Semua Bab Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya: Bab 51 - Bab 60

97 Bab

51. Jadi Artis

Dio membawaku segera menjauh dari orang-orang tersebut. Menenangkanku lalu mengalihkan fokus dengan membicarakan hal lain yang lebih menyenangkan.Sepanjang perjalanan kami bernyanyi bergembira bersama Arsy.Namun aku tak bisa mengabaikan rasa kesalku.Kesal. Amat kesal. Rasanya ingin mencak-mencak dan menanyakan pada Ibunya Mas Juna mengapa menyebarkan isu yang tak benar atas diriku, kepada seluruh penghuni komplek. Apa itu tujuan mereka pindah ke dekat rumahku?Tiba-tiba sebuah pertanyaan besar terbersit dan mengganggu pikiran. Bagaiamana bisa Mas Juna pindah rumah ke sini, dalam waktu yang sangat singkat. 4 bulan saja semenjak pernikahannya yang bahkan ibunya masih meminjam uang padaku untuk menutupi kekurangan biayanya waktu itu.Padahal rumah disini cukup mahal, dan memang diperuntukan untuk kalangan menengah atas.Bukan maksudku merendahkan Mas Juna dan keluarganya. Tapi 2 tahun menjadi anggota keluarga membuatku sedikitnya tahu kondisi mereka. Belum lagi terakhir Mas Juna bil
Baca selengkapnya

52. Penyebar Fitnah

Sudah kulupakan masalah tentang keluarga Mas Juna apapun itu. Aku hanya akan menganggap mereka tak ada sama sekali.Soal Arsy yang selalu mereka jadikan alasan, akan kuabaikan saja. Toh mereka juga sama sekali tak menghubungiku untuk meminta Arsy seperti yang mereka gembar-gemborkan sebelumnya. Sabtu pagi ini aku hanya ingin berdiam diri di rumah, tak mau jika sampai harus bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan.Bapak mengajak Arsy bermain bola di halaman. Arsy begitu bersemangat sekali.Ketika kulihat ada tukang sayur yang melintas, aku segera memberhentikannya. Ingin berbelanja sekali-sekali. Kebetulan Mba Nina juga sedang mencuci di dalam. Bi Susi mengikutiku berbelanja. Kami memilih-milih sayuran yang akan kami olah sayur asem. Itulah yang akan kumasak siang ini.Saat sedang asyik memilih, datang beberapa ibu-ibu yang juga hendak berbelanja. Aku menyapa mereka sambil melempar senyum hangat.Tapi, entah kenapa mereka memasang wajah sinis terhadapku.Seolah aku memiliki salah
Baca selengkapnya

53. Will You?

Saat akan berjalan pulang ke rumah, seseorang yang tengah menaiki motor menghentikanku. Dio."Aruni, dari mana kau?" Tanyanya sambil memperhatikanku. Entah seperti apa penampilanku kini. Berjalan kaki sendirian, dengan nafas ngos-ngosan, mungkin rambutku juga acak-acakan, tanpa make up sedikit pun karena niat awalku hanya ingin membeli sayur."Ikut yuk! Kita berkeliling sebentar saja!" Ajaknya tanpa menunggu jawabanku."Tapi aku, belum siap-siap!" Seruku, benar-benar tak percaya diri akan penampilanku kali ini dihadapan Dio."Memangnya kita mau kemana harus pakai siap-siap segala? Keliling komplek doang kok. Yuk!" Ajak Dio lagi sembari menepuk-nepuk kursi penumpangnya.Tak bisa mengelak lagi, akhirnya aku pun mengikuti perintahnya dan menaiki motor, Dio pun langsung melajukan motornya.Dio membawa ku ke danau di sekitar perumahan. Karena masih cukup pagi, suasana danau masih ramai dengan orang-orang yang berjalan-jalan, menikmati udara dan hangatnya mentari pagi.Sungguh aku benar-ben
Baca selengkapnya

