Home / CEO / Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya: Chapter 41 - Chapter 50

97 Chapters

41. Lagi-lagi Dia

Pagi ini, sebelum berangkat kerja seperti biasa aku menghabiskan waktu untuk bermain dengan Arsy, gadis kecilku yang kini semakin lucu saja.Makin banyak tingkah menggemaskan yang dibuatnya. Bernyanyi, menari sambil sesekali menanyakan ini itu. Orang bilang anak seusia Arsy sedang lucu-lucunya.Bapak pun ikut bersamaku menyaksikan Arsy yang kini sedang berdendang sambil menggoyangkan badan. Semua tertawa akan nyanyian khas bayinya.Bahagia. Ya, inilah bahagiaku kini. Menyaksikan Arsy dan Bapak sehat. Itu sudah cukup bagiku. Rasanya tak ada apapun yang bisa menukar semua ini.Bahkan harta berlimpah yang kumiliki kini rasanya tak akan berarti jika dibandingkan kebersamaan dengan mereka.Namun, tak dapat dipungkiri aku pun kini memiliki tanggung jawab besar di 'Juara Food Company' ada ratusan kepala keluarga yang menggantungkan nasibnya disana.Maka walau berat, aku tetap harus bersemangat menjalani hari-hariku. Meski harus kehilangan waktu dan menitipkan Arsy pada Bi Susi di rumah.***
Read more

42. Lelaki Sombong.

Aku pun tersentak kaget karena ulahnya. Bukan apa-apa hanya takut kalau-kalau kacanya akan pecah."Kau tahu, sekarang aku sudah berubah Aruni!"Mas Juna lalu membusungkan dadanya. Seolah begitu bangga akan dirinya.Yang kemudian membuat aku memperhatikan penampilannya. Dia memang sedikit berubah kini. Badannya lebih berisi, namun tidak begitu nampak segar menurutku. Aku lebih menyukai tampilannya yang dulu, lebih fresh.Mas Juna pun memakai jaket kulit yang kutaksir harganya cukup mahal, dengan kaos berwarna hitam, dan celana jeans. Yang masing-masingnya juga nampak baru dan mahal. Mungkin itu yang dia maksud berubah.Atau kunci mobil yang dari tadi ia mainkan begitu saja?"Waw ..., syukurlah ...!" Seruku pura-pura antusias.Padahal bagiku tak ada yang berarti sedikit pun."Kau pasti akan menyesal telah menolakku kemarin Aruni!" Katanya lagi, penuh dengan penekanan.Aku heran pada lelaki ini, apa memang tak ada yang penting yang bisa ia sampaikan selain hal-hal seperti ini?"Waw ...,
Read more

43. Orang Baik Otu Telah Pergi

[Dah tidur?]Sebuah pesan masuk saat aku bersiap untuk tidur. Dio pengirimnya.[Belum, sedang siap-siap. Kamu sedang apa? Belum tidur?] Jawabku. Tanpa sadar menyunggingkan senyuman. Dio ini memang nampaknya punya magnet tersendiri, sehingga menimbulkan efek senyum-senyum pada diriku.[Siap-siap kemana? Sudah malam loh ini Aruni!Aku gak bisa tidur, banyak pikiran.][Siap-siap tidur, cuci muka, sikat gigi, skincare-an ..., hihi ..., makemak lyfe. Mikirin apa sih Di?] [Waw ..., ribet ya, mau tidur aja banyak banget rutinitas nya. Mikirin kamu, kemarin kenapa ga angkat telponku?]Apa iya aku melewatkan telepon darinya?Langsung kulihat riwayat panggilan telepon.Ah benar, ada dua panggilan darinya yang aku lewatkan. [Maaf ya kemarin terlalu crowded. Ada apa memang?]Ya, aku ingat setelah kedatangan Mas Juna kemarin, seketika jadi bad mood seharian. Membuatku tak mau menerima tamu atau telepon dari siapapun.[Besok sore free? Jalan yuk! Dinner.] Dinner? Aku membaca pesannya berulan
Read more

