu langsung tertuju pada sosok Aruna yang sedang terbaring. "Sayang, kamu baik-baik saja?"Aruna tidak menjawab. Secepat mungkin Dzaki semakin masuk ke kamar. Memeriksa keadaan sang istri. "Sayang, kamu kenapa?" Duduk di tepi ranjang bagian kanan. Barulah Aruna membuka mata. "Kata Ibu, kamu sakit perut. Kita ke dokter saja, ya?" Aruna tersenyum paksa. "Tidak perlu, Mas. Perutku kram, mungkin mau datang bulan."Dzaki diam. Tangan kanannya memegang perut Aruna.

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Dua Bulan Kemudian

    Kepergian Naufal tentu menoreh luka hati untuk semua keluarga. Dzaki dan Aruna pun semakin sering mengunjungi rumah Bu Nani dan Pak Arya untuk sekadar menghibur mereka. Hubungan Aruna dengan keluarga suaminya pun semakin membaik. Bahkan Bu Nani sekarang menganggap Aruna seperti anak perempuan sendiri.Dzaki pun tetap meneruskan penuntutan pada Vanesha dan penulis yang bersangkutan, tetapi tidak melihatnya almarhum kakaknya. Bukan karena tidak bersalah, tetapi Naufal sudah tidak seharusnya dihukum ketika wujudnya saja sudah tidak ada di muka bumi.Aruna setia mendampingi Dzaki selama proses hukum. Vanesha sempat mengelak dan menyudutkan Naufal. Namun, penulis itu justru memberikan bukti rekaman suara di mana Vanesha mengaku jika semua rencana disusun tanpa sepengetahuan Naufal. Proses hukum masih berjalan. Sudah tiga kali Dzaki dipanggil ke kantor polisi dan persidangan pun berlangsung baru dua kali. Mereka akan segera mendapatkan hasil setelah satu kali sidang lagi. Dzaki tenang. Sem

  • Cinta Istri Berbuah Luka   Makam Naufal

    Setelah mendapatkan kabar buruk tersebut, Dzaki sama sekali belum bisa menerima. Tiga hari setelahnya, Dzaki pun dipersilakan pulang oleh dokter. Hanya diwajibkan check up rutin per-dua minggu sekali.Sesuai keinginan Dzaki, setelah keluar dari rumah sakit lelaki itu langsung mengunjungi makam kakaknya dengan ditemani Aruna. Pakaian serba hitam serta kacamata hitam pun menjadi lambang kesedihan pada kedua orang tersebut.Aruna menemani dengan setia. Memayungi Dzaki sejak turun dari mobil sampai berada di depan makam Naufal. Mereka langsung berjongkok. Tak lupa Aruna melipat payung agar tidak memakan tempat.Dzaki menghela napas lelah. Bukan karena harus berjalan untuk sampai sini, melainkan sulit mengontrol diri sedari kemarin. Setelah dirasa sanggup, ia pun mulai berbicara. "Assalamualaikum, Kak. Maaf, baru bisa datang." Aruna melirik Dzaki. Kemudian, mereka membaca doa bersama. Semuanya sudah dilewati, Dzaki pun kembali terdiam. Jelas Aruna juga sama. Suasana pemakaman hening dan s

DMCA.com Protection Status