54. Dio & Ismi

"Sedang apa di sini Dio?" Tanya Ismi, menatap Dio dengan tatapan takjub."Aku sedang berbelanja, kau sendiri?" Dio menjawabnya dengan gugup. Sambil mengangkat Arsy di pangkuannya.Aku mengurungkan niatku untuk mendekat pada Dio, mengambil sisi lain agar tak menganggu mereka."Yaa ..., aku juga berbelanja, ehh ... kau tinggal di sini kah Dio?""Ya, aku tinggal di sini, kau juga?" Tanya Dio nampak terkejut"Ya baru beberapa hari saja. Waw gak nyangka ya ternyata sekarang kita dekat!""Ya ..., bagaimana keadaanmu?""Seperti yang kau lihat.""Syukurlah.""Dia ..., anakmu?" Tanya Ismi ragu-ragu. Sambil menunjuk Arsy."Oh, dia anak seorang teman dekat. Oh ya ..., aku sedang terburu-buru, mungkin lain kali kita bsia bertemu lagi." Dio menyudahi perbincangannya dengan Ismi.Mereka pun akhirnya berpisah. Aku masih berdiri mematung di tempatku. Tak menyangka bahwa Dio mengenal Ismi. Hingga tiba-tiba, "Mamaaaaa ...!" Arsy memanggilku kencang. Suaranya memenuhi seluruh ruangan swalayan yang tak
Baca selengkapnya

55. Arsy

Mas Juna berkata ingin bertemu dengan Arsy, dan memintaku untuk mengantarkannya ke rumahnya.Awalnya aku ragu, haruskah kubawa dia bertemu Ayahnya? Kenapa tidak dia saja yang datang kerumahku jika memang ingin bertemu?Tapi setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya aku memutuskan untuk menyetujui membawa Arsy ke rumah Ayahnya.Aku ingin Arsy nantinya akrab dengan rumah itu. Juga aku berharap Arsy akan kenal dengan seluruh kakak sambungnya.Neneknya nampak biasa saja menyambut kedatangan Arsy, tidak seantusias saat itu ketika acara arisan berlangsung. Memang benar ia hanya sedang cari muka saja kemarin.Ayahnya pun nampak biasa saja menyambut Arsy. Walau mereka tetap bermain bersama. Ya ..., setidaknya Mas Juna tetap berusaha. Anak-anak Ismi, Gani, Geo dan Gia juga ikut serta bermain bersama Arsy. Mereka tertawa bersama. Arsy memang gampang dekat dengan yang lain, asalkan dia tidak merasa terancam. Hanya butuh waktu agar bisa lebih dekat dengannya.Aku sambil menjaga Arsy, juga me
Baca selengkapnya

56. Pengorbanan Dio

Arsy kini dipindahkan ke ruang rawat. Ia terlihat sangat lemah. Siapa yang menyangka Arsy akan sakit seperti ini, padahal beberapa jam yang lalu ia masih bermain di rumah Ayahnya.Tak henti-henti kupanjatkan doa untuk kesembuhan Arsy.Aku meminta Bapak dan Bi Susi untuk pulang ke rumah. Biar saja aku yang menjaga Arsy di rumah sakit. Juga agar Bi Susi bisa membawakan perlengkapan aku dan Arsy selama menginap di rumah sakit.Menjelang malam Bi Susi datang lagi. Namun ia tak sendiri, melainkan bersama Dio.Nampak Dio sangat khawatir akan kondisi Arsy."Kenapa tak kau kabari aku?" Tanyanya seketika.Bagaimana bisa aku menghubunginya, bahkan aku tak ingat dimana menyimpan gawaiku. Dio dan Bi Susi berkeras ingin ikut tidur di rumah sakit menjaga Arsy dan menemaniku. Padahal sudah kutolak dan kuminta agar mereka pulang saja.Saat malam, Arsy seperti menggigil kedinginan. Segera kupanggil dokter dan perawat. Khawatir Arsy akan kejang lagi. Namun syukurnya tidak. Tapi hasil lab ternyata tida
Baca selengkapnya

57. Paket Menyebalkan

Semua sudah berjalan normal kembali kini. Rutinitas harianku pun sudah padat kembali. Arsy lebih ceria dan lebih kreatif lagi.Aku pun dapat kembali fokus mengurusi Juara Food Company, setalah hampir 2 minggu meninggalkannya demi menjaga Arsy.Bersyukur sistem sudah berjalan cukup baik, sehingga walau tak datang ke kantor, aku masih bisa memantau semuanya dari rumah.Dio hari ini tak bisa mengantarku. Ia sedang berada di Singapura untuk beberapa hari kedepan. Menjenguk kedua orang tuanya di sana.Rasanya ada yang hilang saat tak kudapati sosoknya sehari saja. Karena kini hampir setiap hari kami bertemu biasanya.****Seharian ini aku hanya berada di kantor mengurusi semuanya yang tak bisa ku handle dari rumah sebelumnya.Saat sedang asyik dengan berkas-berkas, seseorang mengetuk pintu ruanganku. Ternyata Feni, salah satu admin ku datang.Ia datang dengan membawa sebuah buket bunga yang cukup besar."Bu Aruni ..., ada sebuah paket untukmu ...!" terang Feni sambil tersenyum-senyum.Kem
Baca selengkapnya