44. Menghilang Lagi

Beliau orang baik. Satu-satunya orang yang paling kusegani di keluarga ini. Dan kini orang baik itu telah pergi. Semoga almarhum diampuni segala dosanya oleh Allah SWT.Setelah selesai kami pun beranjak keluar, agar dapat memberi kesempatan para pelayat lain yang ingin mendoakan. Kami berpindah ke tenda, sambil menunggu jenazah akan di makamkan. Aku memperhatikan sekeliling, merasa ada yang kurang dari tadi. Tak kutemukan Mas Juna beserta Istri dan anak-anaknya. Padahal merekalah orang yang paling ingin aku hindari, harusnya aku bersyukur tak bertemu. Tapi tetap saja aneh. Karena Mas Juna adalah anak lelaki satu-satunya, seharusnya dia ada dan mengurus semuanya.Saat sedang duduk menunggu, segerombol ibu-ibu melewatiku menuju tempat duduk di belakangku yang memang masih kosong. Beberapa dari mereka berbisik sambil memperhatikanku."Eh itu kan Aruni, mantan istrinya Arjuna yang katanya ninggalin Arjuna pas lagi susah.""Iya istri gak tahu diuntung ya, suami susah malah ditinggalin. B
Read more

45. Dinner

Dinner. Ini pertama kalinya untukku. Walau sudah pernah menikah, tapi tak pernah sekalipun Mas Juna mengajaku dinner secara spesial dulu. Kalau pun makan diluar paling kami hanya makan di kedai bakso atau pecel lele. Bagiku saat itu sudah cukup spesial.Sedangkan nanti, Dio mengajak makan malam di sebuah restoran yang katanya sangat romantis, apalagi di malam hari, dengan pemandangan langit yang akan terlihat indah, karena restorannya berada di salah satu tempat yang tinggi di kotaku. "Semoga saja tak turun hujan!" Kata Dio di telepon barusan, saat memastikan lagi tentang janji dinner kami.Sepulang melayat, sambil bermain bersama Arsy aku mencari-cari apa saja yang akan aku kenakan di acara dinner nanti.Setelah mengacak-acak hampir seluruh isi lemari, akhirnya pilihanku jatuh pada dress polos berwarna pastel dengan jilbab senada.Aku pun sudah mengantongi izin Bapak untuk pergi malam ini bersama Dio. Bapak sudah kenal cukup baik dengan Dio, beberapa kali mereka pun nampak seru ber
Read more

46. Impas

"Ya aku suka anak kecil dan ... suka kamu juga!" ucap Dio tegas.Jantungku tiba-tiba berdetak kencang lagi. Apa pula maksud yang dikatakan Dio barusan. Perkataannya berhasil membuatku tersipu.Dio masih dengan senyum nakalnya menatapku. Seketika langsung kutundukan muka. Malu.Aku lalu hanya terus kembali menikmati makan malam, yang entah kenapa menjadi lebih sulit. Tanpa sanggup menatap wajah Dio tentunya.Aku tak mengerti apa yang baru saja dilakukan Dio, aku tak tahu harus berbuat apa, untuk merespon ucapannya barusan. Aku hanya malu.Hingga akhirnya kami berdua sama-sama menghabiskan makan malam dalam keadaan yang canggung."Ehem," kudengar Dio berdehem.Lalu aku pun sedikit mengangkat wajahku, dan memandangnya."Hei, Aruni, kamu ngambek?"Tak kujawab pertanyaannya. Aku bukannya ngambek, hanya saja terlalu malu."Hei.. aku bercanda Aruni."Betul kan seperti dugaanku semua yang dia katakan tadi hanya bercanda. Dio mungkin tak ubahnya lelaki lain yang ingin menggodaku saja.Tiba-ti
Read more

47. Tetangga Baru

Semenjak kejadian itu, hubunganku dengan Dio menjadi tak biasa saja menurutku. Dio kini semakin intens mendekati. Jujur kuakui, aku pun suka dan menikmati dengan perhatian-perhatian kecilnya. Sekarang hampir tiap hari dia menjadi supir pribadiku, kecuali memang saat dia harus pergi keluar kota. Aku tak bisa menolak setiap dia menawarkan diri.[Aku jemput ya, Tuan Putri!]Apa aku harus menolaknya sedang di saat yang sama hatiku membuncah mengiyakan. Apalagi dengan segala sikap manisnya?Aku tak tahu, tapi mungkin ini salah satu bukti dari perrkataannya waktu itu. Hubungan yang lebih serius lagi.Sore ini, seperti biasa Dio mengantarku sampai rumah, dan turun sejenak untuk menyapa Arsy dan Bapak. Saat sedang menyajikan minuman untuk Dio dan aku, Mba Nina salah satu ART ku menanyakan hal yang cukup aneh."Bu, apa benar orang yang kemarin baru pindahan ke rumah kosong di belakang sana mantannya ibu ya?" Nina mengerenyitkan kening, nampak sekali penasaran.Namun aku tak mengerti maksud
Read more