58. Kelakuan Si Mantan Suami

Selepas makan siang, Feni menghubungiku. Katanya ada seseorang menungguku di Lobby. Tapi Feni tak menyebutkan siapa yang datang.Feelingku mengatakan akan ada hal buruk yang menungguku di bawah sana.Aku pun bergegas turun untuk menemui tamu tersebut.Seperti dugaanku. Lelaki tak tahu malu itu ada disini lagi."Hai Aruni!" Sapanya ramah."Mau apa lagi kau kesini? Aku sudah memintamu tak mengganguku lagi! Cepat pergi atau kupanggilkan security sekarang juga!" Kataku keras. Sampai-sampai semua karyawan teralihkan perhatiannya padaku.Aku sudah tak peduli lagi. Terlalu muak akan sikap bebal dan tak tahu dirinya lelaki ini."Aku mau bicara baik-baik denganmu Aruni! Beginikah caramu menghadapi mantan suamimu?" Tanyanya sambil menekankan kata mantan suami. Seakan sengaja agar semua orang tahu."Juna, sudah pergilah kau, jangan buat keributan disini. Aruni tak mau menemuimu lagi!" Aku tak tahu kapan Andin turun dan ada di sini. Tapi aku bersyukur dia mau membantuku mengusir Mas Juna dari sin
Baca selengkapnya

59. Bersama Ismi

Keesokan paginya, saat akan bersiap berangkat kerja, Mba Nina memanggil-manggil namaku dengan panik."Bu.. Bu.., Bu Aruni...!"Katanya sambil tergopoh berlari."Ada apa Mba Nina?" Aku tak mau ikut panik lagi."Semalem Pak Arjuna, mantan suami Ibu di gerebek sama keamanan komplek!""Dia dan teman-temannya mabuk-mabukan di rumahnya, sampai jam 1 malam masih berisik saja. Sepertinya ada yang melaporkan. Dan akhirnya Pak Arjuna di gerebek deh." Lanjut Mba Nina lagi.Ternyata benar dugaan Bapak, Mas Juna semalam mabuk bersama teman-temannya. Untung lah Pak Anton segera bertindak."Terus gimana Mba? Dibawa ke polisi?" Tanyaku penasaran. "Engga Bu, di selsaikan kekeluargaan saja. Dikasih kesempatan sekali lagi supaya tidak membuat keributan lagi."Ah ..., sayang sekali. Padahal aku akan sangat senang jika dia dibawa ke kantor polisi. ***Saat berangkat kerja, karena ada sesuatu yang ingin kubeli terlebih dahulu, aku memilih jalan memutar dari komplek. Yang kebetulan melewati rumah Dio.Sa
Baca selengkapnya

60. Suara Hati Ismi

Apa semua yang di katakan Ismi sungguh-sungguh? Tidakkah dia hanya membual agar aku bersimpati padanya?"Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan Ibu?"Tanyaku lagi. Mencoba tetap senetral mungkin."Ibu baik, tapi ia tak begitu suka pada anak-anakku. Padahal Ibulah yang memaksa agar kami segera menikah waktu itu.""Ibu tahu soal pekerjaan Mas Juna sekarang?""Sepertinya Ibu juga tak tahu. Ia hanya peduli untuk membeli perhiasan dan hidup dengan mewah kini."Rumah tangga macam apa yang di jalani Ismi? Semuanya nampak hanya sebagai formalitas semata."Oh ya... A-aku pun, minta maaf soal gosip yang beredar tentangmu di komplek."Ah ..., akhirnya dia mengakuinya."Kenapa kau melakukannya?""Aku, merasa terancam, karena Mas Juna terus saja mengungkit-ungkit tentangmu. Aku berharap Mba Aruni bisa pindah dari perumahan ini. Dan menjauh dari hidup Mas Juna."Aneh orang ini, kenapa tidak dia saja dan keluarganya yang pindah, padahal jelas akulah yang pertama tinggal di perumahan ini."Harusnya aku y
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status