48. Tetangga Baru 2

Arsy yang tidak mengerti apa-apa hanya diam, ia menyodorkan makanan yang di pegangnya kepada Mas Juna. Namun Mas Juna sama sekali tidak menanggapinya. Kentara sekali, tidak ada ketulusan pada dirinya saat mendekati Arsy.Mas Juna lalu berdiri, masih dengan senyum angkuhnya kepadaku. "Apa kabar Dek?" Sapanya lembut, membuatku merinding saja. Dan apa tadi katanya? Dek? Setelah sekian lama dia tak memanggilku lagi dengan sebutan itu.Dio nampak sedang membaca keadaan yang tiba-tiba canggung ini. Berharao Dio dapat mengerti tanpa harus di beri penjelasan lagi. "Ada apa kau kesini Mas?" Tanyaku sinis.Sebenarnya aku takut, takut bila jawabannya adalah benar dia sudah pindah kesini."Apa tak boleh aku main kesini, dan menemui putriku?" Mas Juna balik bertanya.Hah, naif sekali dia, bilang mau menemui putrinya. Lalu selama 2 tahun kemarin kemana dia pergi. Tak sekali pun menampakan batang hidungnya untuk bertemu Arsy.Aku hanya mencebik padanya. Tak kuhiraukan pertanyaannya, seharusnya di
Read more

49. Drama Mantan Ibu Mertua

Mendapati kenyataan bahwa Mas Juna dan keluarganya tinggal di lingkungan yang sama denganku, sungguh membuatkku sakit kepala.Nampaknya aku harus meningkatkan kewaspadaan, Mengingat Mas Juna bahkan sudah 2 kali mendatangiku meminta agar bisa rujuk dengannya, bisa jadi dia akan melancarkan aksi lainnya lagi.Belum lagi, tentang Arsy, jujur aku takut dia akan mengancam kebersamaanku dengannya. Bukannya aku tak ingin mereka dekat sebagai ayah dan anak, tapi melihat kejadian tadi pagi saja aku bisa menilai Mas Juna tidak begitu menginginkan Arsy. Dio mengingatkan aku untuk tak ambil pusing akan keluarga mantan yang tiba-tiba menjadi tetangga baru itu."Biarkan saja mengalir, anggap saja mereka hanya orang lain yang kebetulan mengenal kita!" Katanya bijak saat aku menceritakan kegelisahanku.Hal yang sama juga dikatakan Bapak. Katanya, kita tetap harus berbuat baik pada mereka, selayaknya saudara sesama Muslim. Sedangkan tentang Arsy, bapak akan meminta Bi Susi untuk menjaganya bila meman
Read more

50. Fitnah

"Aku sedih banget, kangen cucu tapi dilarang-larang bertemu!"Halah .., drama. Padahal sama sekali ia tak pernah menanyakan kabar Arsy sama sekali. Jika kangen tinggal hubungi. Padahal ia masih menyimpan nomor teleponku. Buktinya ia bisa menghubungi untuk meminjam uang, untuk pernikahan anaknya Tapi tidak tidak pernah sekalipun menanyakan kabar cucunya."Sekarang kan sudah dekat Bu, nanti biar kuantar Arsy ke rumah kalau Ibu memang kangen." Jawabku sebisa mungkin menjaga agar tetap lembut."Alah ..., dari dulu kemana saja, sama sekali tak pernah datang. Sampai-sampai Arjuna harus membeli rumah di dekat sini demi bisa bertemu dengan anaknya sendiri!"Hah, membeli rumah disini agar dekat dengan Arsy, pasti itu hanya alasan yang dibuat-buat saka.Tak kuhiraukan ucapannya sama sekali.Ibu-ibu yang lain nampak berbisik menanggapi omongan Ibu."Sudah nih ambil anakmu, aku sudah tak kuat lama-lama menggendongnya!" Seketika ibu pun menyerahkan kembali Arsy padaku begitu saja.Aku pun seketika
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status